
Oleh: Darius Leka, S.H., M.H. – Advokat, Aktivis Rasul Awam Gereja Katolik sekaligus Koordinator KOMSOS Paroki Santo Paulus Depok periode 2010-2013
KOTA DEPOK, April 2011 — Di tengah guyuran hujan dan ketatnya pengamanan,
ribuan umat Katolik tetap memadati halaman dan pelataran Gereja St. Paulus
Depok untuk merayakan Tri Hari Suci: Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci,
hingga Hari Raya Paskah. Perayaan yang sakral ini bukan hanya menjadi momen
spiritual, tetapi juga menjadi saksi nyata sinergi antara Gereja dan negara
dalam menjaga ruang ibadah yang aman dan damai.
Sejak Kamis Putih (21/4/2011), suasana di sekitar Gereja St.
Paulus Depok berubah. Bukan karena ancaman, tetapi karena kesiapsiagaan. Aparat
dari Polresta Depok, TNI, dan elemen masyarakat bahu-membahu menjaga keamanan.
Metal detector, security gate, dan pemeriksaan ketat di pintu masuk menjadi
bagian dari protokol. Namun, tak satu pun umat mengeluh. Bahkan seorang ibu
dari lingkungan Bonaventura berkata, “Kami tidak terganggu. Yang penting misa
berjalan aman dan lancar, meski harus basah-basahan bawa anak.”
Sebagai seorang advokat dan aktivis kerasulan awam, saya
melihat ini sebagai bentuk konkret dari perlindungan hak konstitusional warga
negara untuk beribadah. Negara hadir bukan untuk mencampuri, tetapi untuk
menjamin. Dan Gereja menyambutnya dengan syukur dan hormat.
Perayaan Tri Hari Suci tahun ini memang berbeda. Kursi
tambahan dipasang di halaman dan samping gereja. Umat meluber hingga ke jalan.
Namun, suasana tetap khusyuk. Bersama para imam—Rm. Stanislaus Agus Haryanto,
OFM, Rm. Alex Lanur, OFM, Rm. Yan Ladju, OFM, Diakon Agustinus Anton Widarto,
OFM, dan Rm. Agustinus Jorang, SVD—Pastor Paroki Rm. Tauchen Hotlan Girsang,
OFM memimpin umat dalam liturgi yang penuh makna.
Di tengah keramaian, aparat keamanan membaur dengan umat.
Mereka tidak hanya berjaga, tetapi juga menjadi bagian dari perayaan. Ini bukan
sekadar pengamanan, tetapi perwujudan dari semangat Bhineka Tunggal Ika:
berbeda-beda tetapi satu dalam menjaga nilai-nilai luhur kemanusiaan.
Ucapan terima kasih dari Dewan Pastoral Paroki St. Paulus
Depok kepada POLRI dan TNI bukanlah basa-basi. Ini adalah pengakuan tulus atas
kerja keras dan dedikasi. Dalam konteks sosial yang sering kali diwarnai
ketegangan antarumat beragama, peristiwa ini menjadi oase: bahwa harmoni itu
mungkin, bahwa negara dan Gereja bisa berjalan bersama dalam menjaga ruang
publik yang damai.
Di gereja-gereja tetangga seperti St. Herkulanus, St.
Matius, dan St. Markus, pola pengamanan serupa juga diterapkan. Ini menunjukkan
bahwa perlindungan terhadap kebebasan beragama bukan hanya janji, tetapi
kenyataan yang dijalankan dengan serius.
Paskah adalah perayaan kemenangan atas maut. Dan tahun ini,
kemenangan itu terasa lebih nyata. Bukan karena tidak ada ancaman, tetapi
karena iman umat tak bisa dibungkam oleh rasa takut. Mereka datang, berdoa, dan
bersyukur—dengan wajah basah oleh hujan, tetapi hati yang menyala oleh harapan.
Sebagai bagian dari kerasulan awam, saya percaya bahwa
inilah wajah Gereja yang hidup: Gereja yang tidak hanya merayakan liturgi,
tetapi juga membangun dialog, menjalin kerja sama, dan menjadi saksi kasih
Allah di tengah masyarakat.
#paskah2011 #gerejayanghidup
#kerasulanawam #stpaulusdepok #triharisuci #imandankeamanan
#sinergigerejanegara #mewartakankasihallah #katolikaktif
#damaiditengahkeragaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin