Senin, 15 Agustus 2011

Maria; Ratu Surga, Ibu Gereja, dan Teladan Kerasulan Awam

Oleh: RP. Tauchen Hotlan Girsang, OFM. – Pastor Paroki Santo Paulus Depok periode 2010-2013

KOTA DEPOK - Hari ini, Gereja Katolik di seluruh dunia merayakan Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga—sebuah dogma iman yang bukan sekadar pernyataan teologis, melainkan juga panggilan untuk meneladani hidup Maria dalam konteks zaman dan tantangan sosial kita hari ini.

Kitab Wahyu 12:1 menggambarkan Maria sebagai “perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan mahkota dua belas bintang di atas kepalanya.” Ini bukan sekadar simbol surgawi, melainkan juga refleksi dari peran Maria sebagai Bunda Gereja dan Ratu Surga dan Bumi. Dalam konteks kerasulan awam, Maria adalah ikon keterlibatan aktif umat dalam karya keselamatan Allah di dunia.

Dalam Injil Lukas 1:39–56, Elisabet menyambut Maria dengan tiga gelar yang menggugah:

  • Diberkati di antara semua perempuan
  • Ibu Tuhanku
  • Perempuan yang percaya

Ketiga gelar ini bukan hanya pengakuan spiritual, tetapi juga pengingat bahwa Maria adalah pribadi yang hidup dalam iman aktif, bukan pasif. Ia menerima panggilan Tuhan dengan penuh keberanian dan ketundukan, berkata: “Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataan-Mu.”

Sebagai aktivis kerasulan awam, saya melihat bahwa devosi kepada Maria bukanlah sekadar ritual, melainkan panggilan untuk bertindak. Maria adalah teladan kerasulan awam sejati:

  • Ia hadir di tengah masyarakat, mengunjungi Elisabet, membawa sukacita dan harapan.
  • Ia menyuarakan keadilan sosial dalam Magnificat: Allah meninggikan yang hina dina dan meruntuhkan yang congkak.
  • Ia hadir di tengah penderitaan, berdiri di kaki salib, menjadi saksi kasih yang tak tergoyahkan.

Dalam konteks Indonesia hari ini, kerasulan awam yang meneladani Maria berarti hadir di tengah masyarakat yang terluka: memperjuangkan keadilan sosial, mendampingi kaum miskin, memperjuangkan hak-hak hukum yang terpinggirkan, dan membangun solidaritas lintas iman.

Dua prinsip devosi yang tak lekang oleh waktu:

  1. Per Jesum ad Mariam – Melalui Yesus, kita mengenal Maria.
  2. Per Mariam ad Jesum – Melalui Maria, kita sampai kepada Yesus.

Banyak orang menemukan panggilan imannya melalui pengalaman rohani bersama Maria: dari penampakan, doa Rosario, hingga kesaksian hidup orang Katolik yang meneladani Maria dalam kelembutan, keberanian, dan kesetiaan.

Di berbagai komunitas kerasulan awam, seperti kelompok kategorial, koperasi umat, bantuan hukum gerejawi, hingga pelayanan sosial ekonomi, semangat Maria menjadi inspirasi. Ia mengajarkan bahwa pelayanan bukan soal jabatan, tetapi soal ketaatan dan cinta. Bahwa menjadi “hamba Tuhan” berarti siap hadir di tengah dunia dengan kasih yang nyata.

Di tengah dunia yang kerap kehilangan arah, Maria adalah bintang penuntun. Ia bukan hanya simbol kesucian, tetapi juga kekuatan iman yang membumi. Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga adalah undangan bagi kita semua—terutama para rasul awam—untuk mengangkat hati, menyalakan harapan, dan mewartakan kasih Allah dengan tindakan nyata.

Mari kita rayakan hari ini bukan hanya dengan liturgi, tetapi juga dengan aksi. Sebab seperti Maria, kita pun dipanggil untuk menjadi terang di tengah dunia.

 

#harirayamaria #kerasulanawam #bundagereja #permariamadjesum #magnificathariini #imandankeadilan #rasulawamberkarya #mariateladankita #gerejahadiruntukdunia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin