
Oleh: RP. Tauchen Hotlan Girsang, OFM. – Pastor Paroki Santo Paulus Depok periode 2010-2013
Kitab Wahyu 12:1 menggambarkan Maria sebagai “perempuan
berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan mahkota dua belas
bintang di atas kepalanya.” Ini bukan sekadar simbol surgawi, melainkan juga
refleksi dari peran Maria sebagai Bunda Gereja dan Ratu Surga dan Bumi. Dalam
konteks kerasulan awam, Maria adalah ikon keterlibatan aktif umat dalam karya
keselamatan Allah di dunia.
Dalam Injil Lukas 1:39–56, Elisabet menyambut Maria dengan
tiga gelar yang menggugah:
- Diberkati
di antara semua perempuan
- Ibu
Tuhanku
- Perempuan
yang percaya
Ketiga gelar ini bukan hanya pengakuan spiritual, tetapi
juga pengingat bahwa Maria adalah pribadi yang hidup dalam iman aktif, bukan
pasif. Ia menerima panggilan Tuhan dengan penuh keberanian dan ketundukan,
berkata: “Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataan-Mu.”
Sebagai aktivis kerasulan awam, saya melihat bahwa devosi
kepada Maria bukanlah sekadar ritual, melainkan panggilan untuk bertindak.
Maria adalah teladan kerasulan awam sejati:
- Ia
hadir di tengah masyarakat, mengunjungi Elisabet, membawa sukacita dan
harapan.
- Ia
menyuarakan keadilan sosial dalam Magnificat: Allah meninggikan yang hina
dina dan meruntuhkan yang congkak.
- Ia
hadir di tengah penderitaan, berdiri di kaki salib, menjadi saksi kasih
yang tak tergoyahkan.
Dalam konteks Indonesia hari ini, kerasulan awam yang
meneladani Maria berarti hadir di tengah masyarakat yang terluka:
memperjuangkan keadilan sosial, mendampingi kaum miskin, memperjuangkan hak-hak
hukum yang terpinggirkan, dan membangun solidaritas lintas iman.
Dua prinsip devosi yang tak lekang oleh waktu:
- Per
Jesum ad Mariam – Melalui Yesus, kita mengenal
Maria.
- Per
Mariam ad Jesum – Melalui Maria, kita sampai
kepada Yesus.
Banyak orang menemukan panggilan imannya melalui pengalaman
rohani bersama Maria: dari penampakan, doa Rosario, hingga kesaksian hidup
orang Katolik yang meneladani Maria dalam kelembutan, keberanian, dan
kesetiaan.
Di berbagai komunitas kerasulan awam, seperti kelompok
kategorial, koperasi umat, bantuan hukum gerejawi, hingga pelayanan sosial
ekonomi, semangat Maria menjadi inspirasi. Ia mengajarkan bahwa pelayanan bukan
soal jabatan, tetapi soal ketaatan dan cinta. Bahwa menjadi “hamba Tuhan”
berarti siap hadir di tengah dunia dengan kasih yang nyata.
Di tengah dunia yang kerap kehilangan arah, Maria adalah bintang
penuntun. Ia bukan hanya simbol kesucian, tetapi juga kekuatan iman yang
membumi. Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga adalah undangan bagi
kita semua—terutama para rasul awam—untuk mengangkat hati, menyalakan harapan,
dan mewartakan kasih Allah dengan tindakan nyata.
Mari kita rayakan hari ini bukan hanya dengan liturgi,
tetapi juga dengan aksi. Sebab seperti Maria, kita pun dipanggil untuk menjadi
terang di tengah dunia.
#harirayamaria #kerasulanawam #bundagereja #permariamadjesum #magnificathariini #imandankeadilan #rasulawamberkarya #mariateladankita #gerejahadiruntukdunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin