Jumat, 30 September 2011

Menjadi Sesama bagi Alam: Warisan St. Fransiskus dan Tanggung Jawab Kerasulan Awam

️ Oleh: Darius Leka, S.H., M.H., Advokat & Aktivis Kerasulan Awam Gereja Katolik

KOTA DEPO
K - Di tengah dunia yang semakin terpolarisasi dan lingkungan yang kian rusak oleh kerakusan manusia, kita diingatkan kembali pada satu figur agung yang hidup dalam kesederhanaan, namun meninggalkan warisan spiritual yang mendalam: St. Fransiskus dari Assisi. Ia bukan hanya santo pelindung binatang dan anak-anak, tetapi juga pelindung ekologi—seorang sahabat alam yang mengajarkan kita arti menjadi sesama, bukan hanya bagi manusia, tetapi juga bagi seluruh ciptaan.

Yesus dalam Injil Lukas 10:25–37 menegaskan bahwa iman sejati tidak berhenti di altar, tetapi harus berbuah dalam tindakan nyata. Perumpamaan tentang Orang Samaria yang baik hati menjadi kritik tajam terhadap iman yang hanya ritualistik. Demikian pula dalam konteks ekologis, iman kita diuji bukan hanya dalam doa, tetapi dalam cara kita memperlakukan bumi ini—rumah bersama yang dipercayakan Allah kepada kita.

St. Fransiskus adalah teladan konkret dari iman yang berakar di tanah kehidupan. Ia tidak hanya berbicara tentang kasih, tetapi hidup dalam kasih terhadap semua makhluk. Ia menyebut matahari sebagai “saudara”, bulan sebagai “saudari”, dan bahkan kematian sebagai “saudari maut”. Visi spiritual ini bukan sekadar puisi, tetapi sebuah kesadaran ekologis yang mendalam, jauh sebelum istilah “ekologi” dikenal dunia.

Di masa ketika dunia Barat mulai mengagungkan rasionalisme dan mengeksploitasi alam demi kemajuan industri, Fransiskus justru memilih jalan sebaliknya. Ia menolak menjadikan alam sebagai objek kekuasaan. Ia melihat alam sebagai jejak kaki Sang Pencipta—tempat di mana manusia dan ciptaan lain hidup berdampingan dalam harmoni.

Kesadaran ini menjadi sangat relevan hari ini. Ketika bumi menjerit karena deforestasi, polusi, dan perubahan iklim, kita dipanggil untuk kembali pada spiritualitas Fransiskan: hidup sederhana, menghormati ciptaan, dan menjadi penjaga, bukan penguasa alam.

Sebagai paroki yang dirintis oleh para Fransiskan, St. Paulus Depok tidak tinggal diam. Dalam rangka memperingati pesta nama St. Fransiskus Asisi setiap 4 Oktober, umat paroki menyelenggarakan serangkaian kegiatan yang mencerminkan semangat ekologis dan solidaritas sosial.

Dalam rapat yang diadakan pada 25 September 2011 di ruang Roma, sekitar 30 perwakilan DPP, DKP, lingkungan, dan wilayah menyepakati beberapa program kolaboratif sepanjang Oktober, antara lain:

  1. Kerja bakti lingkungan gereja dan sekitarnya
  2. Aksi penanaman pohon sebagai simbol rekonsiliasi dengan alam
  3. Penggalangan dana untuk calon imam OFM
  4. Seminar kesehatan bertema kanker dan pencegahannya
  5. Peringatan Hari Pangan Sedunia
  6. Kursus Evangelisasi Pribadi untuk memperkuat pewartaan iman

Romo Stanislaus Agus Suharyanto, OFM, yang hadir mewakili Romo Tauchen Hotlan Girsang, OFM, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar rutinitas tahunan, tetapi bagian dari panggilan kerasulan awam untuk menjadi sesama bagi semua makhluk.

Menjadi sesama bagi yang lemah, tersingkir, dan menderita adalah inti dari kerasulan awam. Namun, dalam terang spiritualitas Fransiskan, menjadi sesama juga berarti menjadi sahabat bagi bumi, air, udara, dan seluruh ciptaan. Ini bukan romantisme ekologis, melainkan panggilan iman yang konkret.

Kita tidak bisa lagi memisahkan iman dari tanggung jawab ekologis. Gereja, melalui ensiklik Laudato Si’ dari Paus Fransiskus, telah menegaskan bahwa krisis lingkungan adalah juga krisis moral dan spiritual. Maka, kerasulan awam hari ini harus mencakup advokasi lingkungan, pendidikan ekologis, dan gaya hidup berkelanjutan.

Patung St. Fransiskus yang berdiri di taman depan Gereja St. Paulus Depok bukan sekadar hiasan. Ia adalah pengingat bahwa iman harus berakar di bumi, menyapa langit, dan menjangkau semua makhluk. Dari taman gereja, semangat Fransiskus harus menjalar ke taman dunia—menjadi gerakan kasih yang menyelamatkan bumi dan seluruh isinya.

Mari kita menjadi sesama, bukan hanya bagi manusia, tetapi juga bagi bumi yang terluka. Sebab dalam setiap tindakan kecil yang kita lakukan untuk merawat ciptaan, kita sedang mewartakan kasih dan cinta Allah kepada dunia.

 

#stfransiskuspelindungekologi #kerasulanawam #gerejahadiruntukdunia #rasulawamberkarya #imanyanghidup #laudatosi #ekologiintegral #menjadisesama #cintaalamcintaallah #pestanamastfransiskus #stpaulus depok #shdariusleka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin