Jumat, 30 September 2011

SERUAN ST. FRANSISKUS ASISI TENTANG EKOLOGI

St. Fransiskus Assisi. Santo pelindung lingkungan hidup
Menjadi sesama bagi orang lain, khususnya yang sedang mengalami penderitaan, lemah dan tersingkir, bukanlah pekerjaan mudah. Tetapi Yesus menginginkan iman bukan saja berpusat pada altar, tetapi berbuah dalam kehidupan nyata. Orang Samaria yang baik hati jauh lebih berarti ketimbang ahli taurat yang sibuk dengan Alkitab tapi lepas dari kehidupan nyata.

Bumi menghadapi aneka bencana alam 
Di tengah kegalauan penduduk bumi menghadapi aneka bencana alam akibat kerusakan lingkungan, menarik kiranya menonjolkan kembali figur agung St. Fransiskus Assisi. Santo pelindung lingkungan hidup ini mempunyai sejuta pengalaman rohani dengan alam yang tak habis-habisnya menginspirasi manusia sesudahnya. Di era kita, hampir delapan abad setelah kematian sang poverello, cara pandang dan perlakuan sang santo terhadap alam masih bergaung keras di hati para pemerhati lingkungan.

St. Fransiskus Pelindung Ekologi
Dalam cara pandang dan perlakuan Fransiskus terhadap alam, kita menemukan perspektif yang unik. Berhadapan dengan alam, Fransiskus tidak takut seolah-olah dalam alam tersembunyi dewa-dewa penunggu. Ia jauh dari mitos dan takhyul orang zaman dulu. Namun ia juga tidak semena-mena terhadap alam atau memandang alam sebagai obyek yang lepas dari diri manusia sehingga bisa dan harus dikuasai. Melampaui kesadaran bahwa manusia merupakan bagian dari alam, Fransiskus menyelam lebih dalam hingga melihat alam sebagai jejak kaki Sang Pencipta.

Segala ciptaan sebagai saudara dan saudari
Sedemikian kuat kesadaran itu sehingga Fransiskus menyebut matahari, bulan, angin, air, udara, api, dan segala ciptaan sebagai saudara dan saudarinya. Di hadapan Sang Pencipta, Fransiskus melihat segenap ciptaan setara dengan dirinya yang selayaknya dihormati. Menarik untut dicatat, visi ini justru terangkat ketika dunia Barat menyambut alam pikir rasionalisme di ambang zaman Renaissance; permulaan abad modern yang mengagungkan logos (rasio) di atas mitos. Kala itu manusia mulai melihat alam sebagai obyek yang harus dikuasai dan dieksploitasi. Hal ini menunjukkan betapa sosok Fransiskus merupakan figur yang tidak suka ikut arus zaman begitu saja.

Merasa bersatu dan senasib dengan semua makhluk
Fransiskus adalah sahabat makhluk. Ia merasa bersatu dan senasib dengan semua makhluk sebagai sesama ciptaan Allah. Ia dikenal sebagai santo pelindung bagi binatang dan lingkungan hidup sehingga patungnya seringkali diletakkan di taman untuk menghormati minatnya dan kesatuannya dengan alam. Santo Fransiskus Asisi bisa berbicara dengan burung dan binatang lainnya. Hal itu dapat kita saksikan adanya patung St. Fransiskus yang berada di depan gereja St. Paulus Depok yang sengaja tempatkan di taman sebagai simbol untuk menghormati minatnya dan kesatuannya dengan alam.Atas kedekatannya dengan alam maka sangatlah tepat jika pada tanggal 29 September 1996 Fransiskus diangkat/ dikukuhkan oleh Paus Yohanes Paulus II sebagai pelindung ekologi.

Harus Digaung Kembali
Sikap Fransiskus terhadap alam sepatutnya digaungkan kembali dalam benak kita. Isu global warming memperlihatkan kepanikan manusia modern atas alam yang telah rusak karena kerakusan manusia. Kita manusia modern cenderung memandang alam seperti seorang ilmuwan yang hanya tertarik pada gejala dan hukum pasti. Atau sebagai seniman yang terpesona. Yang lain berlaku sebagai peguasa alam yang memperlakukannya sebagai obyek sumber devisa.

Alam merupakan “rumah” yang harus dipelihara
Manusia modern jauh dari kesadaran bahwa dirinya merupakan bagian dari alam sehingga alam merupakan “rumah” yang harus dipelihara. Solidaritas dengan alam bukanlah hal luar biasa, melainkan hal sepatutnya. Sebab melestarikan alam berarti melestarikan hidup manusia sendiri. Sebaliknya, perusakan alam tidak lain merupakan pemusnahan riwayat manusia. Kenangan akan figur Fransiskus di era modern ini selayaknya menyerukan kembali kesadaran ini. Dengan itu barulah kita dapat, bersama Fransiskus, menyebut matahari, bulan, udara, air, dan sekalian makhluk sebagai saudara dan saudari.

Berangkat dari semangat St. Fransiskus Asisi dan amanat Ordo Fratrum Minorum (OFM) bahwa setiap tahun dalam merayakan pesta St. Fransiskus dari Asisi sebagai santo pelindung binatang dan anak-anak yang dirayakan pada tanggal: 4 oktober maka seluruh paroki yang diemban oleh para Fransiskan diharapkan agar dapat menyelenggarakan acara untuk memperkokoh rasa persaudaraan dengan sesame serta alam semesta, termasuk mereka yang sudah mendahului kita. Demikian ungkap Romo Stanislaus Agus Suharyanto, OFM yang menggantikan Romo Tauchen Hotlan Girsang, OFM yang berhalangan hadir.

Aksi penanaman pohon
Sebagai paroki yang lahir dan dirintis oleh para Fransiskan sudah sepantasnya Paroki St. Paulus Depok menyelenggarakan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan Pesta Nama St. Fransiskus Asisi sebagai Santo sekaligus tokoh ekologi. Oleh karena itu dalam rapat yang dihadiri sekitar 30-an orang diantaranya DPP/DKP dan utusan dari lingkungan, wilayah pada Minggu, 25 September 2011, bertempat di ruang Roma (gereja lama) melahirkan beberapa kegiatan yang dikolaborasi dengan beberapa program kerja sepanjang bulan oktober 2011.

Kegiatan itu diantaranya adalah: 1). Kerja bakti, 2). Aksi penanaman pohon, 3). Penggalangan dana untuk calon imam OFM, 4). Seminar Kanker, 5). Hari Pangan Se-dunia, 6). Kursus Evangelisasi Pribadi, dll. Darius AR-Komsos - Paroki St. Paulus Depok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin