
✍️ Oleh: Darius Leka, S.H., M.H., Advokat & Aktivis Kerasulan Awam Gereja Katolik
KOTA DEPOK - Di tengah dunia yang semakin terpolarisasi dan
lingkungan yang kian rusak oleh kerakusan manusia, kita diingatkan kembali pada
satu figur agung yang hidup dalam kesederhanaan, namun meninggalkan warisan
spiritual yang mendalam: St. Fransiskus dari Assisi. Ia bukan hanya santo
pelindung binatang dan anak-anak, tetapi juga pelindung ekologi—seorang sahabat
alam yang mengajarkan kita arti menjadi sesama, bukan hanya bagi manusia,
tetapi juga bagi seluruh ciptaan.
Yesus dalam Injil Lukas 10:25–37 menegaskan bahwa iman
sejati tidak berhenti di altar, tetapi harus berbuah dalam tindakan nyata.
Perumpamaan tentang Orang Samaria yang baik hati menjadi kritik tajam terhadap
iman yang hanya ritualistik. Demikian pula dalam konteks ekologis, iman kita
diuji bukan hanya dalam doa, tetapi dalam cara kita memperlakukan bumi
ini—rumah bersama yang dipercayakan Allah kepada kita.
St. Fransiskus adalah teladan konkret dari iman yang berakar
di tanah kehidupan. Ia tidak hanya berbicara tentang kasih, tetapi hidup dalam
kasih terhadap semua makhluk. Ia menyebut matahari sebagai “saudara”, bulan
sebagai “saudari”, dan bahkan kematian sebagai “saudari maut”. Visi spiritual
ini bukan sekadar puisi, tetapi sebuah kesadaran ekologis yang mendalam, jauh
sebelum istilah “ekologi” dikenal dunia.
Di masa ketika dunia Barat mulai mengagungkan rasionalisme
dan mengeksploitasi alam demi kemajuan industri, Fransiskus justru memilih jalan
sebaliknya. Ia menolak menjadikan alam sebagai objek kekuasaan. Ia melihat alam
sebagai jejak kaki Sang Pencipta—tempat di mana manusia dan ciptaan lain hidup
berdampingan dalam harmoni.
Kesadaran ini menjadi sangat relevan hari ini. Ketika bumi
menjerit karena deforestasi, polusi, dan perubahan iklim, kita dipanggil untuk
kembali pada spiritualitas Fransiskan: hidup sederhana, menghormati ciptaan,
dan menjadi penjaga, bukan penguasa alam.
Sebagai paroki yang dirintis oleh para Fransiskan, St.
Paulus Depok tidak tinggal diam. Dalam rangka memperingati pesta nama St.
Fransiskus Asisi setiap 4 Oktober, umat paroki menyelenggarakan serangkaian
kegiatan yang mencerminkan semangat ekologis dan solidaritas sosial.
Dalam rapat yang diadakan pada 25 September 2011 di ruang
Roma, sekitar 30 perwakilan DPP, DKP, lingkungan, dan wilayah menyepakati
beberapa program kolaboratif sepanjang Oktober, antara lain:
- Kerja
bakti lingkungan gereja dan sekitarnya
- Aksi
penanaman pohon sebagai simbol rekonsiliasi dengan alam
- Penggalangan
dana untuk calon imam OFM
- Seminar
kesehatan bertema kanker dan pencegahannya
- Peringatan
Hari Pangan Sedunia
- Kursus
Evangelisasi Pribadi untuk memperkuat pewartaan iman
Romo Stanislaus Agus Suharyanto, OFM, yang hadir mewakili
Romo Tauchen Hotlan Girsang, OFM, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar
rutinitas tahunan, tetapi bagian dari panggilan kerasulan awam untuk menjadi
sesama bagi semua makhluk.
Menjadi sesama bagi yang lemah, tersingkir, dan menderita
adalah inti dari kerasulan awam. Namun, dalam terang spiritualitas Fransiskan,
menjadi sesama juga berarti menjadi sahabat bagi bumi, air, udara, dan seluruh
ciptaan. Ini bukan romantisme ekologis, melainkan panggilan iman yang konkret.
Kita tidak bisa lagi memisahkan iman dari tanggung jawab
ekologis. Gereja, melalui ensiklik Laudato Si’ dari Paus Fransiskus, telah
menegaskan bahwa krisis lingkungan adalah juga krisis moral dan spiritual.
Maka, kerasulan awam hari ini harus mencakup advokasi lingkungan, pendidikan
ekologis, dan gaya hidup berkelanjutan.
Patung St. Fransiskus yang berdiri di taman depan Gereja St.
Paulus Depok bukan sekadar hiasan. Ia adalah pengingat bahwa iman harus berakar
di bumi, menyapa langit, dan menjangkau semua makhluk. Dari taman gereja,
semangat Fransiskus harus menjalar ke taman dunia—menjadi gerakan kasih yang
menyelamatkan bumi dan seluruh isinya.
Mari kita menjadi sesama, bukan hanya bagi manusia, tetapi
juga bagi bumi yang terluka. Sebab dalam setiap tindakan kecil yang kita
lakukan untuk merawat ciptaan, kita sedang mewartakan kasih dan cinta Allah
kepada dunia.
#stfransiskuspelindungekologi
#kerasulanawam #gerejahadiruntukdunia #rasulawamberkarya #imanyanghidup
#laudatosi #ekologiintegral #menjadisesama #cintaalamcintaallah
#pestanamastfransiskus #stpaulus depok #shdariusleka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin