Oleh: Rm. Tauchen Hotlan Girsang, OFM |
Di dalam perumpamaan tersebut, di satu pihak ditampilkan Yesus menghardik orang Farisi dan ahli Taurat. Mereka dipandang oleh Yesus telah melakukan kejahatan seperti para penggarap anggur. Mereka menolak warta kerajaan Allah. Mereka menganiaya dan membunuh utusan-utusan Tuhan (para nabi). Bahkan mereka juga membunuh Yesus, yang adalah Putera Allah. Tindakan ini adalah suatu dosa penolakan terhadap datang-Nya kerajaan Allah. Di pihak lain, sang pemilik kebun anggur, yakni Allah sendiri, digambarkan sebagai yang sabar, pengampun dan selalu memberi kesempatan baru. Allah sebagai pemilik kerajaan surga tampil penuh kasih.
Akhirnya, kita dapat menarik kesimpulan dari kisah para penggarap bahwa dalam diri manusia terdapat dosa penolakan terhadap rahmat keselamatan. Dosa itu terjadi ketika manusia sebenarnya hanya sebagai penggarap (penyewa) tetapi menyombongkan diri menjadi pemilik. Penggarap adalah orang-orang yang mendapat kepercayaan Tuhan. Dan Tuhan begitu baik sehingga Dia memberikan kepercayaan terhadap manusia untuk mengelola miliknya.
Adakah sesuatu yang Tuhan percayakan kepada anda? Apakah anda kemudian menjadi seperti penggarap kebun anggur itu? Kalau kita sadari baik-baik, ada begitu banyak yang Tuhan percayakan kepada kita. Tuhan begitu baik sehingga dia memberi kita tubuh yang lengkap tanpa cacat sehingga kita bisa melakukan banyak aktivitas. Tuhan juga memberikan sejumlah bakat, kemampuan dan telenta untuk dikembangkan. Tuhan juga memberi sejumlah anak-anak bagi pasangan-pasangan muda. Tuhan juga memberikan sejumlah rezeki dari usaha kita. Adakah semuanya itu menyebabkan kita menyombongkan diri seperti seakan-akan kitalah si empunya semuanya itu? Bukankah semuanya itu merupakan pemberian dari Tuhan?
Kiranya kita menjadi para penggarap kebun anggur yang baru. Yang selalu ingat akan Tuhan sebagai sang pemilik. Sebab, ketika kita selalu ingat akan Dia, maka di sana selalu ada sujud dan syukur. Di sana hadirlah warta keselamatan, kerajaan Allah. Tuhan memberkati kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin