Kamis, 17 November 2011

Kembali Menjadi Pewarta; KEP dan Kebangkitan Iman Katolik di Paroki St. Paulus Depok

Oleh: RP. Tauchen Hotlan Girsang, OFM. – Pastor Paroki Santo Paulus Depok periode 2010-2013

KOTA DEPOK - Di tengah derasnya arus zaman dan derasnya tantangan iman, banyak orang tua Katolik merasa tugas mereka selesai ketika anak dibaptis dan disekolahkan di sekolah Katolik. Namun, realitas pastoral menunjukkan bahwa banyak dari anak-anak ini tumbuh tanpa pernah sungguh-sungguh mengalami penginjilan secara pribadi. Mereka mengenal agama, tetapi belum tentu mengenal Kristus. Mereka tahu tentang Gereja, tetapi belum tentu mencintainya.

Fenomena ini bukan sekadar statistik. Ia hadir dalam bentuk misa yang diikuti ala kadarnya, meningkatnya kasus kawin campur, perpindahan ke gereja non-Katolik, hingga keraguan terhadap ajaran Gereja seperti devosi kepada Bunda Maria dan tradisi sakramental. Banyak umat kehilangan kebanggaan terhadap iman Katoliknya. Di sinilah Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP) menjadi sangat relevan dan mendesak.

KEP terakhir kali diadakan di Paroki St. Paulus Depok pada tahun 2007. Setelah mengalami masa kefakuman, kerinduan akan pembaruan iman mendorong Pastor Paroki dan umat untuk menghidupkannya kembali. Maka, pada Minggu, 13 November 2011, KEP Angkatan II resmi dibuka oleh Pastor Tauchen Hotlan Girsang, OFM, dalam sebuah misa pembukaan yang dihadiri antusias oleh umat.

Respon positif terlihat dari jumlah peserta yang melampaui target awal, yakni sekitar 25 orang. Dalam sambutannya, Pastor Tauchen menegaskan, “Mengikuti KEP adalah sebuah panggilan. Ini bukan sekadar kursus, tetapi perjalanan iman untuk mengenal kembali siapa kita sebagai orang Katolik dan ke mana arah bahtera Gereja kita.”

Usai misa pembukaan, para peserta langsung membentuk dinamika kelompok di ruang serbaguna paroki. Di sinilah benih-benih pewartaan mulai ditanam. Mereka akan mendalami 10 materi utama yang disusun oleh Badan Pelayanan Keuskupan Pembaharuan Karismatik Katolik (BPK PKK) Keuskupan Bogor, ditambah materi kontekstual dari paroki.

Ibu Elisabeth Setyaningsih, sekretaris panitia KEP II, menyampaikan bahwa semua persiapan berjalan lancar. Buku pegangan peserta telah siap dibagikan pada pertemuan kedua. Sementara itu, Bapak Andreas M. Sirad dari Seksi Kitab Suci menegaskan bahwa panitia siap mendampingi seluruh proses hingga selesai.

Menariknya, peserta KEP kali ini didominasi oleh umat dari Lingkungan St. Alfonsus dan St. Bonaventura, dua dari 17 lingkungan yang ada di paroki. Ini menunjukkan bahwa semangat untuk memperdalam iman dan menjadi pewarta mulai tumbuh kembali di akar rumput.

Sebagai aktivis kerasulan awam, saya percaya bahwa KEP bukan hanya program, tetapi gerakan. Gerakan untuk membangkitkan kembali semangat pewartaan di kalangan umat awam. Sebab, seperti ditegaskan dalam Konsili Vatikan II, evangelisasi bukan hanya tugas para imam dan religius, tetapi juga seluruh umat beriman.

Pastor Tauchen mengingatkan bahwa dalam KEP, peserta tidak hanya belajar tentang ajaran Gereja universal, tetapi juga mengenal visi dan misi paroki. “Ibarat bahtera, kita harus tahu ke mana arah kapal ini berlayar,” ujarnya. Dalam dunia yang terus berubah, pewartaan pun harus menemukan bentuk dan model baru yang relevan dan kontekstual.

KEP adalah kesempatan. Kesempatan untuk mengenal kembali iman kita, untuk mencintai Gereja, dan untuk menjadi berkat bagi orang lain. Maka, pertanyaannya sederhana namun mendalam: Anda sebagai keluarga Katolik, apakah Anda mau menjadi pewarta?

Jika ya, itulah iman Katolik. Iman yang hidup, yang bergerak, dan yang memberi. Jangan tunggu sampai terlambat. Jadilah berkat hari ini.

 

#kursusevangelisasipribadi #kepstpaulusdepok #kerasulanawam #gerejahadiruntukdunia #rasulawamberkarya #imanyanghidup #pewartazamanini #kebangkitanimankatolik #jadilahberkat #evangelisasiuntuksemua

1 komentar:

  1. Selamat mengikuti KEP angkatan II umat Katolik St. Paulus Depok. Tuhan memberkati.


    Ryo Cribo

    BalasHapus

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin