Oleh: Fr. Leon, OFM |
Nama Yohanes pembabtis tidak begitu asing bagi kita umat katolik. Yang menarik dan mengesankan bagi saya adalah kata-kata Yesus sendiri tentang Yohanes Pembabtis, “Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari? Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian halus itu tempatnya di istana raja. Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi. Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Surga lebih besar dari padanya”. Inilah identitas Yohanes; pribadi yang sederhana dan rendah hati serta tidak segan-segan mengkritik ketidakadilan.
Keutamaan apa yang dapat kita pelajari dan hayati dari pribadi seorang Yohanes Pembabtis. Yohanes adalah nabi besar, namun ia memperkenalkan dirinya sebagai seorang utusan yang mempersiapakan jalan bagi kedatangan Tuhan. Ia ingin agar dia semakin kecil dan Yesus Sang Terang itu semakin besar. Ia berusaha keras menentang dan menolak semua klaim kebesaran yang ditujukan kepadanya. Karena ia ingin semakin kecil dan Yesus semakin besar. Itulah ungkapan Yohanes yang sangat terkenal dan termasyur sampai sekarang, “ Ia (Yesus) semakin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh 3:30). Sebuah ungkapan kerendahan hati dan kesetiaan yang sangat radikal dan penuh iman.
Karena itu, Yesus sendiri menegasakan bahwa Yohanes Pembabtis merupakan nabi yang paling besar. Bahkan Yesus mengatakan bahwa di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis. Sungguh sebuah pujian yang tulus dan menantang kita untuk berpikir dan berbuat demikian. Orang yang besar adalah orang yang rendah hati dan sederhana seperti seorang hamba. Orang besar tidak sombong dan angkuh serta merendahkan yang lain. Orang yang besar adalah orang yang menyadari diri sebagai pendosa yang memohon rahmat pengampunan dari Allah, bukan menghakimi orang lain sebagai pendosa. Dengan kata lain, kita berbuat baik atau berkhotbah dengan baik bukan demi kemulian kita, tetapi demi kemulian Allah sendiri. Biarlah kemulian Allah semakin besar melalui perbuatan, prilaku dan kata-kata kita, dan kita semakin kecil. Kita adalah utusan Allah yang menghadirkan terang Kristus bagi mereka yang menderita, tersingkir, tertawan dan miskin. Itulah hakekat penantian kita selama masa advent ini. Yesus hanya mau lahir dalam kandang Betlehem yang sederhana, maka kita pun perlu menyiapkan hati yang sederhana untuk menyambut kedatangan Kristus. Biarlah Yesus merajai hati kita. Pertanyaan refleksi untuk kita adalah apakah kita orang besar yang sederhana dan rendah hati atau malah sebaliknya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin