Senin, 04 Juni 2012

DALAM NAMA BAPA DAN PUTERA DAN ROH KUDUS

Oleh: P. Alex Lanur, OFM
Perutusan Para Murid
Yesus mendekati kesebelas murid-Nya dan menyampaikan perutusan kepada mereka. Kata-Nya: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat 28: 18-20).
Kepada rakyat yang sangat terharu oleh khotbahnya pada hari Pentekosta santo Petrus berkata: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” (Kis 2: 38). Pembaptisan selalu dihubung-hubungkan dengan iman: “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu”, demikian dikatakan oleh Paulus kepada  kepala penjara di Filipi. Dan “seketika itu juga dia dan seluruh keluarganya memberi diri dibaptis” (Kis 16: 31. 33). Dan, menurut santo Paulus, oleh pembaptisan seorang yang percaya diikutsertakan di dalam kematian Kristus; ia dimakamkan bersama Dia dan dibvangkitkan bersama Dia (Rom 6: 3-4). Berkat Roh Kudus pembaptisan adalah permandian yang menyucikan, menguduskan dan membenarkan (bdk.1 Kor 6: 11; 12: 13).
Perutusan yang disampaikan oleh Yesus untuk menjadikan semua bangsa menjadi murid-Nya dan membaptis mereka secara nyata dilaksanakan dalam liturgi pembaptisan. Dalam liturgi tersebut dikatakan sebagai berikut. Bila pembaptisan dilakukan dengan menuangkan air, pemimpin upacara mengambil air dari bejana pembaptisan dan menuangkannya tiga kali atas kepala calon baptis sambil mengucapkan rumusan pembaptisan: “… (nama calon baptis) Aku membaptis engkau demi nama Bapa dan Putera dan Roh kudus”.

Karya dan Tempat Tinggal Tritunggal Mahakudus
Namun demikian seluruh karya ilahi, termasuk karya menyucikan, menguduskan dan membenarkan dalam pembaptisan itu, adalah karya bersama ketiga Pribadi ilahi, Bapa, Putera dan Roh Kudus. Dan tujuan akhir seluruh karya atau kegiatan ilahi itu adalah penerimaan makhluk ciptaan ke dalam persatuan sempurna dengan Tritunggal yang bahagia (bdk. Yoh 17: 21-23). Tetapi sejak sekarang ini kita sudah dipanggil untuk menjadi tempat tinggal Tritunggal Mahakudus. Tuhan mengatakan: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia” (Yoh 14: 23).
Dengan demikian berkat pembaptisan kita semua menjadi tempat tinggal Tritunggal Mahakudus. Atau, dengan kata-kata yang disampaikan oleh santo Paulus kepada jemaat di Korintus: “Tidak tahukah kamu bahwa kamu adalah bait Allah dan Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu adalah kamu (1 Kor 3: 16-17).
Merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus dapat saja mengingatkan kita kembali akan pelbagai rumusan dogmatis tentang Tritunggal Mahakudus. Namun kami beranggapan bahwa sebaiknya sekaranng kita lebih memfokuskan diri pada kesadaran kembali sampai dengan keyakinan yang mendalam bahwa kita sungguh adalah tempat kediaman Tritunggal Mahakudus itu. Dari kesadaran kembali dan kenyakinan yang mendalam itu kita tarik beberapa kesimpulan praktis dan niat untuk menata kembali diri dan hidup kita sebagai tempat kediaman Tritunggal Mahakudus tersebut.

Penataan Kembali Diri dan Hidup Kita
Untuk menata kembali diri dan hidup kita itu kita mohon bantuan dari santo Paulus. Dalam Suratnya kepada jemaat di Galatia dia membedakan dua macam hidup. Yang satu adalah hidup menurut daging dan yang lain adalah hidup menurut Roh. Selanjutnya dia mengatakan: “Keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging – karena keduanya bertentangan – sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki…Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, irihati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu – seperti yang telah kubuat dahulu – bahwa barangsiapa melakukan hal-hal itu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menantang hal-hal itu. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia akan menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki” (Gal 5: 17-26).
Kalimat-kalimat santo Paulus sangat jelas isinya. Dari dahulu kita sebenarnya dan seharusnya sudah sadar dan benar-benar yakin bahwa kita adalah tempat tinggal Tritunggal Mahakudus. Dan untuk memelihara tempat tinggal-Nya itu kita sudah dan seharusnya tetap memilih untuk hidup menurut Roh. Tetapi mengapa tidak selalu terjadi sebagaimana mestinya?

1 komentar:

  1. Shalom bapak, ibu saudara/i di manapun berada. Apakah Sudah ada yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael? Ini adalah kalimat pengakuan iman orang Yahudi yang biasa diucapkan pada setiap ibadah mereka baik itu di rumah ibadat atau sinagoga maupun di rumah. Yesus juga menggunakan Shema untuk menjawab pertanyaan dari seorang ahli Taurat mengenai hukum yang utama. Kita dapat baca di Ulangan 6 ayat 4 dan pernah juga dikutip oleh Yesus di dalam Injil Markus 12 : 29. Dengan mengucapkan Shema, orang Yahudi mengakui bahwa YHWH ( Adonai ) Elohim itu esa dan berdaulat dalam kehidupan mereka. Berikut teks Shema Yisrael tersebut dalam huruf Ibrani ( dibaca dari kanan ke kiri seperti huruf Arab ) beserta cara mengucapkannya ( tanpa bermaksud untuk mengabaikan atau menyangkal adanya Bapa, Roh Kudus dan Firman Elohim yaitu Yeshua haMashiakh/ ישוע המשיח, yang lebih dikenal oleh umat Kristiani di Indonesia sebagai Yesus Kristus ) berikut ini

    Teks Ibrani Ulangan 6 ayat 4 : ” שְׁמַ֖ע ( Shema ) יִשְׂרָאֵ֑ל ( Yisrael ) יְהוָ֥ה ( YHWH [ Adonai ] ) אֱלֹהֵ֖ינוּ ( Eloheinu ) יְהוָ֥ה ( YHWH [ Adonai ] ) אֶחָֽד ( ekhad )


    Lalu berdasarkan halakha/ tradisi, diucapkan juga berkat: ” ברוך שם כבוד מלכותו, לעולם ועד ” ( " barukh Shem kevod malkuto, le’olam va’ed " ) yang artinya diberkatilah nama yang mulia kerajaanNya untuk selama-lamanya " ). Apakah ada yang mempunyai pendapat lain?.
    🕎✡️👁️📜🕍🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️☁️☀️⚡🌧️🌈🌒🌌🔥💧🌊🌬️🏞️🗺️🏡⛵⚓👨‍👩‍👧‍👦❤️🛐🤲🏻🖖🏻🌱🌾🍇🍎🍏🌹🐏🐑🐐🐂🐎🦌🐪🐫🦁🦅🕊️🐟🐍🇮🇱₪⛪

    BalasHapus

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin