Senin, 04 Juni 2012

“Pergilah dan Jadikanlah Semua Bangsa Murid-Ku”; Hidup sebagai Tempat Tinggal Tritunggal Mahakudus


KOTA DEPOK - Dalam Injil Matius 28:18–20, Yesus menyampaikan mandat agung kepada para murid-Nya: “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” Perintah ini bukan hanya seruan misioner, tetapi juga panggilan untuk membangun persekutuan yang hidup dengan Allah Tritunggal. Di sinilah letak jantung kerasulan awam: menjadi saksi dan pelaku karya keselamatan Allah di tengah dunia.

Sejak hari Pentakosta, ketika Petrus menyerukan pertobatan dan pembaptisan (Kis 2:38), Gereja terus menghidupi perutusan ini. Pembaptisan bukan sekadar ritus simbolik, melainkan peristiwa rohani yang menyatukan manusia dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya (Rom 6:3–4). Dalam liturgi, air dituangkan tiga kali atas kepala calon baptis, menandai penyatuan dengan Tritunggal Mahakudus.

Santo Paulus menegaskan bahwa melalui pembaptisan, kita disucikan, dikuduskan, dan dibenarkan (1 Kor 6:11). Ini adalah awal dari hidup baru, bukan akhir dari perjalanan iman.

Yesus berkata, “Jika seorang mengasihi Aku… Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia” (Yoh 14:23). Ini bukan sekadar janji spiritual, tetapi realitas iman: bahwa kita adalah bait Allah, tempat tinggal Tritunggal Mahakudus (1 Kor 3:16–17).

Namun, apakah kita sungguh menyadari hal ini? Apakah hidup kita mencerminkan kehadiran Allah yang tinggal di dalam diri kita?

Dalam Surat kepada Jemaat di Galatia, Santo Paulus membedakan dua jalan hidup: menurut daging dan menurut Roh (Gal 5:17–26). Hidup menurut daging menghasilkan perbuatan yang menjauhkan kita dari Kerajaan Allah. Sebaliknya, hidup menurut Roh menghasilkan buah-buah yang menyegarkan dan membangun: kasih, sukacita, damai, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri.

Sebagai umat beriman, kita dipanggil untuk menyalibkan keinginan daging dan membiarkan Roh Kudus memimpin hidup kita. Ini bukan tugas mudah, tetapi panggilan yang mulia. Kita harus terus-menerus menata kembali hidup kita agar layak menjadi tempat tinggal Tritunggal Mahakudus.

Sebagai aktivis kerasulan awam, saya percaya bahwa perutusan para murid adalah juga perutusan kita. Kita dipanggil untuk menjadi saksi Kristus di tengah dunia: dalam keluarga, pekerjaan, masyarakat, dan pelayanan. Kita mewartakan kasih Allah bukan hanya dengan kata, tetapi dengan hidup yang mencerminkan buah-buah Roh.

Merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus bukan hanya mengenang dogma, tetapi memperbarui komitmen kita untuk hidup dalam kasih Allah. Mari kita jadikan hidup kita sebagai altar hidup, tempat Allah berdiam, dan dari sanalah kita mewartakan cinta-Nya kepada dunia.


Oleh: Prof. Dr. RP. Alex Lanur, OFM, Guru besar STF Driyarkara yang merupakan bagian dari Komunitas Novisiat OFM Transitus Depok

#tritunggalmahakudus #perutusanparamurid #baptisankatolik #hidupdalamroh #kerasulanawam #gerejahidup #imandalamtindakan #buahroh #cintaallahuntukdunia #baitallah #misikristiani #shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang

1 komentar:

  1. Shalom bapak, ibu saudara/i di manapun berada. Apakah Sudah ada yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael? Ini adalah kalimat pengakuan iman orang Yahudi yang biasa diucapkan pada setiap ibadah mereka baik itu di rumah ibadat atau sinagoga maupun di rumah. Yesus juga menggunakan Shema untuk menjawab pertanyaan dari seorang ahli Taurat mengenai hukum yang utama. Kita dapat baca di Ulangan 6 ayat 4 dan pernah juga dikutip oleh Yesus di dalam Injil Markus 12 : 29. Dengan mengucapkan Shema, orang Yahudi mengakui bahwa YHWH ( Adonai ) Elohim itu esa dan berdaulat dalam kehidupan mereka. Berikut teks Shema Yisrael tersebut dalam huruf Ibrani ( dibaca dari kanan ke kiri seperti huruf Arab ) beserta cara mengucapkannya ( tanpa bermaksud untuk mengabaikan atau menyangkal adanya Bapa, Roh Kudus dan Firman Elohim yaitu Yeshua haMashiakh/ ישוע המשיח, yang lebih dikenal oleh umat Kristiani di Indonesia sebagai Yesus Kristus ) berikut ini

    Teks Ibrani Ulangan 6 ayat 4 : ” שְׁמַ֖ע ( Shema ) יִשְׂרָאֵ֑ל ( Yisrael ) יְהוָ֥ה ( YHWH [ Adonai ] ) אֱלֹהֵ֖ינוּ ( Eloheinu ) יְהוָ֥ה ( YHWH [ Adonai ] ) אֶחָֽד ( ekhad )


    Lalu berdasarkan halakha/ tradisi, diucapkan juga berkat: ” ברוך שם כבוד מלכותו, לעולם ועד ” ( " barukh Shem kevod malkuto, le’olam va’ed " ) yang artinya diberkatilah nama yang mulia kerajaanNya untuk selama-lamanya " ). Apakah ada yang mempunyai pendapat lain?.
    🕎✡️👁️📜🕍🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️☁️☀️⚡🌧️🌈🌒🌌🔥💧🌊🌬️🏞️🗺️🏡⛵⚓👨‍👩‍👧‍👦❤️🛐🤲🏻🖖🏻🌱🌾🍇🍎🍏🌹🐏🐑🐐🐂🐎🦌🐪🐫🦁🦅🕊️🐟🐍🇮🇱₪⛪

    BalasHapus

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin