KOTA DEPOK - Di tengah dinamika kehidupan umat Katolik yang terus berkembang, kerasulan awam menjadi pilar penting dalam mewujudkan Gereja yang hidup, relevan, dan hadir di tengah masyarakat. Salah satu contoh nyata dari semangat ini tampak dalam kegiatan pembekalan pengurus baru Dewan Pastoral Paroki (DPP) dan Dewan Keuangan Paroki (DKP) Santo Paulus Depok periode 2017–2019 yang berlangsung pada 18–19 Februari 2017 di Sasono Mulyo, Kalimulya, Cilodong.
Panitia pelaksana dari Wilayah Santo Michael dan Legio Maria
layak mendapat apresiasi atas dedikasi dan kerja keras mereka. Selama dua hari,
para peserta dibekali dengan materi formasi dan permainan yang membangun kerja
sama dan semangat melayani. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian materi
masih bersifat normatif dan belum sepenuhnya menyentuh kebutuhan mendalam para
pengurus baru.
Salah satu tantangan yang mencuat adalah dominasi
wajah-wajah lama dalam struktur kepengurusan, meskipun telah terjadi rotasi
antar seksi. Fenomena “4L” — “lu lagi, lu lagi” — menjadi cermin perlunya
pembatasan masa jabatan maksimal dua periode untuk semua posisi di DPP dan DKP.
Regenerasi bukan hanya soal pergantian orang, tetapi juga pembaruan semangat
dan visi pelayanan.
RP. Laurentius Tueng, OFM, dalam sesi Kursus Evangelisasi
Pribadi (KEP), menekankan pentingnya transformasi pribadi sebelum melayani.
Dengan gaya yang jenaka namun sarat makna, beliau menyampaikan bahwa KEP adalah
jalan untuk mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus. Dari pengalaman
tersebut, lahirlah perubahan sikap dan perilaku yang lebih otentik dalam
pelayanan.
“Kalau sudah mengalami Kristus, tidak ada lagi alasan ‘saya
tidak mampu’. KEP membentuk pribadi yang siap mewartakan, menguduskan, dan
memperbarui dunia,” tegasnya.
RP. Bartolomeus Jandu, OFM, menggarisbawahi pentingnya
katekese dalam karya pastoral. Ia mengajak para pengurus untuk menghidupi empat
pilar dasar Gereja: koinonia (persekutuan), diakonia (pelayanan),
leitourgia (peribadatan), dan kerygma (kesaksian iman). Keempat
pilar ini harus diterjemahkan dalam tindakan nyata yang menyentuh kehidupan
umat.
Misa penutup yang dipimpin RP. Alferinus Gregorius Pontus,
OFM, menjadi momen refleksi mendalam. Dalam homilinya, Pastor Gregorius
menekankan bahwa pelayanan sejati lahir dari kasih. “Orang yang mengasihi akan
berbuat lebih. Jangan hanya ingin dilayani, tapi belajarlah untuk melayani,”
pesannya.
Ia juga mengingatkan bahwa perubahan dalam komunitas harus
dimulai dari perubahan pribadi. “Motivator terbaik adalah diri kita sendiri.
Jika ingin mengubah orang lain, ubahlah diri kita lebih dahulu,” ujarnya.
Kegiatan ini menjadi cermin dari semangat kerasulan awam
yang hidup dan dinamis. Dalam konteks sosial, ekonomi, hukum, dan
kemasyarakatan, para rasul awam dipanggil untuk menjadi saksi kasih Allah.
Melalui formasi, refleksi, dan aksi nyata, Gereja Katolik terus hadir sebagai
terang dan garam dunia.
Semoga semangat pelayanan yang telah ditanamkan dalam
pembekalan ini menjadi benih yang tumbuh dan berbuah dalam karya nyata di
tengah umat dan masyarakat.
Oleh: Darius Leka, S.H., M.H., Advokat dan Aktivis Rasul Awam Gereja Katolik
#kerasulanawam #gerejamelayani #kep #parokisantopaulusdepok #evangelisasi #pelayanandenganhati #regenerasigereja #cintakasihallah #shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin