Sebelum acara serah terima dimulai, rombongan dari Paroki
St. Paulus Depok menyempatkan diri berkunjung ke kompleks doa di belakang
gereja. Di sana berdiri Jalan Salib dan patung Bunda Maria Ibu Segala
Bangsa—sebuah tempat ziarah yang dibangun di bawah kepemimpinan Pater Anton
Sahat Manurung, OFM, yang kini bertugas di Sindanglaya.
Tempat ini bukan sekadar taman doa. Ia adalah ruang
kontemplatif yang mengajak setiap peziarah untuk menyelami misteri penderitaan
Kristus dan kasih Bunda Maria yang universal. Di sinilah, dalam keheningan dan
keindahan, umat menyatukan doa-doa mereka sebelum melanjutkan perjalanan ke
aula paroki.
Aula Paroki St. Petrus Cianjur yang luas dan tinggi—biasa
digunakan untuk olahraga dan kegiatan komunitas—menjadi saksi momen penting:
penyerahan Pater Yosef Tote, OFM dari Paroki St. Paulus Depok kepada Paroki St.
Petrus Cianjur. Karena pastor paroki lama sedang di Yogyakarta dan pastor baru
belum tiba dari Flores, acara ini diterima secara simbolis oleh Pater Haryo,
OFM, Direktur Panti Asuhan St. Yusup, Sindanglaya.
Pater Goris, OFM, pastor paroki Depok, menyerahkan Pater
Yosef dengan penuh harapan dan doa. Meski serah terima jabatan belum formal,
semangat pelayanan sudah mulai menyala. Bersama Bruder Albert, OFM, Pater Yosef
langsung bersiap melanjutkan karya pastoral di ladang baru.
Tak ada perpisahan yang mudah, apalagi dalam komunitas yang
telah berbagi suka dan duka pelayanan. Saat Pater Yosef memberikan berkat
perpisahan, suaranya tersendat oleh emosi. Air mata mengalir, bukan karena
sedih semata, tetapi karena syukur dan cinta yang mendalam.
Lagu “Kemesraan Ini” dilantunkan oleh Bu Ningsih dan diikuti
oleh seluruh rombongan. Tisue menjadi barang paling dicari sore itu. Tangisan
bukan kelemahan, melainkan tanda bahwa kasih telah tumbuh dan berakar.
Pukul 14.30, rombongan mulai meninggalkan Cianjur. Namun
sebelum benar-benar pulang, bis harus menjemput Bu Ningsih yang sudah lebih
dulu melesat ke Hipermart untuk membeli CD karaoke. Sepuluh keping penuh
lagu-lagu nostalgia pun mengiringi perjalanan pulang.
Di tengah gerimis dan kabut Puncak yang khas, suasana bis
berubah menjadi ruang sukacita. Bu Lastri dan Bu Ningsih memimpin karaoke,
sementara sebagian peserta tertidur karena kelelahan. Begitu keluar dari kebun
teh, cuaca membaik, dan lalu lintas pun lancar.
Pukul 18.50, rombongan tiba di halaman parkir St. Paulus
Depok. Pater Alfons memimpin doa syukur, menutup perjalanan ini dengan pujian
kepada Tuhan atas penyertaan-Nya.
Sebagai aktivis kerasulan awam, saya melihat bahwa peristiwa
ini bukan sekadar mutasi pastoral. Ia adalah bagian dari dinamika Gereja yang
hidup. Bahwa setiap perpindahan imam bukan hanya soal administrasi, tetapi soal
perutusan. Bahwa setiap air mata perpisahan adalah tanda bahwa pelayanan telah
menyentuh hati.
Gereja bukan hanya bangunan. Ia adalah komunitas yang
bergerak, yang saling mengutus, dan yang terus mewartakan kasih Allah di mana
pun berada. Dan dalam setiap langkah kaki seorang imam, kita melihat jejak
Kristus yang terus berjalan bersama umat-Nya.
✍️ Oleh: Darius Leka, S.H., M.H., Advokat & Aktivis
Kerasulan Awam Gereja Katolik
#perutusanimam #kerasulanawam
#gerejakatolik #wartakasih #imanyanghidup #stpetruscianjur #stpaulusdepok
#cintadalamtindakan #ziarahiman #persaudaraanfransiskan #shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin