Kamis, 09 Februari 2017

Kursus Evangelisasi Pribadi; Dari Diinjili Menuju Menginjili

KOTA DEPOK
- Tahun 1965, Konsili Vatikan II menandai babak baru dalam sejarah Gereja Katolik. Para Uskup sedunia, dalam semangat pembaruan, menyerukan perlunya gelombang baru pewartaan Injil—bukan hanya kepada mereka yang belum mengenal Kristus, tetapi juga kepada umat Gereja sendiri. Sepuluh tahun kemudian, pada 1975, Sinode Uskup se-dunia mempertegas panggilan ini, yang kemudian dituangkan oleh Paus Paulus VI dalam Imbauan Apostolik Evangelii Nuntiandi.

Imbauan ini bukan sekadar dokumen. Ia adalah seruan profetik yang menggugah: bahwa setiap orang Katolik dipanggil untuk menjadi pewarta. Bahwa pewartaan bukan tugas segelintir imam atau biarawan, tetapi panggilan seluruh umat beriman.

Di Paroki Santo Paulus Depok, Keuskupan Bogor, semangat Evangelii Nuntiandi menjelma dalam bentuk konkret: Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP). Sejak dicanangkan pada tahun 2007, KEP menjadi ruang formasi yang menyentuh dimensi terdalam dari penginjilan: bahwa sebelum seseorang menginjili, ia harus terlebih dahulu mengalami dirinya diinjili oleh Yesus sendiri.

KEP bukan sekadar kursus. Ia adalah perjalanan rohani. Dari rekoleksi, pengajaran, ujian, hingga retret pengutusan, setiap peserta diajak untuk mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus, agar pada akhirnya mampu menjawab panggilan Ekaristi: “Pergilah, kita diutus!”

Pada Minggu malam, 25 September 2016, sebanyak 59 peserta KEP Angkatan VII dinyatakan lulus. Dalam sebuah seremoni sederhana namun penuh makna di Ruang Roma, sertifikat kelulusan diserahkan, dan tongkat estafet kepanitiaan berpindah dari Bapak RB Suyono (Ketua KEP VI) kepada Bapak Caracciolus Birana (Ketua KEP VII).

Romo Alfons Suhardi, OFM, hadir memberikan berkat dan dukungan. Para alumni KEP dari angkatan sebelumnya turut hadir, menciptakan suasana kekeluargaan yang hangat dan penuh semangat.

Dalam acara tersebut, penghargaan khusus diberikan kepada beberapa peserta yang menunjukkan ketekunan luar biasa:

  • Maria Imaculata Widiastuti sebagai peserta terajin
  • Pricilia Chika Alexandra sebagai peserta termuda
  • FX Suharto sebagai peserta tertua
  • Pasangan suami-istri Antonius Bayu Nugroho dan Kristina Marindra Mayasari, yang selalu hadir bersama anak mereka di setiap sesi

Mereka adalah wajah-wajah pewarta masa kini—yang menunjukkan bahwa tidak ada batas usia, status, atau kesibukan untuk menjawab panggilan Tuhan.

“Tidak ada yang tak mungkin untuk mengikuti Kursus KEP,” ujar mereka dengan penuh keyakinan.

Sebagai aktivis kerasulan awam, saya melihat KEP sebagai salah satu bentuk konkret dari pembaruan Gereja yang diimpikan Konsili Vatikan II. Ia mengembalikan pewartaan Injil ke tangan umat. Ia mengubah pewartaan dari program menjadi gaya hidup. Ia menjadikan setiap rumah, kantor, dan komunitas sebagai ladang misi.

KEP bukan hanya tentang berbicara. Ia tentang menjadi saksi. Tentang hidup yang mencerminkan kasih Kristus. Tentang keberanian untuk menyapa, mendengarkan, dan mengajak orang lain kepada terang Injil.

Dari angkatan ke angkatan, KEP di Paroki Santo Paulus Depok terus bergulir. Ia adalah gema pewartaan yang tak pernah padam. Ia adalah api yang terus menyala, menerangi generasi demi generasi.

Dan kita, sebagai umat, dipanggil untuk menjaga api itu. Untuk terus diinjili, agar kita mampu menginjili. Karena pewartaan bukan tugas tambahan. Ia adalah identitas kita sebagai murid Kristus.

️ Oleh: Darius Leka, S.H., M.H., Advokat & Aktivis Kerasulan Awam Gereja Katolik

 

#kursusevangelisasipribadi #kepstpaulusdepok #kerasulanawam #gerejakatolik #wartakasih #imanyanghidup #evangeliinuntiandi #pergilahkitadiutus #cintadalamtindakan #pewartaanyangmenyentuh #shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin