Sebagai seorang aktivis kerasulan awam, saya percaya bahwa
memahami keempat sifat ini bukan hanya penting bagi para teolog atau klerus,
tetapi juga bagi setiap umat awam yang ingin mewartakan kasih dan kebenaran
Allah di dunia yang haus akan makna.
1. SATU: Kesatuan dalam Keberagaman
Kesatuan Gereja Katolik bukanlah keseragaman. Ia adalah
persekutuan yang hidup, yang menyatukan umat dari berbagai bangsa, bahasa, dan
budaya dalam satu iman, satu baptisan, dan satu Kepala Gereja yang tak
kelihatan: Yesus Kristus (Yoh 10:16). Paus, sebagai penerus Petrus, menjadi
tanda nyata dari kesatuan ini.
Konsili Vatikan II menegaskan bahwa misteri kesatuan Gereja
mencerminkan kesatuan Tritunggal Mahakudus (UR 2). Kesatuan ini bukanlah
dominasi, melainkan harmoni. Dalam konteks Indonesia, kita mengenalnya sebagai
“Bhinneka Tunggal Ika”—kesatuan yang lahir dari keberagaman, yang terwujud
dalam liturgi, katekese, dan pelayanan sosial yang kontekstual namun tetap
setia pada iman yang satu.
2. KUDUS: Kekudusan yang Menyentuh Dunia
Gereja itu kudus bukan karena anggotanya sempurna, tetapi
karena Kristus sendiri yang kudus dan menguduskannya (Im 19:2; IG 39).
Kekudusan Gereja bukanlah status statis, melainkan dinamika pertobatan dan
pengudusan yang terus berlangsung melalui sabda, sakramen, dan kesaksian hidup.
Yesus Kristus, melalui Gereja dan tujuh sakramen, membuka
jalan kekudusan bagi setiap orang. Dalam kerasulan awam, kekudusan ini
diwujudkan dalam kejujuran di tempat kerja, keberanian membela keadilan,
kepedulian terhadap yang miskin, dan kesetiaan dalam keluarga. Kekudusan bukan
monopoli biara atau altar. Ia tumbuh di pasar, di kantor, di jalanan—di mana
pun umat Allah hadir dan berkarya.
3. KATOLIK: Gereja yang Universal dan Inklusif
Kata “katolik” berasal dari bahasa Yunani katholikos,
yang berarti “universal.” Gereja Katolik adalah gereja yang terbuka bagi semua
orang, di segala tempat, dan sepanjang zaman (Mat 28:19). Ia tidak terikat pada
bangsa, ras, atau kelas sosial. Ia hadir di setiap jemaat lokal, namun tetap
satu dalam ajaran dan sakramen.
Dalam konteks kerasulan awam, sifat katolik ini mengajak
kita untuk melampaui batas-batas eksklusivitas. Kita dipanggil untuk menjadi
jembatan, bukan tembok. Untuk menyambut, bukan menolak. Untuk menjadi saksi
kasih Allah yang melampaui sekat-sekat identitas duniawi.
4. APOSTOLIK: Setia pada Ajaran dan Perutusan Para Rasul
Gereja Katolik adalah apostolik karena didirikan di atas
dasar para rasul dan terus dipimpin oleh para penerus mereka, yakni para uskup
(Flp 1:1). Keapostolikan bukan hanya soal garis suksesi, tetapi juga soal
kesetiaan pada ajaran dan misi para rasul.
Sebagai umat awam, kita pun turut ambil bagian dalam
keapostolikan ini. Kita dipanggil untuk menjaga kemurnian iman, mewartakan
Injil, dan melayani sesama. Dalam dunia yang penuh hoaks dan relativisme moral,
kita harus menjadi suara yang setia pada kebenaran Kristus, dengan kasih dan
keberanian.
Keempat sifat Gereja ini bukanlah warisan mati, melainkan
napas hidup yang menggerakkan seluruh tubuh Kristus. Dalam kerasulan awam, kita
dipanggil untuk menerjemahkan keempat sifat ini ke dalam tindakan nyata:
membangun kesatuan di tengah perbedaan, mengejar kekudusan dalam kehidupan
sehari-hari, merangkul semua orang tanpa syarat, dan setia pada ajaran serta
misi Kristus.
Karena Gereja bukan hanya tempat kita berdoa. Gereja adalah
kita. Dan dunia menanti untuk melihat wajah Gereja yang satu, kudus, katolik,
dan apostolik—dalam diri kita semua.
✍️ Oleh: Darius Leka, S.H., M.H., Advokat &
Aktivis Kerasulan Awam Gereja Katolik
#satukuduskatolikapostolik
#kerasulanawam #gerejakatolik #imanyanghidup #wartakasih #cintadalamtindakan
#imandankeadilan #gerejayangberjalanbersama #kesatuandalamkeberagaman #kuduskarenakristus #shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin