Selasa, 14 Februari 2017

SURAT GEMBALA HAK 2017 – Keuskupan Agung Semarang

“Menghadirkan Gereja Yang Inklusif, Inovatif dan Transformatif dalam Masyarakat Multikultural”
Saudari-saudaraku yang terkasih,
Kita semua bersyukur memasuki tahun kedua Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang (ARDAS KAS) 2016-2020. Tema pelayanan pastoral tahun 2017 adalah “Menjadi Gereja yang Inklusif, Inovatif dan Transformatif yang Hidup Bergairah dalam Masyarakat Multikultural”. Tema ini berbingkai pada ARDAS KAS lima tahun pertama untuk menyemangati karya pastoral kita. Pada tahun 2017 ini, Keuskupan Agung Semarang mendapat mandat dari KWI menjadi tuan rumah Asian Youth Day (AYD) ke-7 yang akan digelar pada 30 Juli hingga 6 Agustus 2017. Tema AYD ke-7, “Joyful Asian Youth Living the Gospel in Multicultural Asia”. Bersama orang muda se-Asia kita diajak menjadi orang-orang yang bergembira menghidupi Injil di tengah masyarakat Asia yang ditandai oleh keberagaman budaya.

Kita mengawali tahun ini dengan gerakan bersama secara ekumenis, sebagai upaya menjadi Gereja Katolik yang hidup bergairah dalam masyarakat multikultural. Gereja Kristus tidak tunggal, melainkan beragam. Keberagaman itu menjadi kesempatan untuk menghadirkan Gereja yang merengkuh dan bekerjasama dengan semua orang. Seturut penyelenggaraan Tuhan, Tema Pekan Doa Sedunia (PDS) 2017 mengajak kita melakukan pertobatan karena iman akan Kristus. Kristuslah yang menguasai kita sehingga kita bisa terus melakukan rekonsiliasi satu terhadap yang lain. Tema PDS 2017 berbunyi: “Rekonsiliasi – Kasih Kristus Menguasai Kita”. Tema tersebut dikutip dan diolah dari Surat St. Paulus yang Kedua kepada Umat di Korintus 5:14. Selengkapnya, teks itu berbunyi, “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati (bersama Kristus)” (2Kor 5:14). Selama satu pekan, tanggal 18-25 Januari 2017, kita menghayati pertobatan karena telah ditebus oleh Kristus yang wafat untuk kita. Kita dipanggil untuk hadir secara baru, dengan merangkul sesama dan membarui diri terus-menerus melalui kehadiran dan keterlibatan dalam kehidupan bersama yang beragam. Itu semua kita hayati secara bergairah, penuh semangat dan dalam sikap saling menghormati. Dari kegiatan doa, semoga berbuah kepada sikap hidup dalam menanggapi keprihatinan dan situasi nyata, misalnya dalam bersikap terhadap Pilkada serentak 15 Februari 2017, kegiatan mengupayakan dialog kehidupan dan dialog dalam tataran ilmu pengetahuan. Penghubung Karya Kerasulan Kemasyarakatan (PK3) Kevikepan bersama FMKI (Forum Masyarakat Katolik Indonesia) bersama Tim yang dibentuk secara khusus di paroki atau rayon yang diselenggarakan Pilkada, dapat mengawal upaya pendampingan umat dalam politik praktis, menjadi pemilih cerdas dan bertanggungjawab.



Dalam konteks kerjasama ekumenis, yakni kerjasama antar-Gereja Katolik dan Gereja Protestan, tahun 2017 merupakan kenangan atas 500 tahun sejarah Reformasi yang diprakarsai oleh Martin Luther. Gereja-Gereja di Jerman mempersiapkan tema dan bahan PDS 2017 sebagai perayaan Ekumenis Kristus. Kita sadari bersama bahwa sejarah Reformasi yang dilakukan oleh Martin Luther 500 tahun yang lalu memang mendatangkan luka. Namun, kesempatan PDS yang sudah berlangsung lebih dari 100 tahun, kita pergunakan sebagai kesempatan untuk memohon pengampunan bagi dosa-dosa masa lalu, melakukan rekonsiliasi dan menjadi duta rekonsiliasi. Kita bersukacita dalam keselamatan Allah yang bersumber pada kasih Kristus, yang menguasai kita melalui wafat dan kebangkitan-Nya. Persatuan dalam semangat rekonsiliasi itu selaras dengan Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang (RIKAS) 2016-2035 mewujudkan Peradaban Kasih dalam Masyarakat Indonesia yang Sejahtera, Bermartabat dan Beriman. Kita membangun pertobatan, saling ber-rekonsiliasi karena kasih Kristus menguasai kehidupan kita yang rapuh dan berdosa.

Saudari-saudaraku yang terkasih,
Sesuai dengan bacaan Kitab Suci hari ini (Minggu Biasa 3), dalam semangat rekonsiliasi, kita berjalan bersama Kristus, Sang Raja Damai, sehingga “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan” boleh “melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar”. Semoga dengan menghadirkan Gereja yang inklusif, inovatif dan transformatif dalam masyarakat multikultural, kita boleh “menimbulkan banyak sorak-sorai, dan sukacita yang besar di hadapan Tuhan” (bdk. Yesaya 8:23b-9:3, bacaan I). Dalam semangat rekonsiliasi atas dasar kasih Kristus yang menguasai kita, kita dipanggil untuk “seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kita, tetapi sebaliknya mari kita erat bersatu dan sehati sepikir” (bdk. 1Kor 1:10-13,17, bacaan II). Kita dipanggil untuk bertobat, membangun dan mengembangkan semangat rekonsiliasi sebagai murid-murid Kristus dalam kehidupan kita, sesuai dengan panggilan dan karya pelayanan masing-masing. Bersama Kristus, kita membawa cahaya perdamaian dan persaudaraan dalam kegelapan kehidupan yang kerap ditandai perpecahan (bdk. Injil Mateus 4:12-23).

Saudari-saudara yang terkasih,
Dalam semangat pertobatan serta tekad menghadirkan Gereja yang inklusif, inovatif dan transformatif dan bergairah hidup dalam masyarakat multikultural, saya menghimbau dan mengajak agar: Pertama, Paroki-Paroki memulai (bagi yang belum) dan meningkatkan (bagi yang sudah melakukan) kerjasama dengan Gereja-Gereja Kristen terdekat membangun gerakan ekumenis. Caranya, selama bulan Januari-Februari ini, diselenggarakan Ibadat Ekumene dalam rangka Pekan Doa Sedunia. Ibadat bisa menggunakan panduan yang disediakan oleh Komisi HAK KAS. Kedua, saya mengajak Umat dan Para Romo Paroki memberi ruang agar tercipta perjumpaan antar umat beragama dalam rangka Pesta Nama atau HUT Paroki. Dalam rangka itu, dapat diselenggarakan kenduri (selamatan) bersama dengan meminta tokoh agama lain (Modin/Pendeta/Bhiksu) untuk turut memimpin doa selamatan; atau diselenggarakan kegiatan kemasyarakatan, seperti pentas seni lintas agama, olah raga, gerakan penanaman dan pemeliharaan pohon juga pembuatan sumur resapan untuk merawat lingkungan. Ketiga, Sangat baik apabila kerjasama terpadu ditingkatkan dalam upaya pencerdasan bagi umat kristiani dalam dorongan keterlibatan mengikuti tahapan pilkada, pencermatan terhadap calon-calon yang akan maju dalam pilkada. Pencerdasan menjelang Pilkada serentak ini menjadi kesempatan yang baik untuk merefleksikan kembali hubungan antara Gereja dan politik di Indonesia. Para Romo Paroki bersama Dewan Paroki hendaknya bekerjasama dengan Pendeta atau komunitas Kristen serta tokoh masyarakat terdekat yang ada dalam lingkup Paroki untuk kepentingan tersebut. Keempat, Lembaga-lembaga Kesehatan dan Sosial serta Lembaga Pendidikan Katolik memprakarsai ‘dialog kehidupan’ maupun ‘dialog ilmu pengetahuan’, sehingga melalui upaya ini, kehidupan bersama menjadi wahana mewujudkan bonum commune – kebaikan bersama serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan cara-cara itu, Gereja mewujudkan peradaban kasih bagi masyarakat.

Terima kasih kepada: Ibu-Bapak, Rekan Muda- Remaja-Anak-anak, Para Bruder-Suster-Frater, Romo, aktifis Sos-mas-pol yang dalam pelbagai kesempatan, penuh gairah, terus berupaya dengan caranya masing-masing, menghadirkan Gereja di tengah masyarakat multikultural. Tuhan pasti melimpahkan berkat kepada Anda semua. Kita terus berharap, kerukunan dan persaudaraan sejati antar umat beriman semakin terwujud demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Kasih Tuhan kita Yesus Kristus meneguhkan kita menjadi duta-duta rekonsiliasi.

Salam, doa dan Berkah Dalem.
Semarang; HR. SP Maria Dikandung Tanpa Noda, 8 Desember 2016
Dalam kesatuan hati dengan Kolegium Konsultor KAS

FX. Sukendar Wignyosumarta, Pr
Administrator Diosesan KAS

»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
aloys budi purnomo Pr

Sent from my heart of abudhenkpr
“abdi Dalem palawija”
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang

Sumber
aloys budi purnomo Pr

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin