SEMARANG - Dua Kiai mencerahi Lokakarya Komisi Hubungan Antaragama dan
Kepercayaan (Kom HAK) Regio Jawa yang berlangsung di Hotel Pandanaran
Semarang, Jumat-Minggu, 17-19/3. Dua Kiai tersebut adalah adalah Wakil
Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Imam Pituduh, dan Pengasuh
Pondok Pesantren Al-Islah Tembalang, Semarang, Jawa Tengah Kiai Budi
Harjono Al-Jawi.
Kiai Imam yang dikenal dengan sapaan “Kiai Gondrong” dalam paparannya
menyadarkan para peserta Lokakarya untuk terus berjuang merawat dan
menyelamatkan empat pilar kebangsaan yakni Pancasila, Bhinneka Tunggal
Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Undang-Undang Dasar 1945.
Komitmen merawat empat pilar kebangsaan itu, menurut Kiai Imam harus
dilakukan mengingat ancaman terorisme dan intoleransi yang terjadi di
negeri ini seperti tampak dalam gerakan-gerakan radikal di Indonesia.
Lanjut Kiai Imam, untuk mengatasi hal ini masyarakat tidak boleh diam
melainkan harus berani menyuarakan dan mewartakan kebenaran dan
keadilan. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan “Perang Cyber” di dunia media sosial (FB, Instagram, Tweety, V-blog) yang sedang buas dengan hoax-hoax dengan postingan pesan dengan warna yang lebih beradab, inklusif, inovatif, dan transformatif. “Orang baik berdosa bila berdiam diri menghadapi hoax, gosip dan fitnah cyber. Maka kita perlu saling bertukar like atau share atas kabar baik yang mewartakan kebenaran, keadian dan kesejahteraan.”
Pada sesi Kiai Budi Harjono Al-Jawi, penyampaian materi diawali
dengan Tarian Sufi terlebih dahulu. Tarian Sufi ini menjadi media Kiai
Budi untuk merajut kerukunan dan persaudaraan. Selanjutnya Kiai Budi
menerangkan bahwa Tarian Sufi adalah tarian cinta. Musik dan tarian
menjadi sarana untuk mewujudkan hidup yang damai. Dalam semangat saling
mencintai dan menghargai kita membangun hidup bersama. “Tiada lagi beda
antara aku dan kau sebab kau hanyalah manifestasi aku yang lain. Hidup
keberagaman pun laksana taman bunga yang indah tanpa harus saling
menghujat satu terhadap yang lain,” tutur Kiai Budi yang disambut tepuk
tangan para peserta.
Suasana secara keseluruhan diwarnai sukacita. Begitulah Lokakarya
Komisi HAK Regio Jawa yang dibuka oleh Mgr Yohanes Harun Yuwono dan
ditutup oleh Administrator Diosesan Keuskupan Agung Semarang (KAS) Romo
FX. Sukendar Wignyosumarta.
Total jumlah peserta dan panitia Lokakarya Komisi HAK Regio Jawa ini
sebanyak 75 orang. Mereka adalah para Ketua Komisi HAK se-Regio Jawa
(Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Bogor, Keuskupan Bandung, Keuskupan
Malang, Keuskupan Surabaya, Keuskupan Purwokerto dan Keuskupan Agung
Semarang sebagai tuan rumah penyelenggara dalam kerjasama dengan Komisi
HAK KWI dan Bimas Katolik Indonesia. Para Ketua Komisi HAK se-Regio Jawa
hadir bersama Tim masing-masing. Turut hadir sebagai peserta adalah
para Ketua Timja HAK empat Kevikepan se-KAS bersama Timjanya. Sementara
itu sejumlah orang muda Katolik yang menjadi volunteer Asian Youth Day
dari Kevikepan Semarang terlibat dalam kepanitiaan dan fasilitator
rangkaian acara Lokakarya tersebut.
_________________________
Darius Leka, SH/ Sumber: www.hidupkatolik.com/ Foto: Dok. Romo Aloys Budi Purnomo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin