SEMARANG - KH Hasyim Muzadi
memang sudah meninggal dunia. Namun jejaknya tak ikut mati. Namanya
disebut di sebuah gereja, dalam misa pra paskah III, Minggu 19 Maret
2017. Adalah Romo Matheus Widyo Lestari MSC yang menghadirkannya.
Umat Katholik di gereja St Fransiskus Xaverius stasi Prembun
Paroki Kutoarjo, terlihat tekun dan menyimak khotbah yang disampaikan
Romo Widyo. KH Hasyim Muzadi adalah salah satu contoh manusia paripurna. Ia seorang ulama besar yang layak dijadikan tokoh keberagaman.
"Kita sebagai umat Katholik, layak meneladani sikap Kyai
Hasyim. Jangan karena beda keyakinan kemudian kita tak meneladani
sikapnya yang membuat adem. Selamanya yang baik akan tetap baik.
Almarhum adalah tokoh besar keberagaman," kata Romo Widyo.
Romo Widyo menyebutkan bahwa pluralisme tidak semata
menunjuk pada kenyataan tentang adanya kemajemukan. Namun yang dimaksud
adalah keterlibatan aktif terhadap kenyataan kemajemukan tersebut.
Pluralisme agama dan budaya dapat kita jumpai dimana-mana. Di dalam
masyarakat tertentu, di kantor tempat orang bekerja.
"Tetapi seseorang dikatakan menyandang sifat tersebut
apabila ia dapat berinteraksi positif dalam lingkungan kemajemukan
tersebut. Pengertian pluralisme agama adalah bahwa tiap pemeluk agama
dituntut bukan saja mengakui keberadaan dan hak agama lain, tetapi juga
terlibat dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan guna terciptanya
kerukunan, dalam kebhinekaan," kata Romo nyentrik berambut gondrong ini.
Seperti dilansir Liputan6.com, Romo Widyo menjelaskan alasan pemilihan KH Hasyim Muzadi
sebagai tokoh yang layak ditiru umat Katholik. Menurutnya misa pra
paskah adalah misa untuk merefleksikan hidup menuju pribadi yang
memiliki kehormatan dan martabat sebagai citra Allah.
Persoalan
intoleransi akan menjadi ancaman serius umat manusia di dunia, bukan
hanya di Indonesia.
Perbedaan pandangan politik, keyakinan agama, suku, ideologi
dan lain-lain yang berbeda itu berpotensi memunculkan sikap
intoleransi. Untuk mengatasi hal itu, butuh sosok-sosok pejuang yang
adem.
"Kyai Hasyim Muzadi itu sangat adem. Beliau kalem dan tidak
meledak-ledak menghadapi perbedaan. Beliau adalah makhuk paripurna yang
bukan hanya mengakui keberagaman, namun mampi berinteraksi dan memberi
aura positif keberagaman," kata Romo Widyo.
Dengan mengambil contoh itu, Romo Widyo berharap bisa
memancarkan energi baik di wilayah Prembun Kebumen. "Setidaknya umat
Katholik Prembun bisa bersikap menghormati keberagaman dan mengambil
inspirasi dari Kyai Hasyim. Kami sangat merasa kehilangan dengan wafatnya beliau," katanya.
Keterangan foto: Gaya Romo Widyo Lestari MSC ketika menyampaikan keteladanan KH Hasyim Muzadi. (foto : Liputan6.com / Edhie Prayitno Ige)
_______________________
Darius Leka, SH/ Sumber: liputan6.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin