Kamis, 11 Desember 2025

Bunda Maria, Pengurai Simpul Kehidupan; Doa, Harapan, dan Keterlibatan Awam dalam Dunia yang Terluka

KOTA DEPOK — Dalam pusaran zaman yang penuh ketidakpastian, di tengah krisis sosial, ekonomi, dan moral yang mengguncang sendi-sendi masyarakat, umat Katolik diajak kembali menengadah kepada sosok yang lembut namun penuh kuasa: Bunda Maria, Pengurai Simpul Masalah.

Doa kepada Bunda Maria bukan sekadar tradisi devosional. Ia adalah ungkapan iman yang hidup, seruan batin yang jujur dari anak-anak Allah yang terluka, dan sekaligus bentuk partisipasi aktif dalam spiritualitas penyembuhan dan pembebasan. Dalam setiap simpul kehidupan—baik itu konflik keluarga, tekanan ekonomi, ketidakadilan hukum, atau luka batin yang tak tersembuhkan—Bunda Maria hadir sebagai pengantara yang lembut namun tegas, membawa kita kepada Sang Putra, Sang Jalan, Kebenaran, dan Hidup.

Doa kepada Bunda Maria Pengurai Simpul Masalah berasal dari devosi yang berkembang di Jerman pada abad ke-18, dan kini menyebar luas di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dalam doa ini, kita menyerahkan "simpul-simpul" kehidupan kita—masalah yang rumit, relasi yang retak, keputusan yang sulit—kepada tangan kasih Bunda Maria, yang dengan sabar dan penuh cinta mengurainya satu per satu.

“Bunda Maria, Engkau yang selalu menolong, yang dengan tanganmu yang penuh kasih mengurai simpul-kesulitan hidup kami, kami datang memohon pertolonganmu…”

Doa ini bukan pelarian dari kenyataan, melainkan kekuatan untuk menghadapinya. Ia menjadi sumber harapan bagi mereka yang terpinggirkan, yang terbelit utang, yang terjerat hukum, yang kehilangan arah dalam hidupnya.

Sebagai aktivis kerasulan awam, saya menyaksikan sendiri bagaimana doa ini menjadi kekuatan transformatif dalam pelayanan sosial dan hukum. Di komunitas-komunitas basis, para ibu rumah tangga, buruh, dan anak muda berkumpul dalam kelompok doa, saling menguatkan, dan bersama-sama mencari solusi konkret atas persoalan hidup mereka.

Kerasulan awam bukan hanya soal kegiatan rohani, tetapi juga keterlibatan nyata dalam membela martabat manusia. Dalam bidang hukum, kami mendampingi korban ketidakadilan. Dalam bidang ekonomi, kami mendorong koperasi umat dan kewirausahaan berbasis nilai Injil. Dalam bidang sosial, kami hadir di tengah mereka yang terpinggirkan, menjadi suara bagi yang tak bersuara.

Gereja Katolik, melalui kerasulan awam, dipanggil untuk menjadi bagian dari solusi bangsa. Ketika simpul-simpul kemiskinan, korupsi, kekerasan, dan intoleransi semakin mengikat masyarakat, Gereja tidak boleh diam. Kita dipanggil untuk menjadi terang, menjadi garam, menjadi tangan-tangan Maria yang mengurai simpul-simpul itu dengan kasih, keadilan, dan pengharapan.

Dalam terang ajaran sosial Gereja, kita diajak untuk membangun tata dunia yang lebih adil dan manusiawi. Bukan dengan kekerasan, tetapi dengan cinta yang aktif. Bukan dengan penghakiman, tetapi dengan pendampingan. Bukan dengan menjauh dari dunia, tetapi dengan terlibat di dalamnya secara profetik.

Mari kita terus berdoa kepada Bunda Maria, terutama saat menghadapi masalah yang tampaknya tak terpecahkan. Namun jangan berhenti di sana. Jadikan doa itu sebagai bahan bakar untuk bertindak, untuk terlibat, untuk menjadi bagian dari solusi.

Karena setiap simpul yang terurai bukan hanya kemenangan pribadi, tetapi juga tanda bahwa Kerajaan Allah sedang bertumbuh di tengah dunia.

 

Oleh; Darius Leka, S.H., M.H. —Advokat & Aktivis Kerasulan Awam Katolik

#shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas #doakatolik #bundaMaria #penguraisimpulmasalah #kerasulanawam #gerejakatolik #kasihAllah #doapermohonan #katolikindonesia #imanaktif #gerejabergerak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin