KOTA DEPOK — Dalam pusaran zaman yang penuh ketidakpastian, di tengah krisis sosial, ekonomi, dan moral yang mengguncang sendi-sendi masyarakat, umat Katolik diajak kembali menengadah kepada sosok yang lembut namun penuh kuasa: Bunda Maria, Pengurai Simpul Masalah.
Doa kepada Bunda Maria bukan sekadar tradisi devosional. Ia
adalah ungkapan iman yang hidup, seruan batin yang jujur dari anak-anak Allah
yang terluka, dan sekaligus bentuk partisipasi aktif dalam spiritualitas
penyembuhan dan pembebasan. Dalam setiap simpul kehidupan—baik itu konflik
keluarga, tekanan ekonomi, ketidakadilan hukum, atau luka batin yang tak
tersembuhkan—Bunda Maria hadir sebagai pengantara yang lembut namun tegas,
membawa kita kepada Sang Putra, Sang Jalan, Kebenaran, dan Hidup.
Doa kepada Bunda Maria Pengurai Simpul Masalah berasal dari
devosi yang berkembang di Jerman pada abad ke-18, dan kini menyebar luas di
seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dalam doa ini, kita menyerahkan
"simpul-simpul" kehidupan kita—masalah yang rumit, relasi yang retak,
keputusan yang sulit—kepada tangan kasih Bunda Maria, yang dengan sabar dan
penuh cinta mengurainya satu per satu.
“Bunda Maria, Engkau yang selalu menolong, yang dengan
tanganmu yang penuh kasih mengurai simpul-kesulitan hidup kami, kami datang
memohon pertolonganmu…”
Doa ini bukan pelarian dari kenyataan, melainkan kekuatan
untuk menghadapinya. Ia menjadi sumber harapan bagi mereka yang terpinggirkan,
yang terbelit utang, yang terjerat hukum, yang kehilangan arah dalam hidupnya.
Sebagai aktivis kerasulan awam, saya menyaksikan sendiri
bagaimana doa ini menjadi kekuatan transformatif dalam pelayanan sosial dan
hukum. Di komunitas-komunitas basis, para ibu rumah tangga, buruh, dan anak
muda berkumpul dalam kelompok doa, saling menguatkan, dan bersama-sama mencari
solusi konkret atas persoalan hidup mereka.
Kerasulan awam bukan hanya soal kegiatan rohani, tetapi juga
keterlibatan nyata dalam membela martabat manusia. Dalam bidang hukum, kami
mendampingi korban ketidakadilan. Dalam bidang ekonomi, kami mendorong koperasi
umat dan kewirausahaan berbasis nilai Injil. Dalam bidang sosial, kami hadir di
tengah mereka yang terpinggirkan, menjadi suara bagi yang tak bersuara.
Gereja Katolik, melalui kerasulan awam, dipanggil untuk
menjadi bagian dari solusi bangsa. Ketika simpul-simpul kemiskinan, korupsi,
kekerasan, dan intoleransi semakin mengikat masyarakat, Gereja tidak boleh
diam. Kita dipanggil untuk menjadi terang, menjadi garam, menjadi tangan-tangan
Maria yang mengurai simpul-simpul itu dengan kasih, keadilan, dan pengharapan.
Dalam terang ajaran sosial Gereja, kita diajak untuk
membangun tata dunia yang lebih adil dan manusiawi. Bukan dengan kekerasan,
tetapi dengan cinta yang aktif. Bukan dengan penghakiman, tetapi dengan
pendampingan. Bukan dengan menjauh dari dunia, tetapi dengan terlibat di
dalamnya secara profetik.
Mari kita terus berdoa kepada Bunda Maria, terutama saat
menghadapi masalah yang tampaknya tak terpecahkan. Namun jangan berhenti di
sana. Jadikan doa itu sebagai bahan bakar untuk bertindak, untuk terlibat,
untuk menjadi bagian dari solusi.
Karena setiap simpul yang terurai bukan hanya kemenangan
pribadi, tetapi juga tanda bahwa Kerajaan Allah sedang bertumbuh di tengah
dunia.
Oleh; Darius Leka, S.H., M.H. —Advokat & Aktivis Kerasulan Awam Katolik
#shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas #doakatolik
#bundaMaria #penguraisimpulmasalah #kerasulanawam #gerejakatolik #kasihAllah
#doapermohonan #katolikindonesia #imanaktif #gerejabergerak

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin