KOTA DEPOK - Di tengah keheningan malam, di sebuah kapel kecil yang diterangi cahaya lilin, sekelompok umat Katolik duduk bersila, menggenggam rosario di tangan. Butir demi butir mereka doakan, bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk jiwa-jiwa yang telah berpulang. Inilah wajah lain dari kasih: doa yang melampaui batas waktu dan kematian.
Dalam iman Katolik, kematian bukanlah akhir, melainkan awal
dari kehidupan yang baru. Namun, Gereja juga mengajarkan bahwa jiwa-jiwa yang
telah meninggal masih membutuhkan doa kita, terutama mereka yang berada dalam
api penyucian. Di sinilah peran penting doa bagi arwah, khususnya melalui
devosi yang sangat khas: Rosario Arwah.
Rosario Arwah adalah bentuk doa Rosario yang dipersembahkan
secara khusus bagi jiwa-jiwa orang yang telah meninggal dunia. Ia bukan sekadar
rutinitas, melainkan ungkapan iman akan persekutuan para kudus—bahwa kita yang
masih hidup dapat membantu mereka yang telah berpulang melalui doa dan
pengorbanan.
Rosario Arwah pada dasarnya mengikuti struktur Rosario
biasa, namun dengan intensi khusus untuk mendoakan jiwa-jiwa di api penyucian.
Berikut unsur khasnya:
- Doa
Pembuka: Tanda Salib, Doa Tobat, dan
Doa Pembukaan Rosario.
- Per
Misteri: Setelah setiap peristiwa (10
Salam Maria), ditambahkan doa:
“Ya Yesus yang baik, ampunilah dosa-dosa kami, selamatkanlah kami dari api neraka, dan hantarlah jiwa-jiwa ke surga, terutama mereka yang sangat membutuhkan kerahiman-Mu.” - Intensi
Khusus: Setiap peristiwa bisa
didoakan untuk jiwa tertentu—anggota keluarga, sahabat, atau jiwa-jiwa
terlantar.
- Doa
Penutup: Doa bagi arwah, seperti “Ya
Allah, berilah istirahat kekal kepada mereka…” dan Litani Arwah jika
diadakan secara komunitas.
Sebagai seorang rasul awam, saya sering menyaksikan
bagaimana keluarga-keluarga Katolik menjadikan Rosario Arwah sebagai bagian
dari budaya iman mereka. Di tengah duka, mereka tidak larut dalam kesedihan,
tetapi bangkit dalam pengharapan. Doa menjadi jembatan antara dunia dan
akhirat, antara kasih yang masih hidup dan kasih yang telah berpulang.
Dalam konteks kerasulan awam, mendoakan arwah juga merupakan
bentuk solidaritas spiritual. Kita tidak hanya peduli pada yang hidup, tetapi
juga pada yang telah mendahului kita. Ini adalah bentuk paling murni dari
cinta: memberi tanpa berharap balasan, bahkan dari mereka yang tak lagi bisa
membalas.
Banyak komunitas kerasulan awam di Indonesia yang secara
rutin mengadakan Rosario Arwah, baik di lingkungan, wilayah, maupun komunitas
kategorial. Ini bukan hanya kegiatan rohani, tetapi juga bentuk penguatan iman
bersama. Dalam doa, kita saling menopang, saling mengingatkan bahwa hidup ini
fana, namun kasih Allah kekal.
Sebagai advokat, saya juga melihat bahwa doa bagi arwah
adalah bentuk keadilan spiritual. Ia mengingatkan kita bahwa setiap jiwa
berharga di mata Allah, dan bahwa kita punya tanggung jawab untuk saling
menolong, bahkan setelah kematian.
Rosario Arwah bukanlah sekadar tradisi. Ia adalah napas
iman, denyut kasih, dan suara hati yang tak pernah berhenti menyebut nama
mereka yang kita cintai. Dalam setiap butir doa, kita berkata: “Engkau tidak
dilupakan. Kami masih bersamamu. Dan kami percaya, Allah pun demikian.”
Oleh Darius Leka, S.H., M.H. –
Advokat dan Aktivis Rasul Awam Gereja Katolik
#shdariusleka #reels #foryou #fyp
#jangkauanluas @semuaorang #katolik #rosarioarwah #doabagiarwah #kerasulanawam
#kasihAllah #gerejakatolik #imanpengharapan #doauntukyangtelahpergi

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin