VATIKAN - Di tengah dunia yang terfragmentasi oleh sekat-sekat identitas, sejarah, dan ideologi, Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks menjadi pengingat bahwa perbedaan tidak selalu berarti perpecahan. Keduanya adalah dua cabang besar dari pohon Kekristenan yang sama, berakar pada Gereja perdana abad pertama, dan tumbuh dari tanah yang sama: darah para martir, ajaran para rasul, dan semangat komunitas awal yang hidup dalam kasih dan kesederhanaan.
Gereja Katolik dan Ortodoks Timur berbagi warisan yang kaya: Kitab Suci,
Sakramen, liturgi kuno, devosi kepada Maria dan para kudus, serta ajaran para
Bapa Gereja. Selama lebih dari seribu tahun, keduanya berjalan bersama dalam
kesatuan iman dan misi. Namun, peristiwa Skisma Besar tahun 1054 memisahkan
keduanya secara institusional, terutama karena perbedaan dalam hal otoritas
kepausan dan rumusan teologis seperti Filioque.
Namun, perpisahan itu tidak menghapus kesamaan mendasar. Seperti yang
ditegaskan oleh Paus Yohanes Paulus II, “Gereja harus bernapas dengan dua
paru-paru: Timur dan Barat.” Pernyataan ini bukan sekadar metafora, melainkan
pengakuan bahwa kepenuhan iman Kristen hanya dapat dirasakan dalam semangat
saling melengkapi, bukan saling meniadakan.
Sebagai seorang advokat dan aktivis kerasulan awam, saya percaya bahwa
rekonsiliasi bukan hanya tugas para teolog dan uskup. Ia adalah panggilan
setiap orang beriman. Di berbagai komunitas, saya menyaksikan bagaimana umat
Katolik dan Ortodoks bekerja sama dalam pelayanan sosial: mendirikan klinik
kesehatan di daerah terpencil, mengelola bank pangan untuk kaum miskin, hingga
mengadvokasi hak-hak minoritas agama di wilayah konflik.
Kerasulan awam menjadi ruang perjumpaan yang otentik. Di sana, perbedaan
ritus dan doktrin mencair dalam semangat pelayanan. Di sana, kasih menjadi
bahasa universal yang melampaui batas-batas kanon hukum.
Dalam dunia yang mudah terpolarisasi, kesaksian persaudaraan Katolik-Ortodoks
menjadi terang yang menuntun. Ia mengajarkan bahwa kesatuan bukanlah
keseragaman, dan perbedaan bukanlah ancaman. Justru dalam keberagaman itulah
kasih Allah menjadi nyata—karena kasih sejati tidak menuntut kesamaan, tetapi
merayakan keberbedaan dalam semangat saling melayani.
Sebagai rasul awam, kita dipanggil untuk menjadi jembatan, bukan tembok.
Untuk menjadi saksi kasih yang melampaui batas-batas denominasi. Karena dunia
tidak hanya butuh doktrin, tetapi juga kesaksian hidup yang menyentuh hati.
Gereja Katolik dan Ortodoks adalah dua paru-paru yang menghidupi tubuh
Kristus. Mari kita hirup nafas Roh Kudus yang sama, dan hembuskan kasih yang
sama ke dunia yang haus akan damai dan persatuan.
Oleh;
Darius Leka, S.H., M.H. – Advokat dan Aktivis Kerasulan Awam Katolik
#shdariusleka
#reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang #katolikdanortodoks
#kerasulanawam #gerejaperdana #persaudaraansejati #imanaktif

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin