KOTA DEPOK - “Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan, sebab Ia telah melakukan karya-karya yang ajaib.” (Mzm 98:1 – Mazmur Tanggapan Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda, 8 Desember 2025)
Hari ini, Gereja Katolik sejagat merayakan salah satu misteri iman yang
paling agung: Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa. Sebuah
dogma yang menegaskan bahwa Maria, sejak dalam kandungan, telah dijaga dari
noda dosa asal demi tugas perutusannya sebagai Bunda Sang Penebus. Namun,
perayaan ini bukan hanya tentang Maria. Ia adalah cermin panggilan kita
semua—terutama para rasul awam—untuk hidup dalam kekudusan dan keterlibatan
sosial yang nyata.
Mazmur 98 yang menjadi tanggapan hari ini bukan sekadar puisi liturgis. Ia
adalah seruan profetik: “Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan.” Lagu baru bukan
berarti melodi baru, tetapi hidup baru. Sebuah hidup yang tidak lagi tunduk
pada logika dunia lama—ketidakadilan, kekerasan, ketamakan—melainkan hidup yang
ditandai oleh kasih, keadilan, dan pengharapan.
Sebagai seorang advokat yang terlibat dalam pelayanan hukum berbasis iman,
saya menyaksikan bagaimana “lagu baru” itu dinyanyikan oleh para rasul awam di
tengah masyarakat. Di pinggiran Jakarta, komunitas Katolik mendirikan pusat
bantuan hukum bagi buruh migran. Di pedalaman Kalimantan, para guru Katolik
mengajar dengan semangat pelayanan, meski tanpa gaji tetap. Di Flores, koperasi
umat berbasis nilai Injili menjadi alternatif ekonomi yang adil dan
berkelanjutan.
Sering kali kita memandang Maria hanya sebagai sosok yang pasif dan penuh
kesalehan. Namun Injil hari ini (Luk 1:26–38) menunjukkan sebaliknya: Maria
adalah perempuan muda yang berani berkata “ya” pada rencana Allah, meski itu
berarti risiko sosial dan pribadi yang besar. Ia adalah ikon kerasulan awam
sejati—yang mendengarkan, merenungkan, dan bertindak.
Dalam konteks kerasulan awam, Maria mengajarkan bahwa kekudusan bukanlah
pelarian dari dunia, tetapi keterlibatan penuh kasih di dalamnya. Ia hadir di
tengah pesta, di kaki salib, dan di ruang doa bersama para rasul. Ia adalah
jembatan antara langit dan bumi, antara iman dan aksi.
Hari Raya ini mengajak kita untuk bertanya: Apa lagu baru yang sedang kita
nyanyikan bagi Tuhan? Apakah hidup kita sebagai orang Katolik—terutama sebagai
orang awam—menjadi tanda karya ajaib Allah di tengah dunia?
Sebagai aktivis sosial dan hukum, saya percaya bahwa setiap tindakan
keadilan, setiap pembelaan terhadap yang lemah, setiap pelayanan tanpa pamrih
adalah bait-bait lagu baru itu. Lagu yang tidak selalu merdu di telinga dunia,
tetapi indah di hadapan Allah.
Mari kita rayakan Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda ini
bukan hanya dengan liturgi, tetapi dengan hidup yang menjadi mazmur. Karena
dunia tidak hanya butuh nyanyian, tetapi juga saksi. Dan setiap dari kita
dipanggil untuk menjadi saksi itu—dengan profesi, dengan keluarga, dengan
pelayanan.
Oleh;
Darius Leka, S.H., M.H. – Advokat dan Aktivis Kerasulan Awam Katolik
#shdariusleka
#reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang #mazmurtanggapan #santamaria
#kerasulanawam #gerejakatolik #imanaktif #lagubaruuntuktuhan

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin