Ucapan ini bukan sekadar formalitas kenegaraan. Ia mencerminkan pengakuan
negara terhadap dinamika spiritual umat Katolik yang tengah menapaki masa
penantian penuh harap akan kelahiran Sang Juru Selamat. Namun, lebih dari itu,
masa Adven adalah momentum reflektif bagi seluruh umat, khususnya para rasul
awam, untuk memperbarui komitmen dalam mewartakan kasih Allah melalui karya
nyata di tengah masyarakat.
Kerasulan awam bukanlah perpanjangan tangan hirarki, melainkan panggilan
baptisan yang mengakar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Konstitusi Dogmatis Lumen
Gentium Konsili Vatikan II, disebutkan bahwa kaum awam dipanggil untuk
“menguduskan dunia dari dalam sebagai ragi.” Artinya, keterlibatan dalam bidang
sosial, ekonomi, hukum, dan kemasyarakatan bukan sekadar aktivitas tambahan,
melainkan bagian integral dari iman yang hidup.
Di berbagai penjuru Indonesia, komunitas-komunitas kerasulan awam telah
menjadi motor penggerak perubahan. Di Nusa Tenggara Timur, kelompok-kelompok
basis beriman aktif dalam koperasi kredit dan pelatihan kewirausahaan. Di
Jakarta, komunitas advokasi hukum Katolik mendampingi masyarakat kecil dalam
menghadapi ketidakadilan struktural. Di Yogyakarta, para relawan pastoral
sosial mengorganisir dapur umum dan layanan kesehatan bagi kaum marginal.
Masa Adven bukan hanya tentang lilin ungu dan liturgi. Ia adalah seruan
untuk menjadi terang di tengah kegelapan zaman. Dalam konteks sosial-politik
yang penuh polarisasi, kerasulan awam dipanggil untuk menjadi jembatan dialog,
pelopor keadilan, dan saksi kasih yang konkret. Gereja bukan hanya hadir di
altar, tetapi juga di pasar, pengadilan, sekolah, dan jalanan.
Ucapan Menag Nasaruddin Umar menjadi pengingat bahwa negara melihat dan
menghargai kontribusi umat Katolik. Namun, pengakuan itu harus dijawab dengan
kesaksian hidup yang otentik. Kita tidak bisa hanya menunggu Natal sebagai
perayaan liturgis; kita harus menjadikannya sebagai peristiwa transformasi
sosial.
Sebagai advokat dan aktivis kerasulan awam, saya percaya bahwa iman yang
tidak menjadi aksi adalah iman yang mandek. Adven adalah waktu untuk menyalakan
kembali semangat kerasulan—bukan dengan teriakan, tetapi dengan pelayanan;
bukan dengan simbol, tetapi dengan solidaritas.
Mari kita sambut Adven ini dengan hati yang terbuka dan tangan yang bekerja.
Karena di setiap tindakan kasih, di sanalah Kristus lahir kembali.
Oleh;
Darius Leka, S.H., M.H. – Advokat dan Aktivis Kerasulan Awam Katolik
#shdariusleka
#reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang #masaadven #katolikindonesia
#kerasulanawam #menagnasaruddinumar

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin