BOGOR - Di tengah semaraknya dinamika Orang Muda Katolik (OMK) yang menjadi wajah segar Gereja masa kini, Uskup Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM, menyampaikan pesan yang menggugah: “Kalau OMK itu wajah Gereja masa kini, lalu orangtua itu apa? Orangtua adalah wajah kematangan Gereja.”
Pernyataan ini bukan sekadar refleksi spiritual, melainkan panggilan
mendalam bagi para orangtua Katolik untuk menyadari peran profetik mereka dalam
kerasulan awam. Di tengah dunia yang terus berubah, Gereja membutuhkan bukan
hanya semangat muda, tetapi juga kebijaksanaan, keteladanan, dan keberanian
orangtua untuk menjadi terang dan garam di tengah masyarakat.
Kerasulan awam bukanlah panggilan eksklusif bagi kaum muda atau profesional
gereja. Ia adalah mandat baptisan yang melekat pada setiap orang beriman,
termasuk para orangtua. Dalam Christifideles Laici, Paus Yohanes
Paulus II menegaskan bahwa kaum awam dipanggil untuk “menguduskan dunia dari
dalam.” Artinya, rumah tangga, tempat kerja, pasar, hingga ruang sidang adalah
medan kerasulan yang sah dan suci.
Di berbagai komunitas basis gerejani, kita menyaksikan orangtua yang menjadi
motor penggerak koperasi umat, pendamping keluarga muda, fasilitator pendidikan
anak-anak marginal, hingga pembela hak-hak masyarakat kecil melalui advokasi
hukum. Mereka bukan hanya pelengkap liturgi, tetapi pelaku utama dalam
pewartaan Injil melalui tindakan nyata.
Sebagai advokat yang terlibat dalam pelayanan hukum berbasis iman, saya
menyaksikan langsung bagaimana orangtua Katolik menjadi garda terdepan dalam
memperjuangkan keadilan sosial. Di wilayah pinggiran Jakarta, sekelompok
ibu-ibu Katolik membentuk komunitas “Bunda Peduli Hukum” yang aktif mendampingi
warga dalam kasus sengketa tanah. Di Flores, para bapak Katolik membentuk
koperasi tani berbasis nilai-nilai Injili, mengangkat martabat petani kecil
dari jerat rentenir.
Kisah-kisah ini bukan dongeng. Mereka adalah bukti bahwa kerasulan awam
bukanlah teori, melainkan praksis iman yang hidup. Orangtua menjadi saksi
kematangan Gereja bukan karena usia, tetapi karena kedewasaan iman yang
diwujudkan dalam pelayanan.
Masa Adven adalah waktu penantian. Namun bukan penantian pasif, melainkan
aktif—sebuah kesiapsiagaan untuk menyambut Kristus dalam wajah sesama. Dalam
terang pesan Mgr. Paskalis, orangtua dipanggil untuk menjadi pelita yang
menuntun generasi muda, bukan hanya dalam iman, tetapi juga dalam integritas,
tanggung jawab sosial, dan cinta kasih yang konkret.
Kematangan Gereja tidak diukur dari usia institusional, tetapi dari
kedalaman kasih umatnya. Dan kasih itu menjadi nyata ketika orangtua Katolik
tidak hanya membesarkan anak-anaknya dalam iman, tetapi juga membangun
masyarakat yang lebih adil, manusiawi, dan berbelarasa.
Dalam dunia yang kerap kehilangan arah, kehadiran orangtua Katolik yang
matang dalam iman dan tindakan adalah anugerah. Mereka adalah wajah Gereja yang
tidak hanya berdoa, tetapi juga bekerja; tidak hanya mengajar, tetapi juga
menjadi teladan; tidak hanya berharap, tetapi juga bertindak.
Mari kita rayakan masa Adven ini dengan semangat kerasulan awam yang
menyala. Karena di balik setiap orangtua yang setia, berdiri sebuah Gereja yang
matang, kokoh, dan penuh kasih.
Oleh;
Darius Leka, S.H., M.H. – Advokat dan Aktivis Kerasulan Awam Katolik
#shdariusleka
#reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang #kerasulanawam #gerejakatolik
#omk #orangtua #adven #paskalisbrunosyukur #wajahkematangangereja

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin