Senin, 08 Desember 2025

Orangtua; Wajah Kematangan Gereja, Pilar Kerasulan Awam di Tengah Dunia

BOGOR - Di tengah semaraknya dinamika Orang Muda Katolik (OMK) yang menjadi wajah segar Gereja masa kini, Uskup Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM, menyampaikan pesan yang menggugah: “Kalau OMK itu wajah Gereja masa kini, lalu orangtua itu apa? Orangtua adalah wajah kematangan Gereja.”

Pernyataan ini bukan sekadar refleksi spiritual, melainkan panggilan mendalam bagi para orangtua Katolik untuk menyadari peran profetik mereka dalam kerasulan awam. Di tengah dunia yang terus berubah, Gereja membutuhkan bukan hanya semangat muda, tetapi juga kebijaksanaan, keteladanan, dan keberanian orangtua untuk menjadi terang dan garam di tengah masyarakat.

Kerasulan awam bukanlah panggilan eksklusif bagi kaum muda atau profesional gereja. Ia adalah mandat baptisan yang melekat pada setiap orang beriman, termasuk para orangtua. Dalam Christifideles Laici, Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa kaum awam dipanggil untuk “menguduskan dunia dari dalam.” Artinya, rumah tangga, tempat kerja, pasar, hingga ruang sidang adalah medan kerasulan yang sah dan suci.

Di berbagai komunitas basis gerejani, kita menyaksikan orangtua yang menjadi motor penggerak koperasi umat, pendamping keluarga muda, fasilitator pendidikan anak-anak marginal, hingga pembela hak-hak masyarakat kecil melalui advokasi hukum. Mereka bukan hanya pelengkap liturgi, tetapi pelaku utama dalam pewartaan Injil melalui tindakan nyata.

Sebagai advokat yang terlibat dalam pelayanan hukum berbasis iman, saya menyaksikan langsung bagaimana orangtua Katolik menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan keadilan sosial. Di wilayah pinggiran Jakarta, sekelompok ibu-ibu Katolik membentuk komunitas “Bunda Peduli Hukum” yang aktif mendampingi warga dalam kasus sengketa tanah. Di Flores, para bapak Katolik membentuk koperasi tani berbasis nilai-nilai Injili, mengangkat martabat petani kecil dari jerat rentenir.

Kisah-kisah ini bukan dongeng. Mereka adalah bukti bahwa kerasulan awam bukanlah teori, melainkan praksis iman yang hidup. Orangtua menjadi saksi kematangan Gereja bukan karena usia, tetapi karena kedewasaan iman yang diwujudkan dalam pelayanan.

Masa Adven adalah waktu penantian. Namun bukan penantian pasif, melainkan aktif—sebuah kesiapsiagaan untuk menyambut Kristus dalam wajah sesama. Dalam terang pesan Mgr. Paskalis, orangtua dipanggil untuk menjadi pelita yang menuntun generasi muda, bukan hanya dalam iman, tetapi juga dalam integritas, tanggung jawab sosial, dan cinta kasih yang konkret.

Kematangan Gereja tidak diukur dari usia institusional, tetapi dari kedalaman kasih umatnya. Dan kasih itu menjadi nyata ketika orangtua Katolik tidak hanya membesarkan anak-anaknya dalam iman, tetapi juga membangun masyarakat yang lebih adil, manusiawi, dan berbelarasa.

Dalam dunia yang kerap kehilangan arah, kehadiran orangtua Katolik yang matang dalam iman dan tindakan adalah anugerah. Mereka adalah wajah Gereja yang tidak hanya berdoa, tetapi juga bekerja; tidak hanya mengajar, tetapi juga menjadi teladan; tidak hanya berharap, tetapi juga bertindak.

Mari kita rayakan masa Adven ini dengan semangat kerasulan awam yang menyala. Karena di balik setiap orangtua yang setia, berdiri sebuah Gereja yang matang, kokoh, dan penuh kasih.

 

Oleh; Darius Leka, S.H., M.H. – Advokat dan Aktivis Kerasulan Awam Katolik

#shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang #kerasulanawam #gerejakatolik #omk #orangtua #adven #paskalisbrunosyukur #wajahkematangangereja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin