Minggu, 14 Desember 2025

Ordo dalam Gereja Katolik; Satu Iman dalam Banyak Wajah

KOTA DEPOK - Di balik jubah-jubah yang berbeda warna, lambang-lambang khas di dada, dan gaya hidup yang tampak beragam, para imam dari berbagai ordo dalam Gereja Katolik sesungguhnya berjalan dalam satu arah: mewartakan kasih Allah kepada dunia. Mereka adalah wajah-wajah yang berbeda dari satu tubuh yang sama—Tubuh Kristus. Dalam keberagaman spiritualitas, Gereja justru menemukan kekayaan yang memperkaya umat beriman.

Namun, siapa mereka? Mengapa ada begitu banyak ordo? Dan apa peran mereka dalam kehidupan umat, khususnya dalam konteks kerasulan awam?

Dalam Gereja Katolik, ordo atau tarekat religius adalah komunitas hidup bakti yang mengikatkan diri pada kaul kemiskinan, ketaatan, dan kemurnian demi Kerajaan Allah. Masing-masing ordo memiliki spiritualitas, karisma, dan misi yang khas. Ada yang fokus pada pendidikan, pelayanan sosial, kontemplasi, atau misi ke daerah terpencil.

Beberapa ordo yang dikenal luas di Indonesia antara lain:

  • Ordo Fratrum Minorum (OFM) – Fransiskan, dengan semangat kesederhanaan dan cinta pada ciptaan.
  • Societas Iesu (SJ) – Serikat Yesus atau Jesuit, dikenal dengan karya pendidikan dan intelektual.
  • Ordo Praedicatorum (OP) – Dominikan, berfokus pada pewartaan dan pengajaran iman.
  • Congregatio Sanctissimi Redemptoris (CSsR) – Redemptoris, dengan misi kepada kaum miskin dan terpinggirkan.
  • Carmelites (O.Carm dan OCD) – dengan spiritualitas kontemplatif dan devosi mendalam kepada Maria.

Keberagaman ordo bukanlah bentuk perpecahan, melainkan ekspresi dari kekayaan Roh Kudus dalam Gereja. Seperti tubuh yang memiliki banyak anggota, setiap ordo menjalankan fungsi yang berbeda namun saling melengkapi. Mereka hadir di tengah umat sebagai saksi hidup Injil dalam berbagai konteks sosial dan budaya.

Sebagai aktivis kerasulan awam, saya sering bersinggungan dengan para imam dari berbagai ordo. Dalam pendampingan hukum, pelayanan sosial, hingga advokasi kemanusiaan, saya menyaksikan bagaimana karisma mereka menjadi kekuatan yang nyata. Seorang imam Jesuit mungkin akan mengajak berdiskusi mendalam tentang keadilan sosial, sementara seorang Fransiskan akan hadir dengan kesederhanaan yang menyentuh hati.

Dalam konteks kerasulan awam, kehadiran ordo menjadi sumber inspirasi dan pendampingan. Banyak komunitas awam yang dibina oleh imam-imam dari ordo tertentu, mengadopsi spiritualitas mereka dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, komunitas awam Ignasian yang menghidupi discernment ala Jesuit, atau kelompok Fransiskan awam yang menekankan ekologi integral dan hidup sederhana.

Di Keuskupan Bogor, kolaborasi ini tampak nyata dalam berbagai kegiatan: retret rohani, pelatihan sosial-ekonomi, pendampingan keluarga, hingga advokasi hukum. Para imam dari ordo tidak hanya berkarya di biara, tetapi turun ke lapangan, menyatu dengan umat, dan menjadi rekan seperjalanan dalam mewartakan kasih Allah.

Gereja Katolik adalah satu, kudus, katolik, dan apostolik. Namun dalam kesatuannya, ia merangkul keberagaman. Ordo dan tarekat religius adalah bukti bahwa ada banyak jalan menuju kekudusan, banyak cara untuk melayani, dan banyak wajah yang mencerminkan kasih Kristus.

Sebagai umat awam, kita diajak untuk tidak hanya mengenal, tetapi juga bekerja sama dengan para imam dan religius dari berbagai ordo. Karena dalam kolaborasi itulah, pewartaan menjadi lebih kuat, lebih luas, dan lebih hidup.

“Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh.” (1 Korintus 12:4)

 

✍️ Oleh: Darius Leka, S.H., M.H. - Advokat & Aktivis Kerasulan Awam Gereja Katolik

#shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang #ordoimam #katolikindonesia #kerasulanawam #kasihallah #gerejakatolik #spiritualitaskatolik #keuskupanbogor #satuimandalamberagamwajah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin