KOTA DEPOK - Di balik jubah-jubah yang berbeda warna, lambang-lambang khas di dada, dan gaya hidup yang tampak beragam, para imam dari berbagai ordo dalam Gereja Katolik sesungguhnya berjalan dalam satu arah: mewartakan kasih Allah kepada dunia. Mereka adalah wajah-wajah yang berbeda dari satu tubuh yang sama—Tubuh Kristus. Dalam keberagaman spiritualitas, Gereja justru menemukan kekayaan yang memperkaya umat beriman.
Namun, siapa mereka? Mengapa ada begitu banyak ordo? Dan apa
peran mereka dalam kehidupan umat, khususnya dalam konteks kerasulan awam?
Dalam Gereja Katolik, ordo atau tarekat religius adalah
komunitas hidup bakti yang mengikatkan diri pada kaul kemiskinan, ketaatan, dan
kemurnian demi Kerajaan Allah. Masing-masing ordo memiliki spiritualitas,
karisma, dan misi yang khas. Ada yang fokus pada pendidikan, pelayanan sosial,
kontemplasi, atau misi ke daerah terpencil.
Beberapa ordo yang dikenal luas di Indonesia antara lain:
- Ordo
Fratrum Minorum (OFM) –
Fransiskan, dengan semangat kesederhanaan dan cinta pada ciptaan.
- Societas
Iesu (SJ) – Serikat Yesus atau Jesuit,
dikenal dengan karya pendidikan dan intelektual.
- Ordo
Praedicatorum (OP) –
Dominikan, berfokus pada pewartaan dan pengajaran iman.
- Congregatio
Sanctissimi Redemptoris (CSsR)
– Redemptoris, dengan misi kepada kaum miskin dan terpinggirkan.
- Carmelites
(O.Carm dan OCD) – dengan spiritualitas
kontemplatif dan devosi mendalam kepada Maria.
Keberagaman ordo bukanlah bentuk perpecahan, melainkan
ekspresi dari kekayaan Roh Kudus dalam Gereja. Seperti tubuh yang memiliki
banyak anggota, setiap ordo menjalankan fungsi yang berbeda namun saling
melengkapi. Mereka hadir di tengah umat sebagai saksi hidup Injil dalam
berbagai konteks sosial dan budaya.
Sebagai aktivis kerasulan awam, saya sering bersinggungan
dengan para imam dari berbagai ordo. Dalam pendampingan hukum, pelayanan
sosial, hingga advokasi kemanusiaan, saya menyaksikan bagaimana karisma mereka
menjadi kekuatan yang nyata. Seorang imam Jesuit mungkin akan mengajak
berdiskusi mendalam tentang keadilan sosial, sementara seorang Fransiskan akan
hadir dengan kesederhanaan yang menyentuh hati.
Dalam konteks kerasulan awam, kehadiran ordo menjadi sumber
inspirasi dan pendampingan. Banyak komunitas awam yang dibina oleh imam-imam
dari ordo tertentu, mengadopsi spiritualitas mereka dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya, komunitas awam Ignasian yang menghidupi discernment
ala Jesuit, atau kelompok Fransiskan awam yang menekankan ekologi integral dan
hidup sederhana.
Di Keuskupan Bogor, kolaborasi ini tampak nyata dalam
berbagai kegiatan: retret rohani, pelatihan sosial-ekonomi, pendampingan
keluarga, hingga advokasi hukum. Para imam dari ordo tidak hanya berkarya di
biara, tetapi turun ke lapangan, menyatu dengan umat, dan menjadi rekan
seperjalanan dalam mewartakan kasih Allah.
Gereja Katolik adalah satu, kudus, katolik, dan apostolik.
Namun dalam kesatuannya, ia merangkul keberagaman. Ordo dan tarekat religius
adalah bukti bahwa ada banyak jalan menuju kekudusan, banyak cara untuk
melayani, dan banyak wajah yang mencerminkan kasih Kristus.
Sebagai umat awam, kita diajak untuk tidak hanya mengenal,
tetapi juga bekerja sama dengan para imam dan religius dari berbagai ordo.
Karena dalam kolaborasi itulah, pewartaan menjadi lebih kuat, lebih luas, dan
lebih hidup.
“Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh.” (1 Korintus 12:4)
✍️ Oleh: Darius Leka, S.H., M.H. - Advokat & Aktivis
Kerasulan Awam Gereja Katolik
#shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang
#ordoimam #katolikindonesia #kerasulanawam #kasihallah #gerejakatolik
#spiritualitaskatolik #keuskupanbogor #satuimandalamberagamwajah

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin