GUNUNG PUTRI, BOGOR — Di tengah semilir angin pegunungan dan hiruk-pikuk pembangunan kota, berdiri sebuah harapan: Gereja Katolik Paroki Santo Vincentius a Paulo. Namun, harapan ini sempat diguncang oleh gelombang penolakan dari sekelompok warga yang menilai pembangunan gereja tersebut ilegal. Mereka menggelar aksi damai, mempertanyakan legalitas rumah ibadah yang tengah dibangun di tengah komunitas Katolik yang telah lama merindukan tempat ibadah yang layak.
Sebagai seorang advokat dan rasul awam, saya merasa
terpanggil untuk menyuarakan kebenaran, bukan hanya dalam ruang sidang, tetapi
juga dalam ruang iman. Fakta hukum harus ditegakkan, dan dalam kasus ini, kebenaran
itu terang benderang.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor, Ahmad
Syukri, telah menegaskan bahwa pembangunan gereja tersebut sah secara hukum. “Persyaratan administrasi sudah lengkap, sudah sah.
Keberadaan gereja ini sudah sah secara administratif,” tegasnya dalam pernyataan
resmi di lokasi pembangunan.
Pernyataan ini bukan sekadar pembelaan, melainkan pengakuan
negara atas hak konstitusional umat Katolik untuk beribadah. Dalam Pasal 29 UUD
1945, kebebasan beragama dijamin sepenuhnya. Maka, setiap upaya untuk
menghalangi pembangunan rumah ibadah yang telah memenuhi syarat hukum adalah
bentuk pelanggaran terhadap hak asasi manusia.
Namun, lebih dari sekadar legalitas, pembangunan gereja ini
adalah simbol dari kerasulan awam yang hidup. Komunitas Paroki
Vincentius a Paulo bukan hanya membangun gedung, tetapi juga membangun harapan,
solidaritas, dan pelayanan. Di balik tembok yang sedang dibangun, ada program
pemberdayaan ekonomi umat, pelayanan sosial bagi masyarakat sekitar, dan
pendidikan iman bagi generasi muda.
Sebagai rasul awam, kami percaya bahwa iman harus
diwujudkan dalam tindakan nyata. Gereja bukan hanya tempat ibadah, tetapi
pusat pelayanan kasih. Maka, setiap batu yang diletakkan di Gunung Putri adalah
batu yang menopang misi Kristus di tengah dunia.
Kita tidak boleh membiarkan intoleransi menjadi arus utama.
Gereja harus berdiri tegak, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara moral
dan spiritual. Kita dipanggil untuk menjadi terang dan garam, bukan hanya bagi
sesama umat, tetapi juga bagi masyarakat luas.
Mari kita doakan agar pembangunan ini berjalan lancar, dan
menjadi berkat bagi semua. Karena di balik setiap salib yang kita pikul, ada
kebangkitan yang menanti.
Ditulis oleh: Darius Leka, S.H.,
M.H., Advokat & Aktivis Rasul Awam Gereja Katolik
#shdariusleka #gerejauntuksemua
#kebebasanberagama #kerasulanawam #parokivincentiusapaulo #gunungputri
#imandankeadilan #rasulawambergerak #kasihuntukdunia #fyp #reelskatolik
#jangkauanluas @semuaorang

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin