Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM |
Kepada seluruh umat Keuskupan Bogor yang terkasih,
Salam damai sejahtera dan berkat apostolik,
“Bertobatlah dan Percayalah
kepada Injil” (bdk. Mrk 1:15) merupakan seruan Allah yang disampaikan kepada
kita. Gereja menggemakan kembali seruan ini terutama pada Masa Prapaskah. Kita
akan memulai masa Prapaskah ini pada hari Rabu Abu. Pada hari Rabu Abu itu,
kita akan menerima abu yang dioleskan pada dahi kita. Menandai diri kita dengan
abu pada dahi atau kepala merupakan ungkapan simbolis bahwa kita semua manusia
yang rapuh, “berasal dari debu dan akan kembali kepada debu”.
Melakukan pertobatan dan percaya
kepada Injil mendapat dasarnya dari semangat:“Mencintai Tuhan dan mencintai
Gereja Kristus”. Mencintai Tuhan Yesus bagi kita tidak dapat dipisahkan dari
mencintai Gereja-Nya yang adalah Tubuh mistik Kristus. Sebagai konsekwensi dari
iman inilah, maka kita semua dipanggil untuk memperlihatkan secara matang dan
bertanggung jawab cinta kita akan Gereja Kristus di Keuskupan Bogor. Maka
konsekwensinya juga ialah terlibat secara penuh dalam hidup beriman di
paroki-paroki sebagai ungkapan konkret dari pelaksanaan pertobatanmu.
Cinta akan Kristus dan Gereja-Nya
akan terpupuk bila kita mendalami semangat doa, ketekunan membaca dan
mendengarkan firman Tuhan, serta ketulusan kita untuk melakukan karya-karya
amal serta karya yang memberdayakan sesama kita. Maka selama masa prapaskah
yang akan berlangsung selama 40 hari, segala energi rohani dan daya fisik kita,
serta kegiatan rohani dan pastoral kita diarahkan untuk pemantapan komitmen
kita untuk bangkit bersama Kristus yang menderita, wafat dan bangkit di hari
raya Paskah nanti.
Agar kebangkitan kita bersama
Kristus sungguh dipersiapkan secara baik, maka kita meningkatkan perhatian kita
pada hal berdoa, beramal dan berpuasa.
- Yesus mengajarkan
supaya kita berdoa dengan tulus hati “jangan berdoa seperti orang munafik
yang mengucapkan doanya supaya dilihat orang dan bertele-tele” (bdk. Mat
6:5). Marilah kita bertindak secara aktif dan mengambil inisiatif
untukmeningkatkan perjumpaan-perjumpaan antara umat yang ditandai oleh doa
bersama, doa pribadi, Jalan Salib, serta renungan-renungan di lingkungan
selama masa Prapaskah.
- Kita diundang untuk
semakin mengungkapkan secara lebih konkret rasa solidaritas
antarkita.Tindakan kepedulian untuk meringankan beban hidup orang miskin
dan lemah perlu ditingkatkan. Kita berani dan sukarela memberi sedekah
atau menyisihkan sebagian dari milik kita. Dalam hal inipun Yesus
memberikan nasihat: ”Apabila engkau memberi sedekah berilah dengan tulus
hati, jangan menggembar-gemborkan itu: janganlah diketahui tangan kirimu
apa yang dilakukan tangan kananmu” (bdk. Mat 16:23).
- Dalam hal berpuasa,
Yesus memberikan pedoman praktis bagaimana orang harus berpuasa yang mengantar
dia kepada penyangkalan diri dengan kata-kata berikut: “jangan
berpura-pura, jangan pula supaya dilihat orang, tetapi apabila engkau
berpuasa minyakilah kepalamu, cucilah mukamu supaya jangan nanti dilihat
orang bahwa engkau sedang berpuasa” (Mat 16:17-18).
Saudara-saudari terkasih!
Khususnya selama Masa Prapaskah
ini, marilah kita merenungkan ajakan Paus Fransiskus berkenaan dengan tema jati
diri kita sebagai orang Katolik. Bapa Suci menegaskan tiga ciri dasar pengikut
Kristus. Yang pertama, orang kristen menyadari diri sebagai orang yang diutus
oleh Tuhan untuk pergi mewartakan kabar gembira. Tema APP keuskupan kita “Bermasyarakat dalam Terang Iman”
merupakan undangan bagi kita agar kita siap diutus untuk mewujudkan iman kita
dalam kehidupan sosial, politik dalam masyarakat Indonesia. Yang kedua, orang
kristiani itu adalah domba yang diutus ke tengah serigala yang mewujud dalam
bentuk kerasnya tantangan kehidupan, godaan-godaan iman yang mengancam; Seperti
tokoh Daud dalam Perjanjian Lama, kita mengandalkan Tuhan (bdk.1Sam 17:45-47);
Tuhanlah kekuatan dan Tuhanlah yang membela kita. Yang ketiga, ciri corak hidup
orang kristen adalah bergembira, bersukacita karena mereka mengenal Tuhan dan
membawa Tuhan. Tantangan-tantangan, kesulitan-kesulitan hidup serta keberdosaan
kita hendaknya tidak memudarkan sukacita hidup sebagai anak-anak Allah dan
saudara Yesus, justru karena Tuhan bersedia mengampuni dan menolong kita.
Di samping itu, kami juga
mengajak umat sekalian untuk mewujudkan arah gerak pastoral Keuskupan Bogor,
yang terdapat dalam Visi dan Misi Keuskupan. Kami mengajak saudara-saudari
sekalian untuk membaca dan mendalami Visi dan Misi keuskupan kita dalam
semangat yang ditimba dari motto: “Magnificat
Anima Mea Dominum” (Luk 1:46). Motto ini digali dari pengalaman Bunda Maria
yang memberikan reaksi atas kepercayaan Tuhan untuk bekerja bersama. Maria
menerima kepercayaan Tuhan ini dengan ketulusan hati dan semangat bersukacita,
bergembira. Ketersediaannya dan kegembiraannya ditularkan pula kepada
sesamanya, pertama-tama kedalam komunitas keluarga Elisabeth saudarinya.
Secara singkat dan padat, visi
dan misi Keuskupan kita ialah membangun Communio yang diterangi oleh iman akan
Kristus Yesus, antara komunitas-komunitas basis yang ada dalam masyarakat kita.
Komunitas dasar yang pertama dan utama ialah keluarga sebagai Gereja mini,
Gereja domestik. Di dalam keluarga itu, kita menumbuhkan jati diri kita sebagai
pengikut Kristus, melalui perbuatan kasih, saling mencintai, hidup dalam
semangat mengampuni, memaafkan; merayakan iman dengan doa baik pribadi maupun
bersama (liturgia), melakukan
pelayanan dengan penuh perhatian (diakonia),
memberi kesaksian tentang imannya (martyria)
dan menuturkan kisah hidup Yesus, sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya satu sama
lain (kerigma).
Berangkat dari keluarga itu, kita
diutus untuk terlibat dalam persekutuan-persekutuan basis yang ada dalam masyarakat,
entah itu persekutuan internal Gereja maupun persekutuan yang bercorak lintas
iman dan lintas keyakinan politis. Dalam keterlibatan itu, hendaklah kita
menjadi “garam” dan "terang” dunia. Hal itu perlu kita semua perhatikan,
sebab dalam masa Prapaskah tahun 2014 ini, kita akan terlibat dalam proses
hidup berpolitik di negara ini. Kita ditantang untuk “menghadirkan Kerajaan
Allah: kerajaan Kebenaran, kerajaan Keadilan, kerajaan Kejujuran, kerajaan di
mana pelayanan untuk kepentingan masyarakat umum menjadi nyata. Allah
mempercayakan manusia ciptaan-Nya untuk menciptakan dunia ini menjadi
kerajaan-Nya. Maka selama masa Prapaskah ini, marilah kita berusaha membangun
kejernihan hati nurani kita serta kecerdasan rohani untuk memilih orang-orang
yang seturut riwayat hidupnya terbukti mempunyai kecenderungan tulus untuk
memperjuangkan kepentingan masyarakat universal Indonesia.
Akhirnya, marilah kita
bersama-sama menyiapkan diri dengan berdoa, berpantang, dan berpuasa selama
masa Prapaskah untuk menyongsong hari kebangkitan Kristus yang merupakan juga
hari kebangkitan kita semua. Marilah kita melakukan “discermen”, seperti Tuhan Yesus Kristus yang melakukan “discermen”
tatkala Dia digoda oleh setan di padang gurun (bdk. Mat 4:1-11). Dengan
mendengarkan suara Tuhan, kita dapat melakukan pilihan-pilihan yang benar dan
tepat dalam kehidupan berkeluarga, menggereja dan bermasyarakat.
Moga-moga Santa Perawan Maria,
Bunda Sang Juru Selamat yang setia sampai pada hari kematian Anaknya, berdiri
di kaki salib-Nya, menyertai Anda sekalian dalam retret agung dan ziarah iman
bersama ini.
Ditetapkan di Bogor
Tanggal 19 Februari 2014
Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM
Uskup Keuskupan Bogor
_____________________________________________________
KETENTUAN PUASA DAN
PANTANG
1. KETENTUAN
Kitab Hukum Kanonik Kanon 1249
menetapkan bahwa semua umat beriman kristiani wajib menurut cara masing-masing
melakukan tobat demi hukum ilahi; tetapi agar mereka semua bersatu dalam suatu
pelaksanaan tobat bersama, ditentukan hari-hari tobat, di mana umat beriman
kristiani secara khusus meluangkan waktu untuk berdoa, menjalankan karya
kesalehan dan amal kasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan
kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan
berpantang menurut norma kanon-kanon berikut:
- Kanon 1250 – Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga masa prapaskah.
- Kanon 1251 – Pantang makan daging atau makan lain menurut ketentuan Konferensi Para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati sengsara dan wafat Tuhan kita Yesus Kristus.
- Kanon 1252 – Peraturan pantang mengikat mereka yang telah berumur genap empat belas tahun; sedangkan peraturan puasa mengikat semua yang berusia dewasa sampai awal tahun ke-enam puluh; namun para gembala jiwa dan orang tua hendaknya berusaha agar juga mereka, yang karena usianya masih kurang tidak terikat wajib puasa dan pantang, dibina ke arah cita rasa tobat yang sejati.
2. PETUNJUK
- Masa
Prapaskah Tahun 2014 sebagai hari tobat berlangsung mulai hari Rabu Abu,
tanggal 5 Maret 2014 sampai dengan Jumat Agung, tanggal 18 April 2014.
- Pantang
berarti tidak makan makanan tertentu yang menjadi kesukaannya dan juga
tidak melakukan kebiasaan buruk, misalnya: marah, berbelanja demi nafsu
berbelanja, boros, tidak mau memaafkan, dsb. Dana lebih mengutamakan dan
mempergandakan perbuatan, tutur kata baik bagi sesama.
- Puasa berarti makan kenyang tidak lebih dari satu kali dalam sehari.
3. CARA MEWUJUDKAN
PERTOBATAN
1. Doa
Hari demi hari dalam masa
Prapaskah hendaknya menjadi hari-hari istimewa untuk meningkatkan semangat
berdoa, mendekatkan diri kepada Tuhan dengan tekun mendengarkan dan merenungkan
sabda Tuhan serta melaksanakannya dengan setia.
2. Karya Amal Kasih
Pantang dan puasa selayaknya
dilanjutkan dengan perbuatan amal kasih yakni membantu sesama yang menderita
dan berkekurangan. Kami mengajak saudara-saudari sekalian untuk melakukan aksi
nyata amal kasih baik pribadi maupun bersama-sama di lingkungan maupun wilayah.
3. Penyangkalan Diri
Dengan berpantang dan berpuasa
sesungguhnya kita meneladan Kristus yang rela menderita demi keselamatan kita.
Kita mengatur kembali pola hidup dan tingkah laku sehari-hari agar semakin
menyerupai Kristus.
4. HIMBAUAN
Selama masa Prapaskah, apabila
akan melangsungkan perayaan perkawinan, hendaknya memperhatikan bahwa masa ini
adalah masa tobat. Dalam keadaan terpaksa seyogyanya pesta dan keramaian
ditunda.
Ditetapkan di Bogo
Tanggal 19 Februari 2014
Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM
Uskup Keuskupan Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin