Kamis, 28 April 2011

Renungan Paskah 2011 "Kembali ke Galilea"!



Oleh: Rm.  Tauchen Hotlan Girsang, OFM

Paskah merupakan momen istimewa iman kita. Pertama-tama saya me-ngucapkan: Selamat Paskah! Selanjutnya, saya mengajak kita semua: Mari, kembali ke semangat awal berdirinya paroki kita! Mari kita bangkit bersama Yesus membangun kembali “spirit of togetherness” (semangat kebersamaan).

Kita sadar betul bahwa Paroki St. Paulus hanyalah salah satu paroki dari 21 paroki yang ada di Keuskupan Bogor. Terdiri dari tujuh wilayah dan tujuh belas lingkungan. Masing-masing lingkung-an terdiri dari beberapa keluarga, yang seluruhnya sampai Januari 2011 ada berkisar 3514 jiwa. Sebagai bagian dari keuskupan, kita harus selalu mengikuti arah dasar keuskupan. Dalam berbagai kesempatan Uskup Bogor, Mgr. Michael Cosmas Angkur OFM kerap menyampaikan arah dasar tersebut. Beliau mencanangkan bahwa tahun 2010-2012 merupakan TAHUN KELUARGA. Tahun 2010 berfokus pada pasutri. Tahun 2011 berfokus pada kaum muda. Tahun 2012 berfokus pada anak. Untuk menyongsong Paskah tahun lalu, kita merenungkan tema APP: “Keluarga Bertanggungjawab”. Sebagai kelanjutannya, pada  tahun ini kita merenungkan tema APP: “Kaum Muda Membangun Diri di Era Globalisasi”.

Perkembangan zaman ini dinamai Era globalisasi. Di dalamnya manusia tercampur dan larut dalam suatu kampung, yaitu dunia digital atau dunia maya. Me-ngapa dunia disebut seperti suatu kampung? Karena pada zaman sekarang, peristiwa yang terjadi di suatu tempat dapat langsung diketahui oleh warga lain di dunia yang berjauhan.

Sekarang kita hidup dalam informasi yang begitu cepat, kemajuan yang tak terkejar, teknologi yang semakin canggih, yang membuat kita selalu merasa kurang dan tertinggal. Hidup kita didesak oleh zaman dan lingkungan untuk “up to date” dan “up to grade”. Hidup kita harus selalu baru dan berubah. Derasnya arus perubahan ini membuat banyak orang di satu pihak khawatir dengan masa depan diri dan keluarganya, di pihak lain orang tak sanggup menolak perubahan.

Banyak orang bertanya pada dirinya. Akan seperti apakah masa depan kita? Apakah Gereja Katolik dapat melakukan sesuatu untuk menentramkan hati menyongsong masa depan yang serba tak pasti? Apakah Gereja Katolik dapat berbicara di tengah kecemasan dan ancaman, di tengah kesulitan ekonomi dan bahaya-bahaya kesehatan, di tengah krisis nilai moral dan iman, di tengah kurangnya toleransi dan solidaritas? Ketika segalanya serba cepat, segalanya serba berubah, segalanya serba maju, keluarga sebagai gereja mini pasti terkena dampak langsungnya. Keluarga yang rapuh, yang iman dan moralnya dangkal, akan terinfeksi oleh dampak negatif dari era ini. Sebaliknya, keluarga yang teguh, yang iman dan moralnya kuat, akan menginjeksi diri dengan unsur positif dari era ini.

Berita kebangkitan Yesus tentu saja merupakan cahaya di tengah era globali-sasi ini. Kebangkitan Yesus dapat memberi jawaban atas segala ketidakpastian masa depan. Sebab, rencana Allah tidak pernah terhalang oleh suatu masa. Rencana-Nya selalu ada dan terlaksana sepanjang masa. Marilah kita ingat sejenak para murid Yesus. Sewaktu terjadi penyaliban, para murid melarikan diri. Mereka berpencar dan takut menyertai Yesus melewati via dolorosa itu. Setelah Yesus wafat, bagi mereka segalanya telah berakhir. Kematian tidak akan memiliki kelanjutan. Yesus, Sang Guru yang me-reka ikuti, telah mati dan mereka sama sekali tidak mengira akan adanya kebangkitan.

Rupa-rupanya fakta berbicara lain. Perempuan-perempuan mengejutkan mereka. Yesus diberitakan telah menampakkan diri, yang didahului oleh penampakan malaikat. Dan melalui para perempuan Yesus berpesan: “ Pergilah dan katakanlah kepada saudara-saudari-Ku supaya berangkat ke Galilea; di sana mereka akan melihat Aku.” Para murid yang tadinya terpencar, yang tidak me-ngira ada kebangkitan, dibangunkan dari salah sangkanya oleh berita penampakan yang menakjubkan. Oleh karena berita kebangkitan Yesus, iman mereka diteguhkan, persatuan mereka dipulihkan, kebersamaan mereka dikuatkan, dan keberanian mereka dikobarkan. Dari terpencar menjadi bersatu. Dari goyah menjadi kuat. Dari takut menjadi berani.

Dari diam menjadi bersaksi.
Apa yang membuat para murid yakin bahwa yang bangkit itu adalah Tuhan? Tentulah perkataan Yesus sendiri. Me-reka disuruh kembali ke Galilea. Galilea adalah awal dari karya Yesus. Galilea adalah tempat Yesus memanggil para murid satu per satu. Maka kembali ke Galilea berarti kembali kepada panggilan pertama. Kembali ke Galilea berarti kembali kepada motivasi awal mengikuti Yesus.

Mereka awalnya dipanggil oleh Yesus dari Galilea,  dan setelah peristiwa kebangkitan, Yesus hendak mengutus mereka juga dari Galilea. Dengan bahasa yang lain, kita dapat mengatakan bahwa kekuatan iman diperoleh setelah melakukan KILAS BALIK KEHIDUPAN. Di sana kita akan berjumpa dengan rencana-rencana indah dari TUHAN. Di sana kita melihat DIA. Sebab, seperti dikatakan dalam surat Ibrani 13:8: “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.”

Apakah kita memiliki waktu untuk melakukan kilas balik kehidupan kita? Apakah kita pernah ingat akan janji babtis kita? Apakah kita masih memperbaharui janji perkawinan kita? Apakah kita teguh pada komitmen awal kita? Paroki kita telah berjalan dari masa ke masa. Tahun lalu kita merayakan 50 tahun kehadiran paroki ini. Pada waktu itu, kita melakukan begitu banyak kegiatan kilas balik kehidupan paroki. Saya percaya bahwa kita telah menimba begitu banyak kekuatan dan pemulihan motivasi dari masa lalu. Tetapi, kemanakah kita akan membawa kekuatan dan motivasi baru tersebut?

Selaras dengan arah dasar keuskupan, paroki ini hendak dibawa kepada pe-nemuan atas rencana Tuhan, kehendak-Nya. Itulah sebabnya, tema pembekalan pengurus DPP-DKP 2011-2013 diberi judul: “Tuhan, apa yang Engkau kehendaki kami perbuat?” Di dalam upaya menemukan rencana Tuhan, kita telah mengembangkan kekuatan dan motivasi baru dalam beberapa agenda perubahan. Paling tidak, ada dua agenda utama yang sedang dijalankan. Pertama, kita telah merampingkan pos-pos keuangan melalui Dewan Keuangan. Maksudnya, dana yang telah kita kumpulkan dengan berjerih payah dan berpeluh, sepatutnya dipergunakan untuk keperluan-keperluan yang tepat sasaran dan efektif. Sistemnya pun berbau birokratis dan cukup diperketat. Tujuannya, segalanya terang, jelas, terpercaya dan dapat dipertanggung-jawabkan. Kedua, kita telah menjalankan sistem pengarsipan sederhana melalui Dewan Pastoral Paroki. Caranya adalah segala kegiatan memiliki catatan, laporan dan evaluasi.

Pastoral tidak mungkin maju kalau tidak pernah direfleksikan. Hidup yang tidak direfleksikan adalah hidup yang sia-sia. Itulah sebabnya, kilas balik dalam panggilan kita penting. Tuhan berkata: Kembalilah ke Galilea! Mari kita kembali ke semangat awal!

Selamat bersuka-cita dalam kegembiraan Paskah! Tuhamu ang-ka dongan sada haporseyaon di bagasan goarni Tuhan, salamat paskahma di hita saluhutna. Horas… Para sederek-sedaya, ing ngarso dalem Gusti, sugeng paskah nge…. Ema-ende, weta nara-ase kae, etan tua wan koe, Tabe Paskah.. Ciao yu men wan an. Wo men zhu huo ta cia fu huo cie.  Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin