Sang Guru mau menanggung semua derita itu karena kasih-Nya |
Mungkin anda pernah menonton film The Passion of the Christ yang disutradarai oleh Gibson. Film ini menceritakan tentang penderitaan Tuhan Yesus secara amat dasyat dan mengerikan. Tuhan Yesus dicambuk dengan cambukan besi berujung tajam. Benda-benda tajam itu menghancurkan dan merobek tubuh Tuhan yang suci dan kudus. Pemadadang itu sungguh sangat memilukan dan menyayat hati. Akan tetapi Tuhan yang tidak bersalah itu mau menanggung penderitaan dasyat itu dengan tabah dan tekun sampai mati di kayu salib.
Pada hari Jumat Agung ini, kita diajak untuk lebih serius merenungkan penderitaan Sang Guru yang maha dasyat itu. Sang Guru mau menanggung semua derita itu karena kasih-Nya yang begitu lebar, tinggi, luas dan dalam untuk kita masing-masing secara pribadi. Sang Guru rela menanggung derita yang dasyat itu agar kita bisa keluar dari cengkraman kuasa dosa. Sang Guru mau menanggunng derita yang dasyat itu agar kita bisa diperdamaikan dan dipersatukan kembali dengan Allah Bapa di surga. Sebenarnya, Sang Guru bisa dengan mudah menghancurkan dan membunuh para prajurit yang mau menangkap-Nya hanya dengan sepatah kata saja, jika Ia mau. Hal itu nyata tercatat dalam Alkitab. Mereka semua mundur dan jatuh ke tanah ketika Sang Guru mengatakan “Akulah Dia.” Namun Yesus tidak mau menggunakan kuasa-Nya untuk melindungi diri-Nya. Dia rela menjadi manusia yang tak berdaya, lemah, rapuh dan membiarkan diri-Nya ditangkap, dibelenggu dan disiksa oleh tangan-tangan manusia yang kejam karena kasih-Nya yang dalam bagi kita.
Semoga perayaan Jumat Agung hari ini menguatkan kita untuk berani menghadapi segala penderitaan kita dengan tabah dan kuat. Karena Yesus telah memberi kita kekuatan untuk bertahan dalam derita dan kematian. Kita sebagai orang kristiani semestinya tidak mudah berputus asa atau mengeluh, tetapi mempunyai kekuatan iman dalam menghadapi kesulitan. (DAR/MGO/FH)
Pada hari Jumat Agung ini, kita diajak untuk lebih serius merenungkan penderitaan Sang Guru yang maha dasyat itu. Sang Guru mau menanggung semua derita itu karena kasih-Nya yang begitu lebar, tinggi, luas dan dalam untuk kita masing-masing secara pribadi. Sang Guru rela menanggung derita yang dasyat itu agar kita bisa keluar dari cengkraman kuasa dosa. Sang Guru mau menanggunng derita yang dasyat itu agar kita bisa diperdamaikan dan dipersatukan kembali dengan Allah Bapa di surga. Sebenarnya, Sang Guru bisa dengan mudah menghancurkan dan membunuh para prajurit yang mau menangkap-Nya hanya dengan sepatah kata saja, jika Ia mau. Hal itu nyata tercatat dalam Alkitab. Mereka semua mundur dan jatuh ke tanah ketika Sang Guru mengatakan “Akulah Dia.” Namun Yesus tidak mau menggunakan kuasa-Nya untuk melindungi diri-Nya. Dia rela menjadi manusia yang tak berdaya, lemah, rapuh dan membiarkan diri-Nya ditangkap, dibelenggu dan disiksa oleh tangan-tangan manusia yang kejam karena kasih-Nya yang dalam bagi kita.
Semoga perayaan Jumat Agung hari ini menguatkan kita untuk berani menghadapi segala penderitaan kita dengan tabah dan kuat. Karena Yesus telah memberi kita kekuatan untuk bertahan dalam derita dan kematian. Kita sebagai orang kristiani semestinya tidak mudah berputus asa atau mengeluh, tetapi mempunyai kekuatan iman dalam menghadapi kesulitan. (DAR/MGO/FH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin