“Menjadi Dewasa Seperti Santo Paulus” |
Talk Show yang dilaksanakan di Novisiat Transitus OFM, Jalan Kamboja, Depok Lama.ini mengangkat tema: “Semua Tentang Santo Paulus, Kita Menjadi Dewasa Seperti Santo Paulus”. Acara yang dimulai tepat pukul 15:30 WIB dan berakhir sekitar pukul 18:05 WIB dihadiri oleh 115 peserta dari 152 orang yang tercatat di kepanitiaan. Artinya menurut salah satu Panitia Bpk. Andreas Muhammad Sirad, Koordinator Sie Kitab Suci, menuturkan “kepesertaannya telah melebihi dari target yaitu 100-an peserta yang terdaftar sudah 152 orang” ungkapnya.
Acara yang dikemas santai tetapi penuh makna Pater Robby tidak terlalu banyak mengupas tentang ayat-ayat Alkitab. Penekanannya lebih kepada semangat Santo Paulus yang telah menjadi dewasa dalam iman karena ia selalu mengandalkan kekuatan Tuhan.
Dalam sesi pertama, mengenai Pertobatan Paulus. Pater Robby menjelaskan bahwa sebelum pertobatan Santo Paulus bernama Saulus, seorang Farisi yang sangat taat kepada Hukum Taurat. Sebagai seorang pemuda, ia adalah seorang murid agama Ibrani yang amat cerdas. Ketika ia telah lebih dewasa, ia mulai menganiaya para pengikut Yesus. Dalam perjalanannya ke kota Damsyik untuk menangkap para pengikut Kristus. Saulus tiba-tiba, ada sinar yang amat terang melingkupi dia. Sementara ia jatuh rebah ke tanah dan menjadi buta dan terdengarlah suara dimana Yesus memintanya untuk melanjutkan perjalanannya ke Damsyik dan disana akan dikatakan kepadanya apa yang harus diperbuatnya.
Dalam keadaan lemah dan gementar, Saulus mengulurkan tangannya untuk meminta pertolongan. Setelah dibaptis, namanya pun berubah menjadi Paulus, dan yang dipikirkannya hanyalah membantu orang-orang lain untuk mengenal serta mencintai Yesus, Sang Juruselamat.
Selanjutnya pada sesi kedua, dijelaskan karya-karya Paulus dalam surat-suratnya yang tidak sekadar menjadi alat komunikasi antara dirinya dengan komunitas-komunitas Kristen perdana, tetapi juga sebagai sebuah uraian teologis. Setidaknya ada 13 Surat dalam Perjanjian Baru yang menyebut Paulus sebagai penulisnya. Akan tetapi, para ahli Perjanjian Baru tidak memiliki kata sepakat untuk menentukan mana surat yang ditulis sendiri oleh Paulus dan mana surat yang mengatasnamakan dirinya sebagai penulis. Surat-surat Paulus disebut juga sebagai surat-surat pastoral dari Paulus, karena isinya membimbing jemaatnya dan memecahkan sejumlah masalah jemaatnya.
Pada sesi ketiga, Paulus sebagai “rasul”. Ia menjelajah ke seluruh dunia untuk mewartakan Kabar Gembira. Paulus selalu menempuh perjalanan dengan berjalan kaki kurang lebih 15 ribu km. Tak terhitung banyaknya orang yang telah dihantarnya kepada Yesus. Ia bekerja dan harus menderita. Para musuhnya telah beberapa kali berusaha membunuhnya. Namun, itu semua tidak mengurungkan niatya dalam mewartakan Injil. St.Paulus merasa berbahagia dapat menderita dan bahkan mati bagi Kristus.
Dalam hal pewartaan, Santo Paulus telah menjadi duta Kristus. Dia mendahulukan kepentingan orang lain di atas diri pribadinya. Tak heran jika Paus Benekdiktus XVI menjadikan tahun 2007-2008 silam sebagai Tahun Paulus. Tujuannya adalah meneladani semangat St. Paulus dalam pewartaan kabar baik. Terutama sifat-sifat yang dipunyainya seperti senantiasa bersuka cita dalam situasi apapun, berani, mandiri, menyangkal diri, setia, penuh kasih, dan simpatik. Sifat yang ideal bagi kita. (Dhapur&C.M. Geroda-KOMSOS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin