Kamis, 27 Oktober 2011

OMK dan IYD 2012; Ketika Iman, Budaya, dan Kreativitas Bertemu

️ Oleh: Darius Leka, S.H., M.H., Advokat & Aktivis Kerasulan Awam Gereja Katolik

JAKARTA - “100% Katolik, 100% Indonesia.” Slogan legendaris Mgr. Soegijapranata, SJ, bukan sekadar semboyan, melainkan panggilan hidup. Dan panggilan itu kini menggema dalam semangat Orang Muda Katolik (OMK) Indonesia yang tengah bersiap menyambut Indonesian Youth Day (IYD) 2012—sebuah momentum nasional yang dirancang bukan hanya sebagai perayaan iman, tetapi juga sebagai ruang perjumpaan, refleksi, dan transformasi sosial.

Dengan populasi yang mencakup lebih dari 60% umat Katolik Indonesia, OMK bukan sekadar kelompok usia. Mereka adalah wajah masa depan Gereja dan bangsa. Dalam terang dokumen Gaudium et Spes dan Injil Matius 25:40, OMK dipanggil untuk hadir dalam suka dan duka masyarakat, terutama bagi mereka yang miskin, tersingkir, dan difabel.

Namun, panggilan itu tidak datang begitu saja. Ia membutuhkan pendampingan, katekese yang kontekstual, dan ruang untuk bertumbuh. Gereja menyadari bahwa Injil harus disampaikan dalam bahasa yang dimengerti OMK—bahasa yang menyentuh hati, menggugah pikiran, dan membangkitkan semangat.

Dalam Sidang KWI Oktober 2010, para Uskup Indonesia sepakat untuk menyelenggarakan IYD 2012 di Keuskupan Sanggau, Kalimantan Barat. Namun, karena keterbatasan kapasitas, tidak semua OMK bisa hadir secara fisik. Maka, panitia membuka ruang partisipasi kreatif melalui rangkaian lomba: desain logo, cipta lagu tema, jingle, menulis, fotografi, film pendek, hingga pemilihan Catholic Young Leaders.

Tujuannya jelas: menjadikan IYD sebagai milik bersama. Sebuah gerakan yang tidak hanya mengandalkan kehadiran fisik, tetapi juga keterlibatan batin dan kreativitas.

Soft launching IYD 2012 dimulai pada 21 Agustus 2011 di Gedung KWI, Cikini, dengan Lomba Desain Logo. Dari 60 karya yang masuk, panitia dan juri—Surianto Rustan, Ratna Yunita, dan Julius Bernhard Schluter—melakukan penilaian ketat berdasarkan orisinalitas, relevansi, estetika, dan kekhasan Sanggau.

Pada 23 Oktober 2011, diumumkanlah para pemenang:

  • Juara 1: Amy Yulia Gultom
  • Juara 2: Sheila Widyaningsih
  • Juara Favorit: Audric Gani

Tidak ada juara ketiga, karena juri menilai belum ada karya yang memenuhi kriteria secara menyeluruh. Namun, semua peserta diapresiasi atas semangat dan kualitas karya mereka. Logo pemenang akan menjadi wajah resmi IYD 2012, hadir di setiap publikasi dan dokumentasi.

Sebagai aktivis kerasulan awam, saya melihat bahwa IYD bukan sekadar event. Ia adalah laboratorium iman. Di sinilah OMK belajar menjadi murid Kristus yang kreatif, solider, dan berakar dalam budaya. Di sinilah mereka belajar bahwa menjadi Katolik bukan berarti meninggalkan keindonesiaan, tetapi justru merayakannya dalam terang Injil.

IYD adalah panggung bagi OMK untuk bersuara, berkarya, dan berjejaring. Ia adalah ruang di mana iman bertemu dengan seni, budaya, dan teknologi. Ia adalah bukti bahwa Gereja tidak pernah lelah mempercayai generasi muda.

IYD 2012 adalah milik kita semua. Mari kita rayakan dengan semangat yang sama: semangat untuk menjadi terang dan garam dunia, semangat untuk menjadi 100% Katolik dan 100% Indonesia. Mari kita kibarkan semangat kaum muda—dengan karya, doa, dan aksi nyata.

 

#iyd2012 #omkberkarya #100persenkatolik100persenindonesia #kreatifdalamiman #gerejahadiruntukdunia #rasulawamberkarya #omkindonesia #imanyangmenginspirasi #katekesekreatif #kibarkansemangatkaummuda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin