OMK Sukaraja-Bogor. Sumber foto: orangmudakatolik.net |
Kondisi ini pun berdampak pada kehidupan orang muda Katolik. Komunitas orang muda Katolik semakin tidak populer dikalangan remaja dan orang muda Katolik sendiri. Berbagai reflksi dan analisis yang dilakukan tidak cukup ampuh untuk mencari jalan keluar bagi tumbuh dan berkembangnya komunitas OMK. Tawaran-tawaran “di luar” komunitas OMK jauh lebih memikat dan memiliki daya tawar tinggi, sehingga banyak OMK memilih beraktivitas di luar komunitas OMK. Cukup banyak OMK terlibat dalam berbagai kegiatan pengembangan diri, namun sangat sedikit atau bahkan ada yang tak pernah mengenal komunitas OMK.
Tak jarang mereka juga tidak tahu harus bergabung ke komunitas OMK yang mana dan dimana karena komunitas itu sendiri belum ada, belum terbangun.
Melihat kenyataan kondisi OMK seperti yang digambarkan di atas, Gereja terpanggil untuk melakukan pastoral khusus kepada OMK. Yang melibatkan keluarga, lingkungan, wilayah, paroki, dan keuskupan dengan memberi wadah untuk komunitas OMK. Dalam komunitas tersebut OMK diharapkan dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki menuju kematangan kepribadian dan tanggung jawab sosial, baik dalam Gereja maupun di masyarakat.
Dasar pemikiran tersebut bertitik tolak dari Ajaran Gereja, yaitu tugas kerasulan melekat pada setiap orang yang sudah dibaptis dan menerima tugas perutusan sebagai imam, nabi, dan raja. Demikian juga halnya dengan Orang Muda Katolik. “Orang muda merupakan kekuatan amat penting dalam Gereja dan masyarakat zaman sekarang. Mereka harus menjadi rasul-rasul pertama dan langsung bagi kalangan mereka sendiri dan tetap memperhatikan lingkungan sosial dimana mereka berada.” (lih. AA#12). Dalam menanggapi Ajaran Gereja tersebut, maka pada Masa Adven (bhs. Latin = kedatangan/ masa penantian kedatangan Yesus Kristus yang dijanjikan), OMK diajak untuk membangun komunitas sebagai tempat untuk berkumpul, dialog masalah-masalah OMK, merancang kerasulan OMK, baik dalam Gereja maupun di masyarakat sebagai tanggung jawab sosial.
Dalam hal ini OMK hendaknya belajar dari Nabi Yeremia untuk mewujudkan panggilan dan perutusan yang diterima dari Allah melalui Sakramen Baptis (Lih. Yer 1:4-9). Dalam menjalankan tugas perutusan itu OMK, selain belajar dari Nabi Yeremia, juga dapat belajar dari Bunda Maria, sebagai model ketaatan dan kerendahan hati dalam mewujudkan karya keselamatan Allah. OMK diajak juga untuk membaharui diri dalam menyambut kehadiran Yesus Sang Penebus. OMK hendaknya menjadi pembawa warta suka cita kepada sesama OMK, Gereja, dan masyarakat pada umumnya.
Ada pun tujuannya adalah agar OMK menyadari tugas perutusannya untuk menghadirkan Sang Mesias melalui komunitas OMK dan aneka kegiatan OMK. Metode yang digunakan dalam AAP 2011 menggunakan metode refleksi, sharing, dan fun games. Pesertanya adalah komunitas OMK, baik di wilayah, paroki maupun kelompok ketegorial OMK lainnya. Yohanes Dhani P.
Semoga orang muda katolik (OMK) menjadi tulang punggung gereja yang berkenan di mata Tuhan.
BalasHapusSalam,
Ryuz FLores