Jumat, 04 Mei 2012

GEMBALA YANG BAIK


Oleh: Sdr. Edi Wiyono, OFM

Adanya kekhasan dalam suatu benda atau hal dapat menarik perhatian dan minat orang pada benda tersebut. Misalkan saja makanan tertentu disukai atau diminati oleh banyak orang karena rasanya yang khas, orang suka memakai pakaian tertentu karena pakaian itu memberi kesan yang khas bagi pemakainya, kendaraan tertentu digunakan orang karena kendaraan itu memberikan kesan yang khas pada pengendaraanya, dan lain sebagainya. Lalu bagaimana dengan hari Minggu Paskah ke-4 ini? Ada kekhasan dalam Minggu Paska ke-4 ini. Salah satu kekhasan Minggu Paska ini ialah hari Minggu ini dicanangkan oleh Gereja sebagai Minggu Panggilan. Dengan perayaan Minggu Panggilan ini kita diajak untuk merenungkan panggilan hidup kita sebagai orang Katolik. Sebagai orang Katolik mungkin saja kita belum menemukan panggilan hidup atau sebagai orang Katolik mungkin juga kita belum mampu menghayati hidup kita sebagai sebuah bentuk panggilan hidup dalam Gereja. Karena itu tepatlah jika pada hari Minggu ini Gereja mengajak kita untuk merenungkan panggilan hidup kita.
Untuk membantu kita dalam merenungkan panggilan hidup, Gereja menyediakan satu teks dari Injil Yohanes 10: 11-18. Melalui teks ini penginjil memberikan gambaran tentang Pribadi yang kita imani, yakni Yesus Kristus. Dalam teks ini Pribadi Yesus digambarkan sebagai gembala yang baik. Gembala yang baik mempunyai kualitas atau ciri yang istimewa, yakni mau memberikan nyawanya bagi domba-dombanya. Gembala yang baik memberikan nyawaNya bagi domba-domba-Nya agar domba-dombanya itu memiliki hidup (dapat dilihat dalam ayat sebelum teks ini). Yesus Kristus mau memberikan nyawaNya bagi kita agar kita memiliki hidup. Inilah yang kita imani dan kita rayakan dalam Paska. Hal yang sama kiranya juga dapat terwujud dalam panggilan hidup. Jika orang mampu menghayati jalan hidupnya sebagai sebuah panggilan (dengan hidup berkeluarga, menjadi imam, bruder, suster atau hidup sebagai awam selibat) tentu ada usaha dari orang tersebut untuk memberikan nyawanya atau seluruh hidupnya bagi jalan hidup yang dijalaninya itu. Ini dilakukan tentu bukan untuk mencari enaknya dan amanya (seperti gembala upahan), melainkan demi sesuatu yang baik dan luhur. Jika saja orang mampu menghayati hidup berkeluarga sebagai sebuah panggilan hidup, maka akan ada usaha sungguh-sunggguh dari orang itu untuk memberikan seluruh energi hidupnya atau nyawanya demi kebaikan seluruh anggota keluarganya. Ia akan bekerja keras mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Ia juga akan memberikan diri dalam bentuk perhatian kepada yang sakit atau menghadapi persoalan, waktu untuk kebersamaan dan kegiatan dalam keluarga seperti santai atau rekreasi  atau olah raga dan juga berdoa bersama. Hal-hal seperti ini tentu sesuatu yang berharga bagi keluarga. Adanya pengalaman seperti ini dapat saja membantu anak dalam menemukan arti gembala yang baik dalam figur anggota keluarganya atau orang tuanya. Pengalaman  seorang anak seperti ini dapat menjadi dasar bagi anak itu untuk menemukan atau menentukan panggilan hidupnya dikemudian hari. Tak jarang juga bahwa orang yang akhirnya memilih jalan hidup menjadi imam, bruder atau suster terkait dengan pengalamannya dalam keluarga seperti itu. Dengan demikian bapak dan ibu yang sungguh menghayati hidup keluarga sebagai sebuah panggilan hidup dan mempu memberikan seluruh dirinya demi kebaikan keluarganya secara tidak langsung juga menyiapkan benih-benih panggilan bagi anaknya untuk menjadi gembala yang baik, entah dengan menjadi imam, bruder atau juga suster. Orang-orang yang mau dan berani memberikan seluruh hidupnya dengan menjalani panggilan hidup khusus sebagai imam, bruder dan suster inilah  yang kita harapkan semakin bertumbuh dan berkembang dengan perayaan Minggu Panggilan ini.
Untuk membantu permenungan lebih jauh baiklah kita merenungkan pertanyaan ini: bagaimanakah saya menghayati hidup yang saya jalani ini? Bagaimanakah usahaku selama ini dalam mewujudkan kualitas pribadi seperti gembala yang baik? Semoga pertanyaan permenungan ini membantu kita semua untuk semakin serupa dengan gembala yang baik bagi orang-orang yang ada disekitar kita atau menjadi tanggungjawab kita. Semoga ya semoga. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin