Rabu, 26 Maret 2014

Menjadi Jenderal Sekaligus Seorang Ibu Yang Luar Biasa

Laksma TNI Christina Maria Rantetana SKM MPH
Indonesia boleh berbangga hati, karena kini sudah ada dua wanita yang menyandang pangkat jenderal berbintang satu di lingkungan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL). Salah satunya adalahChristina Maria Rantetana, yang saat ini juga menjabat Staf Ahli Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Republik Indonesia Bidang Ideologi dan Konstitusi. Tugasnya tentu tidak mudah, karena itu ia harus pandai-pandai menyeimbangkan waktu untuk menjalani ‘profesinya’ yang lain, yaitu sebagai ibu bagi kelima anaknya:Belo, Mada, Lambe, Rinding, danIrianto.

“Sebagai prajurit saya dikontrak 24 jam, yang berarti saya harus siap sedia menerima dan menjalankan perintah kapan pun,” ujar wanita yang setiap perkataannya kerap disambut dengan kalimat ‘Siap, Jenderal!’ oleh para anak buahnya. Itu memang risiko dari pekerjaannya. Menjadi wanita jenderal pertama dan satu-satunya staf ahli wanita di Kementerian Polhukam dengan jabatan setara eselon I juga tidak membuat wanita kelahiran Tana Toraja, 57 tahun silam, ini pongah. Pangkat dan jabatan yang semakin tinggi justru dimaknainya sebagai bertambahnya tanggung jawab. Dan ia bertekad jangan sampai gagal, agar masyarakat tidak menyalahkan gendernya.


Menduduki jabatan tinggi juga berarti merelakan lebih banyak waktunya untuk pekerjaan ketimbang untuk keluarga. Menyiasati hal ini, Christina mengaku harus pintar-pintar ‘mencuri’ waktu supaya keluarganya tidak terbengkalai. Ia memang tidak boleh menolak jika pekerjaan menuntutnya harus lembur di kantor hingga larut malam, namun sebisa mungkin ia tidak membawa pekerjaan ke rumah.

Sebagai perwira tinggi TNI, ia juga harus menghadiri berbagai acara dinas, yang tidak boleh ditolaknya. Namun untuk acara-acara non dinas,  barulah sesekali ia menjadikan anak-anaknya sebagai pemenang. Beberapa kali ia tidak menghadiri undangan pernikahan, karena sudah keburu berjanji untuk berkumpul dengan suami dan anak-anaknya. “Kuantitas pertemuan saya dengan keluarga mungkin lebih sedikit dibanding ibu yang lain, jadi saya harus menekankan kualitas komunikasi kami,” ujarnya.

Kendati harus sering meninggalkan keluarga demi tugas, istri dari Cosmas S. Birana ini tidak pernah menyesal telah memilih berkarier di dunia militer. Prinsipnya, hidup memang pilihan. Karena itu, ia tidak sebentar-sebentar minta izin dari pekerjaannya untuk urusan anak-anak. Jika tidak benar-benar perlu, ia cukup memecahkan masalah di rumah dengan komando via telepon. “Jangan sampai saya menjadi kontraproduktif di hadapan kolega-kolega pria,” begitu alasannya. Untuk menjaga komunikasi dengan anak-anak, Christina secara rutin menghubungi mereka ataupun asisten rumah tangganya lewat telepon atau Blackberry messenger.

Pola asuh yang diterapkan Christina ini ditirunya dari sang ibu, seorang pensiunan guru. Kendati bekerja, sang ibu berhasil merawat ketujuh putra putrinya dengan baik. Ibunda Christina juga menurunkan pola asuh yang mengajarkan hidup teratur kepada anak-anaknya. “Dulu saya punya tugas yang jelas di rumah. Saya harus pulang sekolah pukul sekian, setelah itu merawat ternak, dan seterusnya,” ia menjelaskan. Gaya hidup penuh disiplin itu rupanya pas dengan lingkungan kemiliteran tempatnya bernaung sekarang.

Dalam membina keluarga, Christina memang tidak bekerja sendirian. Bersama suaminya yang pegawai negeri, mereka menjadi mitra yang saling melengkapi. “Sebagai pegawai negeri, suami saya juga harus berpindah-pindah tempat tugas. Tapi tidak selamanya istri yang harus ikut suami, ada kalanya suami yang ikut istri, supaya kehidupan keluarga kami bisa berjalan lancar,” ujarnya. Ini sekaligus menjawab rasa penasaran banyak orang yang mempertanyakan mengapa suaminya mau mengikuti istrinya berpindah-pindah tempat tugas. Namun ketika ia memutuskan untuk pindah bagian ke Jayapura demi mengikuti suaminya yang ditugaskan di kota itu, kembali banyak kening mengernyit. Tetapi ia tidak peduli apa kata orang. Yang penting ia menjalankan semuanya dengan ikhlas demi keutuhan keluarga. (Darius Lekalawo)
__________________________________________
Sumber: http://www.pesona.co.id/relasi/keluarga/menjadi.jenderal.dan.seorang.ibu/003/001/73. Foto: www.santoalbertus.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin