Rabu, 27 Mei 2015

Bagaikan Sebuah Pensil, Itulah Hidup Kita

Pensil, tentunya siapapun pasti mengenalnya. Pensil adalah salah satu alat tulis yang tidak asing lagi bagi kita. Benda yang sungguh sederhana, tetapi memiliki fungsi yang cukup berguna. Dalam kehidupan sebagai anak Tuhan, kita bisa mengambil beberapa teladan dari benda sederhana tersebut.

Pensil bisa berguna tentunya bila ada tangan yang menggerakkannya. Demikian pula, hidup kita pun akan berguna jika ada “tangan” yang membimbing kita. Dialah Allah yang dengan setianya menyertai kita. Tidak pernah sekalipun kita dibiarkan-Nya melangkah sendirian. Rancangan-Nya akan membuat hidup kita menjadi lebih berarti. “Sesungguhnya tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar.” (Yes. 59:1)



Ketika menulis, karena terlalu sering dipakai, maka pensil pun akan tumpul, dan kita menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil itu. Ada kalanya Allah mengizinkan masalah datang dalam hidup kita. Kita benar-benar diuji apakah kita dapat bertahan atau tidak. Tetapi, biarlah kita menjadikan setiap masalah itu sebagai alat untuk lebih dekat kepada Allah. “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.” (Yak. 1:12)

Pensil pun selalu memberikan kesempatan kepada penghapus untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Tidak selamanya apa yang kita lakukan itu benar. Kesalahan demi kesalahan sering kita lakukan. Ada kalanya kita menyakiti perasaan sesama kita, bahkan mengecewakan Tuhan. Baiklah bila kita menerima setiap nasihat yang bisa membuat kita menjadi lebih baik. Jadikan nasihat itu sebagai cara Tuhan untuk membuat kita menjadi lebih berkenan bagi Dia dan juga menjadi berkat bagi sesama kita. “Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya.” (Ibr. 12:5).

Bagian terpenting dari sebuah pensil bukanlah luarnya, melainkan batang arang yang ada di dalamnya. Seperti ada pujian, “Kau bukan yang melihat rupa, Kau bukan Tuhan yang memandang harta, hati hamba yang s’lalu Kau cari, biar Kau temukan di dalamku.” Demikian pula dalam hidup kita ketika melayani-Nya, persembahkanlah hidup kita sebagai persembahan yang hidup dan tak bercacat cela di hadapan Allah. “Tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil daripadanya.” (Luk. 10:42).

Saat menulis, pensil akan selalu meninggalkan goresan. Sebagai anak Tuhan kita dituntut untuk menjadi garam dan terang dunia. Biarlah kita memancarkan perbuatan baik seperti yang Tuhan Yesus ajarkan kepada kita dan hidup kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga.” (Mat. 5:16).

Allah tidak akan pernah membiarkan kita sebagai umat pilihan-Nya, hidup jauh dari lingkarang kasih-Nya. Oleh karena itu, mari menjadikan hidup kita lebih berarti, sekarang dan sampai selamanya. (sumber: sahabatdoa/chronostra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin