Tema tahun ini, “Maka bangkitlah ia dan pergi kepada
bapanya…” (Luk 15:20), bukan sekadar kutipan Injil. Ia adalah seruan profetik
yang menggugah hati umat untuk kembali—bukan hanya secara spiritual kepada
Allah, tetapi juga secara konkret kepada komunitas, kepada pelayanan, kepada
panggilan kerasulan awam.
Dalam renungan singkatnya, Sudir Menggolo, mantan Ketua
Lingkungan yang kini menjadi bagian dari struktur wilayah, menekankan empat kata
kunci yang menjadi benang merah kegiatan ini: bertobat, mewujudkan pertobatan,
mengampuni, dan bersukacita. Empat kata ini bukan hanya refleksi, tetapi juga
ajakan untuk bertindak. Sebuah panggilan untuk keluar dari zona nyaman dan
kembali terlibat aktif dalam kehidupan menggereja.
Sebagai seorang aktivis kerasulan awam, saya melihat
kegiatan ini sebagai contoh nyata bagaimana Gereja hidup dan hadir di tengah
umat. Kerasulan awam bukanlah sekadar konsep teologis, melainkan praksis iman
yang membumi. Ketika umat memilih untuk merayakan di luar gedung, mereka sedang
menyatakan bahwa Gereja bukan hanya bangunan, tetapi persekutuan orang-orang
beriman yang bergerak, berkumpul, dan bersaksi di mana pun mereka berada.
Keterlibatan 90% umat wilayah dalam kegiatan ini menunjukkan
bahwa semangat kolektif masih menyala. Dua bus besar yang diberangkatkan dari
Bensin Biru dan Bulakrata, serta kendaraan logistik yang menyusul, menjadi
simbol bahwa perjalanan iman adalah perjalanan bersama. Tidak ada yang
tertinggal, tidak ada yang berjalan sendiri.
Kegiatan yang berlangsung dari pukul 10.00 hingga 14.30 WIB
ini bukan hanya sarat makna, tetapi juga penuh warna. Ibadat Sabda menjadi
pusat spiritualitas, sementara games, kuis, dan dinamika kelompok menjadi ruang
untuk membangun relasi dan kebersamaan. Anak-anak berlarian di antara
pepohonan, tertawa lepas, sementara orang tua bernyanyi bersama diiringi organ
tunggal. Di akhir acara, door prize dan bingkisan dibagikan—bukan hanya sebagai
hadiah, tetapi sebagai tanda kasih dan perhatian.
Kegiatan ini adalah cermin dari wajah Gereja yang diimpikan
Konsili Vatikan II: Gereja yang berjalan bersama umat manusia, yang hadir dalam
suka dan duka masyarakat, yang mewartakan kasih Allah melalui tindakan nyata.
Kerasulan awam tidak berhenti pada liturgi, tetapi menjelma dalam aksi sosial,
ekonomi, hukum, dan kemasyarakatan.
Sebagai advokat, saya percaya bahwa keadilan sosial adalah
bagian dari pewartaan Injil. Sebagai aktivis kerasulan awam, saya yakin bahwa
setiap kegiatan seperti ini adalah benih-benih Kerajaan Allah yang ditabur di
tengah dunia.
“Maka bangkitlah ia
dan pergi kepada bapanya…” adalah ajakan untuk bangkit dari keterasingan, dari
kelelahan pelayanan, dari kejenuhan rohani. Ia adalah panggilan untuk
kembali—kepada Allah, kepada sesama, kepada komunitas. Dan Wilayah Santo
Ignatius Loyola telah menjawab panggilan itu dengan langkah nyata.
Semoga semangat ini menular ke wilayah-wilayah lain, agar
Gereja Katolik semakin hidup, relevan, dan hadir di tengah dunia yang haus akan
kasih dan keadilan.
✍️ Oleh: Darius Leka, S.H., M.H., Advokat & Aktivis
Kerasulan Awam Gereja Katolik
#kerasulanawam #gerejahidup #ignatiusloyola #panggilanpelayanan #gerejakatolikindonesia #cintakasihallah #refleksiiman #gerejayangberjalanbersama #kebunrayabogor #pestanamawilayah #shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin