Dengan tema “Real Happy in Togetherness”, kegiatan ini bukan
sekadar pelarian dari rutinitas, melainkan sebuah bentuk kerasulan awam yang
menyentuh dimensi spiritual, sosial, dan emosional. Sebanyak 60 orang muda dari
berbagai wilayah paroki berkumpul sejak pagi hari, menempuh perjalanan panjang,
dan tiba di villa dengan semangat yang tak surut meski lelah mendera.
Peraturan yang diberlakukan—tidak boleh berkata kasar dan
tidak boleh mengeluh—bukan sekadar disiplin teknis, tetapi latihan konkret
untuk membentuk karakter Kristiani: bersyukur, bersukacita, dan saling
menghargai. Dalam setiap permainan, baik indoor maupun outdoor, nilai-nilai
injili seperti kerja sama, tanggung jawab, inisiatif, dan solidaritas
ditanamkan secara kreatif dan menyenangkan.
Salah satu momen paling menyentuh adalah misa malam yang
dipersembahkan di teras villa, di bawah langit Megamendung yang bertabur
bintang. Dipimpin oleh Romo Anton Sahat Manurung, OFM dan Romo Al Gesu, OFM,
misa ini menjadi ruang spiritual yang otentik: dari kaum muda, oleh kaum muda,
untuk kaum muda.
Dalam homilinya, Romo Anton menegaskan pentingnya semangat
dan kepedulian kaum muda terhadap sesama, tidak hanya dalam lingkup gereja,
tetapi juga dalam kehidupan sosial. Romo Al mengangkat kisah anak kecil yang
mempersembahkan lima roti dan dua ikan sebagai simbol partisipasi sukacita:
bahwa setiap orang muda, sekecil apa pun perannya, dapat menjadi saluran kasih
Allah.
Pesan dari SKP (Seksi Kepemudaan Paroki) Om Pedro
meneguhkan: OMK harus terus kompak, berubah, dan berbuah dalam kebaikan. Sebuah
seruan yang bukan hanya motivasional, tetapi juga teologis—karena Gereja
membutuhkan kaum muda yang tidak hanya hadir, tetapi juga bergerak.
Api unggun malam itu bukan sekadar tradisi. Ia menjadi
simbol kehangatan komunitas, cahaya harapan, dan nyala iman yang harus terus
dijaga. Dalam keheningan mengelilingi api, para peserta diajak untuk bersyukur,
merenung, dan menyadari bahwa mereka bukan hanya teman, tetapi keluarga dalam
Kristus.
Keesokan harinya, perjalanan ke Curug Panjang menjadi
pengalaman spiritual tersendiri. Alam menjadi saksi bagaimana kaum muda
tertawa, berenang, berfoto, dan bersatu dalam sukacita. Di tengah derasnya air
terjun, mereka menemukan keindahan ciptaan dan kehadiran Sang Pencipta.
Sebagai aktivis kerasulan awam, saya melihat kegiatan ini
sebagai bentuk nyata dari evangelisasi baru yang diimpikan oleh Gereja. Kaum
muda tidak hanya diajak untuk hadir di gereja, tetapi untuk mengalami Gereja
sebagai komunitas yang hidup, relevan, dan penuh kasih. Mereka tidak hanya
menjadi objek pembinaan, tetapi subjek pewartaan.
Kegiatan seperti ini harus terus didukung, tidak hanya oleh
Gereja, tetapi juga oleh para orang tua, donatur, dan masyarakat. Karena dari
sinilah akan lahir generasi Katolik yang tidak hanya tahu ajaran, tetapi juga
menghidupinya dalam tindakan.
“Fun Holiday with
OMK” bukan sekadar liburan. Ia adalah bentuk kerasulan awam yang menyentuh
hati, membentuk karakter, dan menyalakan semangat. Ia adalah Gereja yang muda,
yang hidup, yang bersukacita dalam kebersamaan. Dan dari sinilah, kasih Allah
diwartakan—dengan cara yang segar, otentik, dan penuh harapan.
✍️ Oleh: Darius Leka, S.H., M.H., Advokat & Aktivis
Kerasulan Awam Gereja Katolik
#omksantopaulus #kerasulanawammuda #funholidaywithomk
#realhappyintogetherness #gerejayanghidup #evangelisasikaummuda #omkbergerak
#gerejakatolikindonesia #omkdepok #mudadalamkristus #shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin