Selasa, 04 Agustus 2015

Real Happy in Togetherness; Ketika Kaum Muda Menemukan Gereja di Tengah Alam

BOGOR
- Di tengah tantangan zaman yang kian kompleks, Gereja Katolik tidak bisa hanya menjadi tempat ibadah yang sunyi dan formal. Ia harus menjadi ruang hidup yang dinamis, tempat di mana kaum muda menemukan makna, relasi, dan panggilan. Itulah yang terjadi dalam “Fun Holiday with OMK”—sebuah kegiatan sederhana namun sarat makna yang digelar oleh Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Santo Paulus Depok pada 25–26 Juli 2015 di Villa Megarilla, Megamendung.

Dengan tema “Real Happy in Togetherness”, kegiatan ini bukan sekadar pelarian dari rutinitas, melainkan sebuah bentuk kerasulan awam yang menyentuh dimensi spiritual, sosial, dan emosional. Sebanyak 60 orang muda dari berbagai wilayah paroki berkumpul sejak pagi hari, menempuh perjalanan panjang, dan tiba di villa dengan semangat yang tak surut meski lelah mendera.

Peraturan yang diberlakukan—tidak boleh berkata kasar dan tidak boleh mengeluh—bukan sekadar disiplin teknis, tetapi latihan konkret untuk membentuk karakter Kristiani: bersyukur, bersukacita, dan saling menghargai. Dalam setiap permainan, baik indoor maupun outdoor, nilai-nilai injili seperti kerja sama, tanggung jawab, inisiatif, dan solidaritas ditanamkan secara kreatif dan menyenangkan.

Salah satu momen paling menyentuh adalah misa malam yang dipersembahkan di teras villa, di bawah langit Megamendung yang bertabur bintang. Dipimpin oleh Romo Anton Sahat Manurung, OFM dan Romo Al Gesu, OFM, misa ini menjadi ruang spiritual yang otentik: dari kaum muda, oleh kaum muda, untuk kaum muda.

Dalam homilinya, Romo Anton menegaskan pentingnya semangat dan kepedulian kaum muda terhadap sesama, tidak hanya dalam lingkup gereja, tetapi juga dalam kehidupan sosial. Romo Al mengangkat kisah anak kecil yang mempersembahkan lima roti dan dua ikan sebagai simbol partisipasi sukacita: bahwa setiap orang muda, sekecil apa pun perannya, dapat menjadi saluran kasih Allah.

Pesan dari SKP (Seksi Kepemudaan Paroki) Om Pedro meneguhkan: OMK harus terus kompak, berubah, dan berbuah dalam kebaikan. Sebuah seruan yang bukan hanya motivasional, tetapi juga teologis—karena Gereja membutuhkan kaum muda yang tidak hanya hadir, tetapi juga bergerak.

Api unggun malam itu bukan sekadar tradisi. Ia menjadi simbol kehangatan komunitas, cahaya harapan, dan nyala iman yang harus terus dijaga. Dalam keheningan mengelilingi api, para peserta diajak untuk bersyukur, merenung, dan menyadari bahwa mereka bukan hanya teman, tetapi keluarga dalam Kristus.

Keesokan harinya, perjalanan ke Curug Panjang menjadi pengalaman spiritual tersendiri. Alam menjadi saksi bagaimana kaum muda tertawa, berenang, berfoto, dan bersatu dalam sukacita. Di tengah derasnya air terjun, mereka menemukan keindahan ciptaan dan kehadiran Sang Pencipta.

Sebagai aktivis kerasulan awam, saya melihat kegiatan ini sebagai bentuk nyata dari evangelisasi baru yang diimpikan oleh Gereja. Kaum muda tidak hanya diajak untuk hadir di gereja, tetapi untuk mengalami Gereja sebagai komunitas yang hidup, relevan, dan penuh kasih. Mereka tidak hanya menjadi objek pembinaan, tetapi subjek pewartaan.

Kegiatan seperti ini harus terus didukung, tidak hanya oleh Gereja, tetapi juga oleh para orang tua, donatur, dan masyarakat. Karena dari sinilah akan lahir generasi Katolik yang tidak hanya tahu ajaran, tetapi juga menghidupinya dalam tindakan.

 “Fun Holiday with OMK” bukan sekadar liburan. Ia adalah bentuk kerasulan awam yang menyentuh hati, membentuk karakter, dan menyalakan semangat. Ia adalah Gereja yang muda, yang hidup, yang bersukacita dalam kebersamaan. Dan dari sinilah, kasih Allah diwartakan—dengan cara yang segar, otentik, dan penuh harapan.

️ Oleh: Darius Leka, S.H., M.H., Advokat & Aktivis Kerasulan Awam Gereja Katolik

 

#omksantopaulus #kerasulanawammuda #funholidaywithomk #realhappyintogetherness #gerejayanghidup #evangelisasikaummuda #omkbergerak #gerejakatolikindonesia #omkdepok #mudadalamkristus #shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin