Taman Seminari bukan sekadar Taman Kanak-Kanak. Ia adalah
satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan program pembinaan anak usia 4–6
tahun dengan kekhasan nilai-nilai iman Katolik. Dalam masa emas pertumbuhan
anak, Gereja hadir untuk menanamkan nilai spiritual, moral, dan sosial yang
seimbang antara jasmani dan rohani.
Dirjen Binsasi menyebut bahwa pendidikan anak usia dini
harus utuh dan terpadu. “Pertemuan ini adalah momentum penting untuk berbenah
diri, menjawab tuntutan zaman dan regulasi, serta berjuang bersama mewujudkan
pendidikan yang berkualitas,” tegasnya. Pemerintah, lanjutnya, sangat konsen
terhadap pengembangan potensi anak melalui kegiatan bermain yang bermakna dalam
suasana ramah dan menyenangkan.
Yang menarik, gerakan Taman Seminari lahir dari komunitas.
Dari Kalimantan Barat hingga Papua, dari NTT hingga Maluku, para pengelola Taman
Seminari hadir sebagai pelayan pendidikan yang menjawab kebutuhan umat.
Tercatat enam provinsi telah menginisiasi Taman Seminari: Suara Alam Kubu Raya,
Sta. Maria Fatima Brebes, Gonzalo Tobelo, Sta. Maria Agustina Rumaat, St.
Petrus Madi Paniai, dan Flos Carmeli Sumba Tengah.
Direktur Pendidikan Katolik, Fransiskus Endang, menegaskan
bahwa seluruh Taman Seminari tersebut telah memiliki izin operasional dan Nomor
Pokok Sekolah Nasional (NPSN). Beberapa lainnya sedang dalam proses telaahan
dan supervisi. Kehadiran mereka juga atas restu Uskup setempat atau Pastor
Paroki, menunjukkan sinergi antara Gereja dan negara dalam membangun generasi
Katolik yang cerdas dan berkepribadian luhur.
Sebagai aktivis kerasulan awam, saya melihat bahwa Taman
Seminari adalah bentuk nyata dari pewartaan kasih Allah kepada dunia.
Pendidikan bukan hanya transfer ilmu, tetapi pembentukan manusia seutuhnya.
Dalam terang ajaran Gereja, khususnya dokumen Gravissimum Educationis, pendidikan
adalah hak asasi dan tanggung jawab bersama antara keluarga, Gereja, dan
negara.
Taman Seminari menjadi ladang kerasulan awam yang strategis.
Di sana, para pendidik bukan hanya guru, tetapi juga pewarta. Mereka menanamkan
nilai-nilai Injil dalam kehidupan anak-anak, membentuk karakter Kristiani yang
akan menjadi fondasi peradaban kasih di masa depan.
Pertemuan di Pontianak bukan sekadar forum teknis. Ia adalah
pernyataan iman dan komitmen. Bahwa Gereja Katolik Indonesia, melalui Taman
Seminari, hadir untuk menyemai harapan, membentuk generasi yang berakar pada
iman, dan mewartakan kasih Allah kepada dunia.
Mari kita dukung gerakan ini. Sebab, masa depan Gereja dan
bangsa dimulai dari anak-anak yang dibesarkan dalam cinta, iman, dan
nilai-nilai luhur.
✍️ Oleh: Darius Leka, S.H., M.H., Advokat & Aktivis
Kerasulan Awam Gereja Katolik
#kerasulanawam #gerejakatolik #tamanseminari
#pendidikananakusiadini #imansejakdini #peradabankasih #wartakasih
#bimaskatolik #pendidikankatolik #gerejayanghadir #anakkatolikcerdasberiman

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin