Dalam sidang yang digelar di Gedung Kementerian Pertanian, Bambang
menyampaikan bahwa kesucian Surat Al-Maidah tidak berubah meski
disalahgunakan oleh manusia. Ia mengibaratkan: “Anak saya dipukuli dengan
tongkat pusaka, apakah tongkat pusaka berbuat jahat?” Analogi ini menggambarkan
bahwa alat suci tidak menjadi jahat karena tindakan manusia yang
menyalahgunakannya.
Sebagai seorang advokat dan aktivis kerasulan awam, saya melihat pernyataan
ini bukan sekadar pembelaan hukum, tetapi juga refleksi teologis yang mendalam.
Dalam tradisi Gereja Katolik, Kitab Suci adalah firman Allah yang hidup. Ia
tidak bisa dinodai oleh manusia, karena kesuciannya bersumber dari Allah
sendiri. Yang bisa ternoda adalah tindakan manusia yang menyalahgunakan teks
suci untuk kepentingan politik, kekuasaan, atau kebencian.
Bambang menegaskan bahwa agama adalah lambang kesempurnaan, dan
karena itu tidak mungkin dinodai. “Masa menodai agama, baju saja dinodai. Tapi
agama itu tidak mungkin dinodai,” katanya. Pernyataan ini sejalan dengan ajaran
Gereja bahwa agama adalah jalan menuju keselamatan, bukan alat untuk menghakimi
atau memecah belah.
Dalam konteks kerasulan awam, kita dipanggil untuk menjadi penjaga kesucian
iman, bukan dengan cara membungkam perbedaan, tetapi dengan membangun dialog
yang sehat. Kita harus mampu membedakan antara kritik terhadap praktik
keagamaan dan penistaan terhadap agama itu sendiri. Ketika teks suci dijadikan alat
politik, kita harus berani bersuara bahwa yang ternoda bukan kitabnya, tetapi
niat di balik penggunaannya.
Kasus Ahok dan kontroversi Surat Al-Maidah membuka ruang bagi Gereja dan
umat Katolik untuk merefleksikan peran kita dalam masyarakat plural. Kita tidak
boleh terjebak dalam politik identitas, tetapi harus menjadi saksi kasih yang
melampaui batas agama dan ideologi. Kita harus mengedepankan keadilan,
kebenaran, dan martabat manusia sebagai fondasi kehidupan bersama.
Prof. Bambang telah menunjukkan bahwa ilmu dan iman bisa berjalan
beriringan. Ia tidak hanya membela teks, tetapi juga membela akal sehat dan
kemanusiaan. Dalam dunia yang mudah tersulut oleh emosi dan provokasi, suara
seperti inilah yang dibutuhkan: jernih, tegas, dan penuh kasih.
✍️ Oleh: Darius Leka, S.H., M.H., Advokat
& Aktivis Kerasulan Awam Gereja Katolik
#kerasulanawam
#gerejauntukkeadilan
#ajaransosialgereja
#kitabsucitakternoda
#dialoglintasiman
#100persenkatolik100persenindonesia
#martabatmanusia
#imandanhukum
#kasihmelawankebencian
#cintaallahuntukdunia

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin