Dalam diskusi publik bertajuk “Merajut Kebersamaan dalam
Kebhinekaan dan NKRI” yang digelar di GKPS Depok pada 6 Maret 2017, para tokoh
lintas agama berkumpul untuk menyuarakan harapan dan refleksi atas pentingnya
merawat persatuan dalam keberagaman. Sebuah pertemuan yang bukan hanya
simbolik, tetapi juga strategis dalam membangun peradaban kasih di tengah
masyarakat yang majemuk.
Pdt. Dr. Alexius Letlora, Ketua Umum PGI-S Kota Depok,
menegaskan bahwa perbedaan bukanlah ancaman, melainkan peluang untuk saling
belajar dan bertumbuh. “Dampak positif perbedaan adalah dorongan untuk
mempelajari dan menemukan sisi-sisi universal yang menunjang hidup bersama,”
ujarnya. Dalam konteks umat Kristiani, kehadiran di tengah masyarakat Depok
harus menjadi berkat—membawa rahmat dan damai sejahtera.
Sebagai aktivis kerasulan awam, saya melihat bahwa pesan ini
sangat sejalan dengan ajaran Gereja Katolik. Dalam dokumen Gaudium et Spes,
Konsili Vatikan II menegaskan bahwa Gereja dipanggil untuk hadir di tengah dunia,
menjalin dialog dengan semua orang, dan menjadi saksi kasih Allah dalam
realitas sosial yang konkret.
Rais Syuriah NU Kota Depok, K.H. Drs. Zainuddin Maksum Ali,
memberikan kesaksian yang menggugah. Ia menceritakan bagaimana keluarganya
mencerminkan keberagaman Indonesia: dirinya dari Jawa Timur, istrinya dari Nias
yang mayoritas Kristiani, anak-anaknya menikah dengan keturunan Cina dan Arab.
“Kalau orang Indonesia tidak makan bersama karena agamanya berbeda, itu bukan
NKRI,” tegasnya.
Lebih jauh, Kiai Zainuddin menekankan bahwa cinta kasih
tidak boleh dibatasi oleh identitas agama atau etnis. “Sebenarnya kita satu
iman, hanya beda agama,” katanya. Ini adalah pernyataan yang mencerminkan
kedalaman spiritualitas Islam yang rahmatan lil alamin—Islam yang membawa
rahmat bagi seluruh alam.
Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, Gereja Katolik
tidak bisa tinggal diam. Kerasulan awam adalah panggilan untuk terlibat aktif
dalam membangun masyarakat yang adil, damai, dan inklusif. Dalam terang ajaran
sosial Gereja, keberagaman adalah anugerah, dan persatuan adalah tugas bersama.
Forum Masyarakat Katolik Indonesia (FMKI) Kota Depok, yang
turut hadir dalam diskusi ini, menjadi contoh konkret bagaimana umat Katolik
dapat menjadi jembatan dialog dan pelaku rekonsiliasi. Melalui kegiatan sosial,
pendidikan, dan advokasi, FMKI terus menegaskan bahwa iman harus diwujudkan
dalam tindakan.
Diskusi di GKPS Depok bukan sekadar forum wacana. Ia adalah
pernyataan iman, harapan, dan cinta. Bahwa Indonesia hanya akan kuat jika kita
bersatu dalam keberagaman. Bahwa agama, jika dijalankan dengan hati yang
terbuka, akan menjadi kekuatan pemersatu, bukan pemecah.
Mari kita terus merajut kebersamaan, membangun jembatan, dan
mewartakan kasih Allah kepada dunia. Sebab, seperti yang diajarkan Kristus,
“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat. 22:39).
✍️ Oleh: Darius Leka, S.H., M.H., Advokat & Aktivis
Kerasulan Awam Gereja Katolik
#kerasulanawam #gerejakatolik #bhinnekatunggalika
#toleransiindonesia #imanyanghadir #peradabankasih #gerejayanghadir #dialoglintasagama
#wartakasih #nkrihargamati #shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin