Senin, 27 Maret 2017

“ISKA dan Tanggung Jawab Iman; Merawat Kebhinekaan, Melawan Bencana Moral Bangsa”

MEDAN
- Di tengah riuhnya dinamika politik dan sosial bangsa, Musyawarah Nasional Ikatan Sarjana Katolik (ISKA) tahun 2017 di Katolik Center Medan menjadi titik terang yang menyatukan harapan, refleksi, dan komitmen lintas iman dan profesi. Di hadapan para tokoh Katolik dari 25 provinsi, Menteri Hukum dan HAM RI, Yasonna H. Laoly, menyampaikan pesan yang menggugah: “Bangsa ini bersatu karena ada kesamaan ingin bersatu dan merasa senasib sepenanggungan. Maka, mari kita rawat kebhinekaan ini sebagai kekuatan bangsa dan warisan dari para pendiri.”

Pernyataan ini bukan sekadar retorika politik. Ia adalah panggilan moral dan spiritual bagi seluruh elemen bangsa, khususnya bagi para sarjana Katolik yang telah menerima anugerah pendidikan dan kepercayaan publik.

Sebagai bagian dari kerasulan awam, ISKA bukan hanya organisasi profesi, tetapi juga perpanjangan tangan Gereja dalam dunia sosial, ekonomi, hukum, dan kemasyarakatan. Dalam terang Injil, para sarjana Katolik dipanggil untuk menjadi garam dan terang dunia—menghadirkan nilai-nilai kasih, keadilan, dan kebenaran di tengah masyarakat yang kompleks dan sering kali terpecah oleh kepentingan politik.

Uskup Agung Medan, Mgr. DR AB Sinaga OFM Cap, dalam kotbahnya menyebut tiga bencana moral yang menggerogoti bangsa: korupsi, narkoba, dan pornografi. “ISKA harus berada di garda terdepan,” tegasnya. Ini bukan sekadar ajakan, tetapi mandat kerasulan yang harus dijawab dengan tindakan nyata.

Keuskupan Agung Medan telah mencanangkan perang terhadap tiga bencana moral tersebut. ISKA, sebagai mitra strategis Gereja, diminta untuk menjadikan Munas sebagai momentum kampanye nasional melawan korupsi, narkoba, dan pornografi. Ini adalah bentuk konkret pewartaan kasih Allah kepada dunia—kasih yang membebaskan, menyembuhkan, dan memulihkan martabat manusia.

Selain itu, ISKA juga diberi mandat untuk menyuarakan dukungan terhadap Badan Otorita Danau Toba (BODT), sebagai langkah pemberdayaan masyarakat lokal. Ini menunjukkan bahwa kerasulan awam tidak hanya bergerak di ruang spiritual, tetapi juga di ruang pembangunan dan kebijakan publik.

Dalam sambutannya, Ketua PP ISKA, Muliawan Margadana, menegaskan bahwa ISKA akan berada di garda terdepan menjaga kesaktian Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. “NKRI dan Merah Putih harus menjadi rumah bersama yang indah untuk semua,” katanya.

Sebagai umat Katolik, kita percaya bahwa cinta kepada tanah air adalah bagian dari cinta kepada Allah. Maka, menjaga persatuan, merawat keberagaman, dan melawan segala bentuk perpecahan adalah bentuk nyata dari iman yang hidup.

Munas ISKA 2017 bukan hanya peristiwa organisasi. Ia adalah peristiwa iman. Ia adalah panggilan untuk bertindak. Di tengah tantangan zaman, ISKA harus menjadi suara profetik Gereja—menyuarakan kebenaran, membela yang lemah, dan membangun Indonesia yang adil, damai, dan sejahtera.

Karena pada akhirnya, mewartakan kasih Allah berarti hadir di tengah dunia, membawa terang Injil ke dalam setiap aspek kehidupan, dan menjadikan Indonesia sebagai ladang kerasulan yang subur.

Oleh: Darius Leka, S.H., M.H., Advokat dan Aktivis Kerasulan Awam Gereja Katolik

 

#kerasulanawam #iska2017 #gerejauntukbangsa #cintatanahair #gerejakatolikindonesia #melawankorupsi #stopnarkoba #tolakpornografi #pancasilasakti #bhinnekatunggalika #cintaallahuntukdunia #shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin