KOTA DEPOK - Hari itu, air suci mengalir di dahi seorang sahabat yang telah menempuh perjalanan panjang. Ia bukan hanya dibaptis, tetapi dilahirkan kembali dalam Kristus. Tangis haru, pelukan hangat, dan sukacita yang tak terkatakan menyelimuti ruang gereja. Namun, di balik momen sakral itu, ada proses panjang yang sering kali luput dari perhatian: katekumenat.
Mengapa seseorang harus menunggu hampir satu tahun untuk
dibaptis secara Katolik? Mengapa tidak langsung saja, jika sudah yakin?
Pertanyaan-pertanyaan ini sering muncul, bahkan dari umat sendiri. Sebagai
seorang aktivis kerasulan awam dan advokat yang kerap mendampingi para calon
baptisan, saya ingin mengajak kita menyelami makna di balik proses ini—bukan
sekadar administratif, tetapi spiritual dan pastoral.
Dalam Gereja Katolik, katekumenat adalah proses pembinaan
iman yang mendalam bagi mereka yang ingin menerima sakramen inisiasi: baptis,
krisma, dan ekaristi. Proses ini biasanya berlangsung selama satu tahun
liturgi, dimulai dari masa Adven hingga Paskah. Ini bukan sekadar “kursus
agama”, melainkan perjalanan rohani yang mencakup pengenalan akan Kristus,
Gereja, Kitab Suci, dan kehidupan iman dalam komunitas.
Menurut Ritus Inisiasi Kristen bagi Orang Dewasa
(RIKOD), katekumenat dibagi dalam beberapa tahap: penerimaan, masa pembinaan,
pemilihan, dan inisiasi. Setiap tahap disertai ritus liturgis dan pendampingan
pastoral yang intensif. Tujuannya bukan hanya agar calon baptisan tahu ajaran
Gereja, tetapi agar mereka sungguh mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus
dan siap hidup sebagai murid-Nya.
Mengapa Harus Lama? Pertanyaan ini sering muncul dari mereka
yang terbiasa dengan pendekatan instan. Namun, Gereja tidak terburu-buru.
Baptisan bukan sekadar formalitas, melainkan sakramen yang mengubah hidup.
Maka, persiapan yang matang sangat penting.
Dalam konteks pastoral, waktu satu tahun memberi ruang bagi
calon baptisan untuk:
- Merenungkan
panggilan imannya secara mendalam.
- Mengalami
hidup dalam komunitas umat beriman.
- Menguji
motivasi dan kesiapan spiritualnya.
- Mengintegrasikan
nilai-nilai Injil dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti benih yang ditanam, iman butuh waktu untuk tumbuh.
Gereja ingin memastikan bahwa ketika seseorang dibaptis, ia sungguh siap
menjadi bagian dari Tubuh Kristus dan hidup dalam terang Injil.
Sebagai bagian dari kerasulan awam, saya melihat peran umat
sangat penting dalam proses ini. Para katekis, pendamping, dan komunitas basis
menjadi wajah pertama Gereja bagi para katekumen. Mereka bukan hanya mengajar,
tetapi menjadi sahabat, teladan, dan penopang dalam perjalanan iman.
Di Keuskupan Bogor, banyak komunitas awam yang terlibat
aktif dalam pendampingan katekumen: dari OMK yang menyelenggarakan retret,
hingga kelompok kategorial yang membuka ruang dialog iman. Ini adalah bentuk
nyata pewartaan: menghadirkan kasih Allah melalui relasi yang otentik.
Sering kali, kita menganggap baptisan sebagai “titik akhir”
dari proses masuk Gereja. Padahal, justru sebaliknya. Baptisan adalah awal dari
hidup baru dalam Kristus. Setelah dibaptis, seseorang dipanggil untuk terus
bertumbuh dalam iman, terlibat dalam pelayanan, dan menjadi saksi kasih Allah
di tengah dunia.
Gereja Katolik tidak hanya menginginkan umat yang tahu
ajaran, tetapi yang hidup dalam kasih. Maka, proses katekumenat adalah cara
Gereja menjaga kualitas iman umatnya—agar setiap baptisan bukan hanya sah
secara hukum, tetapi juga bermakna secara rohani.
Air baptisan adalah awal. Namun, hidup Kristiani adalah
perjalanan panjang menuju kekudusan. Dalam dunia yang haus akan kasih dan
keadilan, umat Katolik dipanggil untuk menjadi terang. Dan semuanya dimulai
dari satu titik: perjumpaan dengan Kristus yang dihidupi dalam komunitas,
dibentuk dalam katekumenat, dan dihidupi dalam kerasulan.
“Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah
mereka dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.” (Mat 28:19)
✍️ Oleh: Darius Leka, S.H., M.H. - Advokat & Aktivis
Kerasulan Awam Gereja Katolik
#shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang
#dibaptis #katekumenat #katolikindonesia #kerasulanawam #kasihallah
#sakramenbaptis #keuskupanbogor #komunitasiman

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin