Rabu, 17 Desember 2025

Kekudusan Adalah Panggilan Semua Orang; Kerasulan Awam di Tengah Dunia

JAKARTA - “Kekudusan bukan buat orang gereja saja. Karena Tuhan tidak cuma panggil imam dan suster buat kudus. Dia panggil semua orang—termasuk kamu.”

Kalimat ini bukan sekadar slogan. Ia adalah gema dari Konsili Vatikan II yang menegaskan bahwa setiap orang beriman, tanpa kecuali, dipanggil untuk hidup kudus. Kekudusan bukanlah hak istimewa kaum tertahbis atau religius, melainkan panggilan universal yang berakar dalam pembaptisan. Di sinilah kerasulan awam menemukan tempatnya: menjadi saksi Kristus di tengah dunia, dalam kehidupan sehari-hari, di tengah pasar, kantor, pengadilan, sekolah, dan keluarga.

Kerasulan awam bukanlah aktivitas tambahan, melainkan jantung dari misi Gereja. Dalam dokumen Lumen Gentium, Gereja menyebut kaum awam sebagai “garam dunia dan terang dunia” (bdk. Mat 5:13-14). Mereka dipanggil untuk menguduskan dunia dari dalam, bukan dengan menjauh dari dunia, tetapi dengan menghadirkan nilai-nilai Injil di dalamnya.

Di Indonesia, khususnya dalam konteks urbanisasi dan tantangan sosial-ekonomi yang kompleks, kerasulan awam menjadi semakin relevan. Banyak komunitas awam Katolik kini bergerak aktif dalam bidang sosial, ekonomi, hukum, dan kemasyarakatan. Mereka hadir di tengah masyarakat, bukan untuk menggurui, tetapi untuk melayani—dengan semangat Injil dan cinta kasih Kristus.

Di berbagai paroki, kita menyaksikan geliat kerasulan awam yang nyata. Komunitas-komunitas seperti WKRI, Legio Maria, OMK, dan kelompok kategorial lainnya tidak hanya berkutat pada kegiatan internal, tetapi juga menjangkau masyarakat luas. Mereka mendampingi keluarga miskin, mengadvokasi keadilan sosial, mengelola koperasi umat, hingga memberikan bantuan hukum bagi yang tertindas.

Sebagai advokat, saya menyaksikan sendiri bagaimana umat awam Katolik terlibat dalam pembelaan hak-hak masyarakat kecil. Dalam banyak kasus, kehadiran seorang Katolik di ruang sidang bukan hanya soal hukum, tetapi juga soal iman yang diwujudkan dalam keadilan dan belas kasih.

Kekudusan bukanlah soal banyaknya doa atau panjangnya waktu di gereja. Kekudusan adalah kesetiaan dalam hal-hal kecil: bekerja dengan jujur, membesarkan anak dengan kasih, memperjuangkan keadilan di tempat kerja, dan tidak diam saat melihat ketidakadilan. Seorang guru yang mengajar dengan hati, seorang pedagang yang jujur, seorang ibu rumah tangga yang setia—mereka semua adalah saksi Kristus di dunia.

Paus Fransiskus dalam Gaudete et Exsultate menulis bahwa kekudusan adalah “jalan yang sederhana dan penuh sukacita.” Ia tidak menuntut hal-hal luar biasa, tetapi kesetiaan dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, kerasulan awam tidak tanpa tantangan. Masih banyak umat yang merasa bahwa tugas kerasulan adalah urusan pastor dan suster. Masih ada mentalitas “penonton” dalam kehidupan menggereja. Padahal, Gereja hanya akan hidup jika setiap anggotanya terlibat aktif.

Maka, dibutuhkan pembinaan yang berkelanjutan, pendampingan rohani, dan ruang partisipasi yang terbuka. Gereja harus menjadi rumah yang memberdayakan, bukan hanya mengarahkan. Dan umat awam harus berani melangkah keluar dari zona nyaman, masuk ke tengah dunia, dan menjadi saksi kasih Allah.

Kekudusan bukanlah milik eksklusif altar dan biara. Ia adalah panggilan bagi setiap orang yang mencintai Tuhan dan sesama. Di tengah dunia yang penuh tantangan, umat awam dipanggil untuk menjadi saksi harapan, pembawa damai, dan pelayan kasih.

Mari kita jawab panggilan itu—dengan setia, dengan rendah hati, dan dengan sukacita. Karena dunia menanti kehadiran kita. Dan Tuhan telah lebih dahulu memanggil kita.

“Servite in Caritate – Melayanilah dalam Kasih.”

 

️ Oleh: Darius Leka, S.H., M.H. - Advokat & Aktivis Kerasulan Awam Gereja Katolik

#shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang #kerasulanawam #gerejakatolik #kekudusanuntuksemua #serviteincaritate #imanaktif #katolikbergerak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin