BANDUNG - Pembukaan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik (PKK) di Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR), Bandung, menjadi langkah strategis dan profetik dalam menjawab kebutuhan mendesak akan guru agama dan katekis Katolik di Indonesia. Didukung penuh oleh Ditjen Bimas Katolik Kementerian Agama RI, inisiatif ini menandai babak baru dalam penguatan kerasulan awam di bidang pendidikan.
Sebagai seorang advokat yang aktif dalam pelayanan pastoral
dan pendidikan iman, saya menyaksikan langsung betapa langkanya guru agama
Katolik yang terlatih dan katekis profesional di berbagai daerah, terutama di
luar Jawa. Banyak sekolah Katolik—bahkan negeri—yang kesulitan mencari tenaga
pengajar agama Katolik yang memenuhi syarat akademik dan spiritual.
Krisis ini bukan hanya soal jumlah, tetapi juga kualitas.
Tanpa formasi yang memadai, pewartaan iman menjadi dangkal, dan generasi muda
kehilangan akar spiritualnya.
Pada 18 Desember 2025, Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Katolik (Bimas Katolik) Kemenag RI menyatakan dukungan resminya
terhadap rencana pembukaan Prodi Pendidikan Keagamaan Katolik di Fakultas
Filsafat UNPAR. Audiensi ini menjadi titik terang bagi upaya sistemik membentuk
tenaga pendidik yang tidak hanya cakap secara akademik, tetapi juga berakar
dalam spiritualitas Katolik.
Program ini dirancang untuk menjawab kebutuhan guru agama di
sekolah-sekolah Katolik dan negeri, serta katekis di paroki dan stasi,
khususnya di wilayah Jawa Barat yang mengalami kekosongan signifikan.
Gereja Katolik selalu menempatkan pendidikan sebagai bagian
integral dari misinya. Dalam Gravissimum Educationis, Konsili Vatikan II
menegaskan bahwa pendidikan iman adalah hak dan tanggung jawab Gereja. Maka,
pembukaan Prodi PKK bukan hanya proyek akademik, tetapi bentuk nyata kerasulan
awam dalam bidang pendidikan.
Sebagai aktivis kerasulan awam, saya melihat ini sebagai
peluang emas untuk membentuk generasi pewarta yang tangguh, berintegritas, dan
siap melayani di tengah tantangan zaman.
Pendidikan keagamaan Katolik bukan sekadar transfer
pengetahuan, tetapi formasi hati. Seorang guru agama atau katekis adalah saksi
iman yang hidup. Maka, Prodi PKK harus menjadi ruang formasi yang menyatukan
intelektualitas, spiritualitas, dan semangat pelayanan.
Langkah UNPAR dan Kemenag ini adalah contoh sinergi antara
negara dan Gereja dalam membangun peradaban kasih. Mari kita dukung bersama,
agar semakin banyak anak muda Katolik terpanggil menjadi pendidik dan katekis
yang membawa terang Kristus ke seluruh penjuru negeri.
Oleh: Darius Leka, S.H., M.H. –
Advokat dan Aktivis Kerasulan Awam Gereja Katolik
#shdariusleka #reels #foryou #fyp
#jangkauanluas @semuaorang #pendidikankeagamaankatolik #katekismasadepan
#kerasulanawam #unparbandung #bimaskatolik #katolikuntukindonesia

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin