KOTA DEPOK - “Doa bukanlah pelarian, melainkan perjumpaan. Dan novena adalah ziarah batin menuju kasih Allah.” Begitulah kalimat yang saya ucapkan dalam sebuah pertemuan komunitas kerasulan awam di pinggiran Jakarta Selatan. Seorang ibu paruh baya bertanya, “Pak Darius, saya sering ikut novena, tapi sebenarnya apa maknanya? Apakah itu hanya sekadar doa berulang selama sembilan hari?”
Pertanyaan itu menggugah saya untuk menelusuri lebih dalam: apa
itu novena? Mengapa Gereja Katolik begitu akrab dengan tradisi ini? Dan bagaimana
kerasulan awam dapat menghidupkannya dalam kehidupan sehari-hari?
Kata novena berasal dari bahasa Latin novem,
yang berarti sembilan. Dalam tradisi Gereja Katolik, novena adalah rangkaian
doa yang dipanjatkan selama sembilan hari berturut-turut, baik secara
pribadi maupun bersama, untuk memohon rahmat khusus, pertolongan Tuhan, atau
sebagai ungkapan syukur.
Akar sejarah novena dapat ditelusuri ke Kisah Para Rasul
(1:14–2:1), ketika para rasul bersama Bunda Maria berdoa selama sembilan hari
setelah Yesus naik ke surga, menantikan turunnya Roh Kudus pada hari
Pentakosta. Dari sinilah berkembang tradisi novena sebagai bentuk doa yang
tekun dan penuh harapan.
Novena bukan sekadar repetisi doa. Ia adalah perjalanan
rohani, sebuah latihan iman yang mengajak kita untuk bertekun dalam doa,
mempercayakan hidup kepada penyelenggaraan ilahi, dan membuka hati terhadap
kehendak Tuhan.
Dalam novena, kita tidak hanya memohon, tetapi juga belajar
berserah. Kita diajak untuk menyelaraskan kehendak pribadi dengan kehendak
Allah, seperti yang dilakukan Bunda Maria: “Terjadilah padaku menurut
perkataan-Mu.”
Sebagai aktivis kerasulan awam, saya melihat novena bukan
hanya sebagai praktik devosi, tetapi juga sebagai motor penggerak pelayanan.
Di komunitas kami, novena menjadi momen refleksi dan aksi: mendoakan kaum
miskin, korban ketidakadilan, dan mereka yang terpinggirkan.
Kami mengadakan novena untuk keadilan sosial, untuk
pemulihan lingkungan, untuk perdamaian, dan untuk para korban kekerasan. Doa
menjadi kekuatan yang menggerakkan langkah konkret: membagikan sembako,
memberikan bantuan hukum, hingga mendampingi keluarga yang berduka.
Dalam dunia yang serba instan, novena mengajarkan kesabaran
dan ketekunan. Dalam masyarakat yang sering kehilangan harapan, novena
menjadi sumber pengharapan. Dan dalam kerasulan awam, novena menjadi jembatan
antara doa dan tindakan, antara iman dan karya.
Kesimpulan:
Novena adalah warisan iman yang hidup dan relevan. Ia bukan sekadar doa
sembilan hari, tetapi ziarah rohani yang mengakar dalam tradisi Gereja dan
menggerakkan umat untuk mewartakan kasih Allah melalui doa dan tindakan nyata.
Oleh: Darius Leka, S.H., M.H. - Advokat &
Aktivis Kerasulan Awam Gereja Katolik
#shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang
#katolik #novena #kerasulanawam #doakatolik #imanaktif #kasihAllah #doabersama

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin