KOTA DEPOK - “Pace e bene”—dua kata sederhana dalam bahasa Italia yang berarti “damai dan kebaikan”—bukan sekadar salam, melainkan sebuah panggilan hidup. Dalam tradisi Fransiskan, ungkapan ini mencerminkan semangat Injil yang mengajak setiap insan untuk hidup dalam damai dan menyebarkan kebaikan. Namun, bagaimana makna ini diterjemahkan dalam konteks kerasulan awam di Indonesia?
Kerasulan awam bukanlah peran
pinggiran dalam Gereja Katolik. Konsili Vatikan II, melalui dokumen Lumen
Gentium dan Apostolicam Actuositatem, menegaskan bahwa kaum awam
dipanggil untuk menjadi garam dan terang dunia. Mereka hadir di tengah
masyarakat sebagai saksi Kristus dalam bidang sosial, ekonomi, hukum, dan
budaya.
Di Indonesia, kerasulan awam telah
mengambil bentuk yang konkret dan berdampak. Komunitas-komunitas awam Katolik
terlibat aktif dalam pemberdayaan masyarakat, advokasi hukum, pendidikan, dan
pelayanan sosial. Mereka bukan hanya pelengkap, tetapi penggerak perubahan.
Dalam pengamatan saya sebagai advokat
dan aktivis, banyak komunitas awam yang bekerja dalam senyap namun berdampak
besar. Di Nusa Tenggara Timur, misalnya, kelompok kerasulan awam mendampingi
petani kecil dalam menghadapi konflik agraria. Di Jakarta, komunitas Katolik
menginisiasi klinik hukum gratis bagi masyarakat miskin. Di Yogyakarta, para
aktivis awam mengembangkan koperasi berbasis nilai-nilai Injil.
Semua ini bukan sekadar kegiatan
sosial. Ini adalah bentuk pewartaan Injil yang hidup. Ini adalah “pace e bene”
yang menjelma dalam tindakan nyata.
Namun, kerasulan awam tidak lepas
dari tantangan. Minimnya dukungan struktural, kurangnya formasi iman yang
berkelanjutan, dan tekanan sosial-politik sering kali menjadi batu sandungan.
Di sinilah pentingnya sinergi antara hierarki Gereja dan kaum awam, agar misi
bersama dapat berjalan harmonis.
Harapan saya, Gereja Katolik di
Indonesia semakin membuka ruang partisipasi awam secara nyata dan strategis.
Bukan hanya sebagai pelaksana, tetapi sebagai mitra dalam merancang dan
mewujudkan misi Gereja di tengah dunia.
Kita hidup di zaman yang penuh luka:
ketimpangan sosial, krisis lingkungan, intoleransi, dan kekerasan. Dalam
konteks ini, kerasulan awam dipanggil untuk menjadi saksi kasih Allah yang
menyembuhkan. Melalui kehadiran yang solider, advokasi yang adil, dan pelayanan
yang tulus, kita mewartakan bahwa Allah hadir dan bekerja di tengah dunia.
Mari kita hidupkan semangat “pace e
bene”—bukan hanya dalam kata, tetapi dalam seluruh hidup kita.
#paceebene
#kerasulanawam #gerejakatolik #kasihallah #advokasiiman #imandankeadilan
#solidaritaskristiani #cintakasihdalamtindakan #shdariusleka
#reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin