Kamis, 09 Juni 2011

MEMBERI DIRI UNTUK DIRUBAH TUHAN

Oleh. Rm. Tauchen Hotlan Girsang, OFM
Saudara sekalian yang terkasih, pada hari ini kita merayakan Hari Pentekosta, hari di mana Roh Kudus turun atas para murid yang sedang berkumpul. Oleh karena turunnya Roh Kudus, kumpulan itu menjadi awal lahirnya Gereja, yaitu kumpulan orang-orang yang percaya kepada Kristus yang telah bangkit alias Paguyuban Umat Beriman. Maka, hari ini sebenarnya kita merayakan HUT GEREJA. Jika kita mau melihat betapa mengagumkan cara lahir Gereja ini, maka tidak keliru kalau kita mengambil corak awalnya, yaitu BERUBAH. 
Pertama, setelah Yesus wafat dan bangkit, mereka sebenarnya menjadi kawanan yang tercerai berai. Tetapi, mereka itu kemudian berangsur-angsur dikuatkan kembali imannya oleh penampakan-penampakan Yesus sehingga akhirnya mereka berubah dan berkumpul kembali sebagai kesatuan murid. 

Kedua, mereka secara psikologis menjadi kawanan penakut karena menyaksikan apa yang dialami oleh Yesus. Sikap takut mereka ini diungkapkan dengan mengurung diri di sebuah rumah. Peristiwa mengurung diri itu mencerminkan eksklusifitas dari para murid. Tetapi kemudian, ketakutan, sikap mengurung diri, eksklusifitas, dicairkan oleh Tuhan dengan meruntuhkan segala sekat-sekatnya. Tuhan hadir dan masuk ke dalam kawanan yang eksklusif itu melalui lidah-lidah api Roh Kudus. Mereka kemudian berubah dari penakut dan eksklusif menjadi kawanan yang berani dan terbuka kepada orang lain.

Ketiga, mereka berubah dari diam, tak berkata-kata, menjadi begitu gencar dan getol berkata-kata tentang Yesus Kristus yang bangkit. Tuhan mengubah sikap diam mereka menjadi saluran penyampaian firman dan kata-kata-Nya, kata-kata penghiburan, warta gembira, warta keselamatan. Melalui mulut para murid, orang-orang yang mendengar mereka seakan-akan mendengar Tuhan sendiri yang sedang berbicara. 

Saudara sekalian yang terkasih, para murid mengalami perubahan yang sangat mencolok dan mendasar, yaitu dari tercerai berai menjadi bersatu kembali-berkumpul, dari takut menjadi berani, dari eksklusif tertutup menjadi terbuka, dari diam menjadi berkata-kata. Perubahan mendasar ini pulalah yang menjadi pondasi terbentuknya Gereja, yang memiliki kebiasaan untuk berkumpul dan berdoa, yang berani menghadapi tantangan zaman, yang terbuka terhadap segala suku bahasa dan bangsa, yang selalu berkata-kata tentang Yesus Sang Juru Selamat. 

Kita kadang-kadang seperti para murid itu. Kita perlu memberi diri diubah oleh Tuhan supaya kita berubah. Mungkin selama ini kita memisahkan diri dari kegiatan lingkungan dan Gereja. Mungkin kita tidak bergiat untuk ikut dalam kegiatan berkumpul bersama di lingkungan. Mari kita buka diri kita terhadap Roh Kudus agar kita mau lagi berkumpul di lingkungan. Mungkin selama ini kita juga takut mengakui kemalasan kita untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan pelayanan Gereja. Mari sekarang kita ikut serta. Mungkin selama ini kita menutup diri terhadap tetangga dan orang lain di sekitar kita. Mari kita membuka diri. Mungkin selama ini kita lebih banyak diam apabila berbicara tentang Yesus. Mari kita mulai berkata-kata tentang Yesus. Dengan demikianlah kita bisa memperbaharui Gereja. Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin