Oleh: Rm. Tauchen Hotlan Girsang, OFM |
Seringkali kita menemukan sesama kita yang tidak tahu apa yang dicarinya di dalam hidupnya. Dia bingung dengan dirinya sendiri. Dia tidak memiliki orientasi hidup yang jelas. Juga nampak lesu dan tanpa gairah. Seakan-akan hidup tanpa harapan dan perjuangan. Namun, bagi orang beriman hal seperti itu tidak mungkin terjadi. Orang beriman pastilah mendambakan yang terbaik dalam hidupnya.
Sebab, sesungguhnya sudah merupakan kebiasaan manusia untuk selalu mencari sesuatu yang terbaik. Coba kita perhatikan pada zaman sekarang ini. Misalnya sekolah-sekolah unggulan atau favorit banyak menjadi target peminat siswa. Universitas-universitas bermutu dijejali banyak calon mahasiswa. Barang-barang bernilai tinggi banyak yang diincar. Pasti hanya yang terbaik, unggulan, favorit, bernilai tinggi yang memiliki daya tarik tersendiri. Daya tarik ini yang mencuri perhatian banyak pihak.
Bagi Raja Salomo dalam pada bacaan pertama (1Raj 3:5.7-12), yang bernilai tinggi adalah kebijaksanaan. Karena itu, pada saat dia berdoa kepada Tuhan, dia tidak meminta umur panjang, juga tidak meminta kekayaan atau kekuasaan. Ia hanya meminta “hati yang penuh hikmat dan pengertian”. Dia memohon kebijaksanaan untuk memimpin umat Tuhan seturut kehendak-Nya. Baginya, memenuhi rencana Tuhan begitu berharga dibandingkan dengan umur panjang, kekayaan maupun kekuasaan. Kedekatan dengan Tuhan adalah nomor satu.
Di dalam bacaan Injil hari ini (Matius 13: 44-52), Yesus mengajar para murid-Nya dengan perumpamaan. Topik ajaran Yesus adalah Kerajaan Allah sebagai nilai tertinggi. Yesus menyapa orang melalui pekerjaannya. Ia menyapa para buruh tani yang bekerja di ladang dan kemudian menemukan harta yang terpendam. Lalu, si buruh tani itu menjual segala miliknya untuk mendapatkan ladang itu sehingga harta yang terpendam menjadi miliknya.
Yesus juga menyapa para pedagang kaya yang menemukan mutiara yang indah. Si pedang itu pun menjual seluruh miliknya untuk mendapatkan mutiara berharga itu. Akhirnya, Yesus juga menyapa para nelayan. Ia mengumpakan jala besar yang dipenuhi oleh berbagai jenis ikan. Ikan itu kemudian akan dipilah-pilah dan dipisah-pisahkan. Sapaan Yesus melalui perumpamaan ini mengajarkan kita untuk memandang
Kerajaan Allah sebagai nilai tertinggi seperti harta terpendam, mutiara yang indah, jala yang besar. Kerajaan Allah berarti Allah meraja atas dunia, atas diri kita sendiri, atas hati kita. Artinya, jika Allah meraja atas diri kita, maka seluruh diri kita dibawa pengaruh dan naungan Sang Khalik. Kita betul-betul mengalami persatuan dan keintiman yang begitu erat bersama Tuhan. Kita memiliki damai di hati. Kita memiliki ketenangan jiwa. Kita memiliki ketentraman dan rasa bahagia.
Dewasa ini terlalu banyak manusia memandang kenikmatan duniawi sebagai yang terbaik dan mendapatkan jaminan hidup. Akibatnya, banyak orang mengalami frustrasi. Banyak orang mengalami kehampaan hidup. Banyak orang kehilangan orientasi nilai. Banyak orang kesepian di tengah keramaian. Banyak orang galau dan gelisah akan hari esok. Banyak orang menjadi alergi dengan kekudusan dan hal-hal rohani. Banyak orang menyepelekan keselamatan jiwanya. Apakah anda termasuk orang yang seperti ini? Sebagai orang beriman, kita sebaiknya mengutamakan Tuhan. Semoga saja sapaan Yesus pada hari ini menyadarkan kita bahwa perjumpaan dengan Tuhan tak tergantikan oleh apapun.
Perjumpaan dengan Tuhan merupakan nilai tertinggi di dalam hidup orang beriman. Bahwa pengalaman akan Tuhan merupakan pengalaman yang selalu kita rindukan. Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin