Oleh: Fr. Leon Hambur, OFM
Kita mempunyai gambaran masing-masing tentang Allah yang baik berdasarkan pengalaman hidup sehari-hari. Namun, penilaian kita tentang Allah yang baik selalu disertai oleh sikap egois dan praktis yang keliru. Jika doa kita dikabulkan oleh Allah, maka Allah adalah Allah yang baik. Sebaliknya jika kita merasa doa kita tidak dikabulkan oleh Allah, maka Allah adalah Allah yang tidak baik atau jahat. Penilaian seperti itulah yang kadang-kadang mempengaruhi pemahaman kita tentang Allah. Yang pasti penilaian seperti itu adalah keliru.
Nabi Yesaya (Yes 55: 6-9) memperkenalkan kepada kita cara pandang baru dalam memahami Allah yang baik. Sang Nabi mengajarkan kepada kita, bahwa Allah adalah Allah yang baik, karena Ia berkenan menampakan diri bagi orang yang mencarinya. Ia berkenan hadir didekat kita jika kita menyerukan namaNya. Namun, sang Nabi juga mengingatkan kita bahwa Allah tidak begitu saja mengabulkan semua seruan dan keinginan kita, karena kadang-kadang seruan dan keinginan kita disertai sikap tidak puas diri dan tidak mau berusaha. Sang Nabi menegaskan bahwa Allah tahu apa yang terbaik untuk kita, sebab rancanganNya bukanlah rancangan yang membawa kita pada kehancuran, melainkan rancangan yang membawa kita kepada hidup sejahtera. Rancangan Allah bukanlah rancangan manusia yang terbatas dan tidak sempurna. Rancangan Allah adalah rancangan damai sejahtera yang melebihi rancangan manusia. Yang terpenting adalah percaya bahwa Allah tahu yang terbaik untuk kita.
Senada dengan nabi Yesaya, Yesus pun menekankan pokok yang sama kepada kita, yakni Allah yang selalu hadir dan menawarkan rahmatNya kepada semua orang. Yesus, dalam perumpamaanNya, menggambarkan Allah sebagai seorang tuan tanah yang sedang mencari pekerja untuk bekerja di kebun anggurNya. Allah mengajak semua orang untuk bekerja di kebun anggurNya. Dan semua pekerja akan mendapatkan upah sedinar sehari sesuai dengan kesepakatan bersama. Tentu saja ada yang tidak puas dengan keadilan Allah yang membayar upah sama untuk semua pekerja, baik pekerja yang bekerja lebih awal maupun pekerja yang bekerja kemudian. Namun, pekerja-pekerja yang merasa tidak mendapat keadilan itu lupa bahwa mereka telah setuju dengan upah tersebut. Sikap iri hati dan kedengkian sudah menguasai jiwa mereka. Pesan Yesus untuk kita melalui penginjil Mateus (Mat 20:1-16) hari ini adalah bahwa Allah selalu hadir dan menawarkan kebaikan, kebahagian kekal, dan keselamatan kepada kita tanpa memperhitungkan sudah berapa lama kita menjadi orang Katolik. Bukan usia atau waktu yang menentukan kualitas iman seseorang. Kualitas iman seseorang diukur dari kesetiaan dan ketulusannya untuk menghayati dan melaksanakan ajaran Yesus dalam kehidupan sehari-hari.
Allah adalah Allah yang baik. Dia mengetahui apa yang terbaik untuk kita. Namun, pernyataan itu bukan berarti bahwa doa menjadi tidak penting lagi bagi kita. Doa adalah suatu bentuk relasi yang intim antara kita dengan Allah yang baik. Logikanya adalah bahwa Allah mengetahui semua kebutuhan kita lebih dari yang kita ketahui. Karena itu, kita harus menjalin relasi yang intim dan mesra denganNya dalam doa-doa kita agar rahmatNya selalu mengalir dalam hidup kita. Karena itu, Nabi Yesaya dan penginjil Mateus memberikan wejangan untuk kita hari ini, yakni teruslah berseru kepada Allah dengan iman yang teguh, jauhilah yang jahat (sikap iri hati dan dengki) dan selalu berusaha berbuat baik kepada semua orang. Allah yang baik akan memperhatikan semuanya itu dan memberikan upah yang adil dan pantas untuk kita. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin