“Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”
Kita sering mendengar ungkapan, “Melayani Dengan Hati”. Ungkapan seperti itu acap kali menjadi semboyan dari hotel-hotel berbintang atau restoran-restoran besar dengan tujuan menarik pelanggan sebanyak-banyaknya. Seorang pemimpin yang bijak pun akan berhasil merangkum massa yang banyak jika dia mempunyai karakter seorang pelayan yang baik. Menlayani dengan hati artinya melayani dengan seluruh diri (hati: seluruh diri) yang berarti siap mengorbankan diri, waktu, tenaga, pikiran, dan ego demi kepentingan yang lebih besar atau demi cinta yang lebih besar atau demi orang lain. Melayani dengan hati berkaitan dengan sikap, cara hidup, dan tutur kata yang menyejukan serta membawa kebahagiaan, harapan dan ketenangan bagi yang dilayani. Karena itu, melayani dengan hati membutuhkan sikap rendah hati, kasih, bela-rasa dan mau berkorban demi kepentingan yang dilayani, karena kita semua diutus dan dipanggil bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani.
Nabi Maleakhi (Mal 1:14b – 2:2b,8-10) dalam bacaan hari ini mengkritik dan mengencam keras tugas pelayanan dan penghayatan keagamaan para imam yang yang penuh dengan kemunafikan dan kesombongan. Menurut sang Nabi sikap-sikap seperti itu tidak membawa umat kepada keselamatan malahan menjerumuskan umat ke dalam kesesatan. Sang Nabi juga mengkritik cara hidup dan penghayatan keagamaan umat Israel yang penuh dengan kemunafikan dan pelanggaran terhadap perjanjian dengan Allah. Senada dengan sang Nabi, Yesus dalam injil Mateus 23:1-12 mengecam kemunafikan dan kesombongan rohani kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat. Yesus mengkritik cara hidup kaum Farisi yang selalu menonjolkan sikap-sikap keagamaan di depan umum sebagai bentuk kemunafikan dan kesombongan. Mereka berbuat seperti itu supaya nampak di mata orang-orang bahwa kelompok merekalah satu-satunya yang benar, saleh, dan suci. Demikian pula, Yesus mengkritik dan mengecam kemunafikan ahli-ahli taurat yang suka mengajarkan kebajikan-kebajikan Taurat kepada orang banyak sementara cara hidup mereka sendiri tidak mengamalkan atau mempraktekan ajaran-ajaran itu, atau dengan kata lain apa yang mereka ajarkan tidak selaras atau tidak sesuai dengan apa yang mereka hayati dan hidupi dalam kehidupan mereka.
Menarik bahwa Yesus menyampaikan kritik dan kecaman ini bukan di hadapan kaum Faris dan ahli-ahli Taurat seperti yang sering Dia lakukan, melainkan di hadapan para murid dan orang banyak. Kenapa? Kiranya jelas bahwa Yesus mengajak para murid dan para pendengar yang lain agar tidak mengikuti jejak atau semangat keagamaan kaum farisi dan ahli-ahli taurat itu. Yesus menekankan bahwa Agama bukanlah aksesoris yang mau dipamerkan kepada orang lain, melainkan ungkapan iman yang radikal akan tawaran keselamatan Allah yang terwujud dalam relasi yang intim dan personal dengan Allah serta dalam tindakan saling melayani.
Pesan Yesus sangat jelas, jika kita ingin menjadi yang terbesar hendaklah kita menjadi pelayan. Jika kita menjadi pelayan hendaklah kita bersikap rendah hati. Tuhan Yesus memanggil kita untuk menjadi pelayan bukan untuk menjadi tuan, karena hanya ada satu Tuan kita, yakni Allah. Menjadi pelayan berarti siap untuk menyerahkan diri bagi yang lain melalui tutur kata yang santun dan perbuatan baik. Tuhan Yesus telah memberi teladan kepada kita bagaiman menjadi pelayan yang baik: saling mencuci kaki yang artinya saling memaafkan dan menerima kelemahan dan kelebihan orang lain, jangan iri hati, mencintai tanpa pilih kasih dan saling berbagi. Jika kita sungguh-sungguh pengikut Kristus berarti kita menjalankan dan menghayati ajaran-ajaranNya itu. Jika kita mengklaim diri sebagai pengikut Kristus tetapi tidak melaksanakan printah dan ajaranNya, maka kita telah menipu diri kita sendiri dan Allah. Oleh: Fr. Leon Hambur, OFM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin