
Oleh: Darius Leka, S.H., M.H. – Advokat, Aktivis Rasul Awam Gereja Katolik sekaligus Koordinator KOMSOS Paroki Santo Paulus Depok periode 2010-2013
KOTA DEPOK - Sabtu
sore, 3 September 2011, menjadi momen yang tak terlupakan bagi umat Paroki St.
Paulus Depok. Dalam Misa pukul 17.30 WIB, umat menyambut dengan sukacita Misa
Perdana Pastor Agustinus Anton Widarto, OFM, yang baru saja ditahbiskan oleh
Mgr. Ignatius Suharyo, Uskup Agung Jakarta. Misa ini menjadi perayaan iman dan
syukur atas panggilan hidup imamat yang dijawab dengan penuh keberanian dan
kerendahan hati oleh putra Magelang ini.
Lahir pada 8 April 1983 dari pasangan FX. Srinyoto dan
Fransiska Romana Sriwarti, Pastor Anton adalah anak kedua dari dua bersaudara.
Sejak kecil, benih panggilan hidup membiara telah tumbuh dalam dirinya.
Ketertarikannya semakin kuat ketika ia berkenalan dengan seorang bruder yang
memperkenalkannya pada kehidupan religius. Namun, jalan menuju altar tidak
selalu mulus. Orangtuanya sempat menolak keputusannya karena kekhawatiran akan
kesepian di masa tua. Namun, cinta yang tulus dan keteguhan hati Anton akhirnya
meluluhkan hati mereka.
Setelah menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 1 Muntilan
dan SMA Negeri Magelang, ia melanjutkan ke Seminari Menengah Martoyudan pada
tahun 2001. Tahun berikutnya, ia menjalani masa postulan di Yogyakarta, dan
kemudian menempuh studi Filsafat dan Teologi di Jakarta dari 2004 hingga 2010.
Selama masa diakonatnya di Paroki St. Paulus Depok, Pastor
Anton merasakan dukungan yang luar biasa dari umat dan para imam. “Bersyukur
diterima di paroki ini. Pastor paroki selalu mengingatkan dan memotivasi saya
untuk menyapa umat,” ujarnya. Ia mengutip pesan St. Fransiskus Asisi:
“Perbaikilah gerejamu,” sebagai inspirasi untuk terlibat aktif dalam kehidupan
komunitas.
Dalam homilinya yang singkat namun menyentuh, ia berkata,
“Orang baik adalah orang yang berani memperbaiki kesalahannya. Terima kasih
atas perhatian dan dukungan atas panggilan saya.” Ucapan ini mencerminkan
kerendahan hati dan kesadaran akan pentingnya pertobatan dan pembaruan diri
dalam panggilan hidup imamat.
Kini, Pastor Anton mengemban tugas sebagai pengelola
keuangan di Provinsi OFM Indonesia. Sebuah tanggung jawab besar yang dijalani
dengan semangat pelayanan dan kesetiaan.
Keputusannya bergabung dengan Ordo Fratrum Minorum (OFM)
bukan tanpa alasan. Sejak masa novisiat di Transitus Depok (2003–2004), ia
merasakan kedekatan spiritual dengan semangat St. Fransiskus Asisi. “Saya yakin
ada maksud Tuhan di balik semua ini. Nama besar St. Fransiskus Asisi menjadi
inspirasi saya,” ungkapnya.
Sebagai imam Fransiskan, ia tidak hanya menjalani hidup doa
dan pelayanan, tetapi juga menjadi bagian dari komunitas yang hidup dalam
kesederhanaan, persaudaraan, dan cinta terhadap ciptaan.
Kepada Orang Muda Katolik (OMK) St. Paulus Depok, Pastor
Anton menyampaikan pesan yang tegas namun penuh kasih. “Kaum muda adalah masa
depan Gereja. Mereka harus lebih dewasa. Jika melihat sesuatu yang dianggap
tradisional atau ketinggalan zaman, jangan hanya mengkritik. Lakukan sesuatu.
Bangun komunikasi. Terima kritik dan teguran dengan hati terbuka.”
Pesan ini menjadi pengingat bahwa Gereja bukan hanya tempat
ibadah, tetapi ruang pertumbuhan dan keterlibatan. Kaum muda dipanggil bukan
hanya untuk hadir, tetapi untuk berkontribusi.
Dalam acara ramah tamah, Pastor Stanislaus Agus Haryanto,
OFM, menyampaikan pesan mendalam: “Menjadi imam membutuhkan waktu lama, sekitar
10–11 tahun. Jangan merasa paling super. Imam hadir untuk melayani, bukan
dilayani.”
Kisah Pastor Anton adalah kisah tentang panggilan,
perjuangan, dan pengabdian. Ia adalah saksi bahwa jalan menuju altar bukanlah
jalan yang mudah, tetapi penuh rahmat. Dan bagi kita semua, kisah ini menjadi
undangan untuk terus mendukung panggilan hidup membiara, serta menjadi bagian
dari Gereja yang hidup, dinamis, dan penuh kasih.
#panggilanimamat #pastorantonwidartoofm #kerasulanawam #gerejahadiruntukdunia #rasulawamberkarya #imanyanghidup #omkberkarya #fransiskanindonesia #pelayananbukankekuasaan #menjadiimamadalahpilihan



