Kamis, 16 April 2015

Paskah dan Natal di Paroki Santo Paulus-Depok, Selalu Jadi Lautan Manusia

Berangkat dari tema APP 2015, Kesukupan Bogor yang mengangkat tema tentang “Keluarga sumber sukacita” maka seperti yang tertulis dalam surat gembala, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM, beliau mengajak kita untuk diutus dan terlibat dalam persekutuan-persekutuan basis yang ada dalam masyarakat. Entah itu persekutuan internal Gereja maupun persekutuan yang bercorak lintas iman dan lintas keyakinan politis.

Menurut Uskup Paskalis, dalam keterlibatan itu, hendaklah kita menjadi “garam” dan “terang” dunia. Kita ditantang untuk “menghadirkan Kerajaan Allah: kerajaan Kebenaran, kerajaan Keadilan, kerajaan Kejujuran, kerajaan dimana pelayanan untuk kepentingan masyarakat umum menjadi nyata. Allah mempercayakan manusia ciptaannya untuk menciptakan dunia ini menjadi kerajaan-Nya. Maka selama masa Prapaskah ini, marilah kita berusaha membangun kejernihan hati nurani kita serta kecerdasan rohani untuk mengawal agenda hidup bermasyarakat yang lebih memperhatikan bonum comune.

Dengan semangat yang sama, pada misa malam Paskah pukul 17.30 WIB di gereja Santo Paulus Depok, (Sabtu, 4/4/2015) RP. Yosef Paleba Tolok Tote, OFM mengingatkan kembali akan pentingnya untuk membangun keluarga sebagai sumber sukacita.

Mengikuti misa dari pastoran lama
Paroki yang selalu menjadi lautan manusia disaat Paskah dan Natal, Pastor asal Flores itu menuturkan, letaknya yang strategis membuat gereja ini selalu penuh dan selalu menjadi lautan manusia. "Informasi dari panitia bahwa pada Jumat Agung ada sekitar tiga ribuan umat hadir dan memenuhi seluruh area gereja seperti gedung lama pastoran, pastoran baru, taman, lorong-lorong dan jalan melati.

Pada kesempatan itu Pater Yosef tidak menyia-nyikan waktu. Pastor yang pernah bertugas di gereja Santo Paskalis Jakarta ini, dalam kotbahnya mengajak keluarga-keluarga untuk menghidupkan semangat kasih dalam hidup berkeluarga. “Di zaman seperti sekarang ini, kalau unsur kasih tidak ada lagi, mau jadi apa kelaurga kita?. Mungkin bukan sumber sukacita tetapi sumber dukacita”, ujarnya.

Untuk itu menurut pastor yang kini bertugas sebagai Pastor Paroki Santo Paulus Depok ini, dasar dari semuanya itu adalah kasih (murah hati, lembah lembut, tidak memegahkan diri) mulai hari ini, harus mewarnai keluarga-keluarga kita. Jika kemarin keluarga kita sumber dukacita hari ini kita harus bertobat, dan menjadi manusia baru, harapnya. (dr)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin