VATIKAN - Di tengah kabut konflik yang tak kunjung reda di Timur Tengah, sebuah cahaya kecil menyala dari Vatikan. Pada 17 Mei 2015, Paus Fransiskus mengkanonisasi dua perempuan luar biasa asal Palestina: Santa Mariam Baouardy dan Santa Marie Alphonsine Danil Ghattas. Mereka bukan hanya simbol kekudusan, tetapi juga saksi hidup dari iman yang bertahan di tengah penderitaan. Sehari setelah kanonisasi, Bapa Suci bertemu dengan para suster dari Tanah Suci dan memberi mereka sebuah misi yang menggugah: “Berdoalah kepada dua orang kudus baru itu untuk perdamaian di negeri Anda.”
Santa Mariam Baouardy (1846–1878), seorang mistikus dan
pendiri Kongregasi Suster-suster Karmel Tak Berkasut di Betlehem, adalah
perempuan yang hidup dalam keheningan kontemplatif namun menyala dalam semangat
kenabian. Ia menghabiskan hidupnya melintasi Prancis, India, dan akhirnya
kembali ke tanah kelahirannya untuk mendirikan komunitas doa di jantung
konflik.
Sementara itu, Santa Marie Alphonsine Danil Ghattas
(1843–1927), pendiri Kongregasi Suster-suster Rosario, mengabdikan hidupnya
bagi pendidikan anak-anak miskin dan pelayanan sosial di Betlehem. Ia adalah
simbol dari kerasulan awam yang hidup: membangun masa depan melalui pendidikan,
kasih, dan pengorbanan.
Kanonisasi mereka bukan hanya pengakuan atas kekudusan
pribadi, tetapi juga pengakuan atas martabat umat Kristiani di Palestina—sebuah
komunitas yang selama puluhan tahun hidup dalam bayang-bayang pengusiran,
kekerasan, dan diskriminasi.
Dalam audiensi dengan para suster dari Betlehem dan
Yerusalem di Aula Clementine, Paus Fransiskus menyampaikan keprihatinan
mendalam atas nasib umat Kristiani di Timur Tengah. Ia menyebut mereka sebagai
korban dari “terorisme bersarung tangan putih”—sebuah istilah yang
menggambarkan bentuk penganiayaan yang tidak selalu terlihat, namun sangat
nyata: pengusiran diam-diam, penindasan sistemik, dan penghapusan identitas
secara perlahan.
Sebagai seorang advokat dan aktivis kerasulan awam, saya
melihat istilah ini sebagai refleksi tajam atas realitas global yang sering
kali menormalisasi ketidakadilan. Ketika kekerasan tidak lagi berbentuk
senjata, tetapi kebijakan; ketika penganiayaan tidak lagi berdarah, tetapi
membungkam; di situlah kita dipanggil untuk bersuara.
Paus Fransiskus tidak hanya meminta para suster untuk
berdoa. Ia mengajak mereka untuk menjadikan doa sebagai bentuk perlawanan
spiritual terhadap kekerasan. Dalam pertemuan itu, mereka bersama-sama
mendaraskan Salam Maria dalam bahasa masing-masing—sebuah simbol persatuan
dalam keberagaman, dan kekuatan dalam kelembutan.
Doa, dalam konteks ini, bukan pelarian. Ia adalah tindakan
profetik. Ia adalah pernyataan iman bahwa kasih lebih kuat dari kebencian,
bahwa pengampunan lebih radikal dari balas dendam, dan bahwa perdamaian bukan
utopia, melainkan panggilan.
Kanonisasi dua suster Palestina ini adalah momen penting bagi
kerasulan awam. Ia mengingatkan kita bahwa kekudusan bukan monopoli para imam
atau religius, tetapi panggilan semua orang beriman. Santa Alphonsine dan Santa
Mariam adalah perempuan biasa yang melakukan hal-hal luar biasa karena mereka
setia pada kasih.
Sebagai umat Katolik, kita dipanggil untuk meneruskan misi
mereka: membangun perdamaian, memperjuangkan keadilan, dan menjadi saksi kasih
Allah di tengah dunia yang terluka. Dalam konteks sosial, ekonomi, dan hukum,
kerasulan awam harus menjadi jembatan antara iman dan kehidupan nyata.
Dari Betlehem—tempat kelahiran Sang Juru Selamat—lahir dua
kudus yang kini menjadi teladan global. Mereka adalah suara dari tanah yang
terluka, namun tidak menyerah. Mereka adalah wajah Gereja yang menderita, namun
tetap bersinar.
Paus Fransiskus telah menugaskan kita semua, bukan hanya
para suster, untuk berdoa dan bertindak demi perdamaian. Sebab seperti kata
Rasul Paulus, “Kerajaan Allah adalah kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita dalam
Roh Kudus” (Rm 14:17).
Mari kita terus mewartakan kasih dan cinta Allah kepada
dunia—dengan doa, dengan tindakan, dan dengan hidup kita sendiri.
✍️ Oleh: Darius Leka, S.H., M.H., Advokat & Aktivis
Kerasulan Awam Gereja Katolik
#santamariambaouardy #santaalphonsineghattas
#kanonisasipalestina #kerasulanawam #gerejakatolik #doauntukperdamaian
#terorismebersarungtanganputih #pausfransiskus #gerejayangmenderita
#imanyangbertindak #shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang

izin menyimak gan
BalasHapusikut menyimak saja
BalasHapusikut menyimak siang
BalasHapusikut mampir saja gan
BalasHapushanya numpang lewat
BalasHapusterimakasih untuk share informasinya
BalasHapusoh aja deh
BalasHapusikut berkirim koomen saja
BalasHapusikut menyimak ,terimakasih
BalasHapuspengobatan tradisional hemofilia