Alumni Seminari Pius XII Kisol – Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) secara resmi membentuk yayasan pada akhir pekan lalu.
Dalam sebuah acara reuni di Jakarta, Sabtu (7/11-2015), sekitar 50 alumni yang hadir sepakat memilih nama “Lando Sanpio” untuk yayasan itu.
Lando merupakan nama bukit di belakang kompleks Seminari Kisol, juga
merupakan kata bahasa daerah Manggarai yang berarti “tertinggi”, juga
“lebih tinggi dari yang lain”. Sementara Sanpio merupakan nama populer
untuk Seminari Kisol.
Pembentukan yayasan ini dihadiri oleh Mgr Hilarion Datus Lega, Uskup
Sorong-Manokwari, Papua, Praeses Sanpio Rm Dionysius Osharjo serta Romo
Siprianus Hormat, sekertaris eksekutif Komisi Seminari Konferensi
Waligereja Indonesia (KWI).
Mgr Datus, yang bertindak sebagai tuan rumah dalam reuni itu
mengatakan, pembentukan yayasan merupakan mandat dari pertemuan alumni
di Kisol pada 7 September lalu, sehari sebelum sekolah itu merayakan
usia ke-60 tahun.
“Jadi, ini juga menjadi bagian dari cara kita memaknai usia ke-60 ini,” kata Mgr Datus.
Setelah melewati proses diskusi, para alumni menetapkan Petrus Da
Gomez, sebagai ketua umum yayasan, dengan tiga ketua pengurus pusat,
yakni Yohanes Yosef Nembo, Romo Osharjo dan Romo Sipri Hormat.
Agustinus Dawarja, pemilik kantor pengacara Lex Regis di Jakarta
menempati posisi sekertaris umum, yang dibantu oleh Frederick
Freinademetz Jebada sebagai sekertaris.
Sementara itu, bendara umum adalah Marselinus Rengka, dibantu oleh Cordianus Juadi Nggeon.
Selain membentuk yayasan, para alumni juga membentuk perhimpunan, yang diharapkan akan menjadi motor penggerak bagi yayasan.
Rikard Bagun, alumni Sanpio yang kini menjadi wakil pemimpin umum Harian Kompas didaulat sebagai ketua pengurus pusat.
Sementara ketua harian adalah Gabriel Mahal, dengan sekertaris jenderal Inosentius Samsul dan bendahara Yohanes Yosef Nembo.
Dewan pembina yayasan dan perhimpunan, ditempati oleh tiga uskup
alumni, yakni Mgr Datus, Uskup Ruteng Mgr Hubertus Leteng dan Uskup
Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM, serta beberapa alumni senior,
termasuk Anggota DPR RI Benny Kabur Harman dan Johnny Plate.
Acara pada Sabtu juga disertai dengan peresmian website
alumnisanpio.org, yang tidak hanya berisi informasi seputar alumni,
tetapi juga berita-berita terbaru dari Sanpio.
Kesan tentang seminari
Proses pembentukan yayasan dan perhimpunan ini mendapat respon
positif dari semua alumni, di mana mereka menyebut ini sebagai bagian
dari upaya merekatkan relasi dengan Sanpio, sekolah yang memilih
pengaruh besar dalam pembentukan karakter juga fundasi intelektual
mereka.
Rikard Bagun, yang masuk ke seminari tahun 1971, misalnya,
menggambarkan peran Sanpio sebagai lembaga yang paling menentukan bagi
perkembangan dirinya.
“Semakin jauh dari kisol, saya semakin merasa bahwa sekolah yang
benar itu di Kisol. Yang lain cuma kursus,” katanya, disambut tepuk
tangan alumni lain.
Menyebut Kisol, kata dia, melahirkan rasa bangga. “Itu karena
kedisplinan, karena iklim belajar yang betul-betul dipelihara di sana,”
jelas Rikard.
Alex Jemadu, alumni yang sekarang menjadi profesor di Universitas
Pelita Harapan mengatakan, “saya menjadi seperti ini, karena kontribusi
Kisol.”
Sanpio, jelasnya, menjadi lahan persemaian yang subur bagi talenta para siswa.
Ia menyebut contoh bagaimana dahulu, ia melihat Rikard Bagun dan Don
Bosco Selamun, yang sekarang menjadi Pemimpin Redaksi BeritaSatu TV
mendapat tugas untuk mengetik berita-berita yang mereka dengar dari
siaran radio, lalu kemudian menempelnya di dinding asrama untuk dibaca
oleh siswa lain.
“Rupanya pengalaman demikian, yang membentuk mereka menjadi jurnalis hebat seperti saat ini,” cerita Aleks.
Harapan
Dalam acara ini, Mgr Datus berpesan agar pembentukan yayasan dan
perhimpunan menjadi titik start penting dalam meningkatkan perhatian
alumni untuk Sanpio – sekolah yang hingga kini sudah menghasilkan lebih
dari lima ribu alumni, yang tersebar di seluruh dunia.
Sementara itu, Romo Osharjo berharap yayasan dan perhimpunan ini bisa membantu upaya pendidikan di seminari.
Ia juga menegaskan komitmen untuk mengelola seminari sebaik mungkin,
sambil juga tetap mempertimbangkan masukan-masukan dari pihak alumni.
Sementara itu, Rikard Bagun menyatakan optimis, bahwa akan ada perubahan yang terjadi ke depan.
“Perubahan tidak lahir dari massa, tetapi dari sekelompok orang yang memiliki komitmen,” katanya.
Sanpio, menjadi salah satu sekolah favorit saat ini di NTT. Tahun
ini, tingkat kelulusan SMP dan SMA sekolah itu menjadi yang terbaik di
NTT, sebuah prestasi yang diraih hampir setiap tahun.
Kini, Sanpio, yang didirikan pada 1955 oleh misionaris asal Belanda, Pastor Leo Perik SVD, dikelolah oleh Keuskupan Ruteng. Ryan Dagur, Jakarta. (http://indonesia.ucanews.com/2015/11/09/alumni-seminari-kisol-bentuk-yayasan)
Keterangan foto: Mgr Hilarion Datus Lega sedang memukul gong tanda peresmian website
alumni Seminari Kisol. Ini merupakan bagian dari rangkaian acara
pembentukan yayasan. (Foto: Roland Jemuru)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin